Be Realistics to Realize the Real Bersikap realistis untuk merealisasi yang real NDAGELE SAKMADYO WAEjalani drama kehidupan ini sewajarnya saja Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan.
Well, mungkin inilah saatnya bagi kami untuk berbagi bukan lagi sebagai "persona" sebagaimana figur yang seharusnya diperankan (sebagai seorang manusia yang lahir dan hadir di dunia ini dengan segala atribut eksistensial yang ada) namun sebagai sesama zenka "seeker" yang terbang menjelajahi cakrawala pengetahuan keabadian dalam kehidupan ini dengan dua sayap paradoks keterbukaan dan keterjagaan atas dualisme kenyataan menjaga keberimbangan, menjalani keswadikaan dan menggapai kebijaksanaan sebagaimana harusnya ….Sayang sekali walau mungkin cukup sarat akan wawasan pengetahuan namun sangat minim dalam penempuhan sehingga tiada layak dalam tataran penembusan yang seharusnya bisa dicapai. Ini tidak hanya membuat kami risih namun juga riskan. Apalagi bahasan spiritulitas ini tentuna akan menyerempet (melanggar ?) masalah yang bukan hanya sangat krusial namun juga sangat sensitive bukan hanya bagi para Neyya Buddhist namun juga umat agama lain termasuk (terutama?) saudara muslim kami. Disamping kami harus menjaga logika, bahasa dan etika dalam penyampaiannya tampak sangat perlu moderasi keterbukaan pengertian untuk tidak salah faham akan orientasi niatan kami dan juga sikap kritis keterjagaan penalaran anda semua jika memang ada kesalahan pandangan yang kami ajukan. Ini hanyalah kontribusi pandangan untuk memperluas pandangan kita dengan tanpa maksud sama sekali untuk meng-konversi diri sendiri ataupun orang lainnya ke suatu ajaran tertentu namun sekedar masukan wawasan untuk kembali mentriangulasikan paradigma cara pandang kita bukan hanya dalam kehidupan duniawi ini dengan segala problematika figure eksistensial kita yang multi peran namun juga demi keberlanjutan kita mensiagakan diri dengan segala keberdayaan yang diperlukan untuk menghadapi segala dilematika kemungkinan yang ada (bahkan jika itupun ternyata berbeda sama sekali dengan yang telah kita yakini dan persiapkan selama ini). Pada intinya nanti walau dalam leveling pemilahan memang perlu adanya kebaikan untuk melayakkan taraqqi yang lebih baik namun dalam labeling tidak ada yang perlu merasa direndahkan/ ditinggikan karena memang demikianlah desain keberadaan kasunyatan ini memang harusnya/nyatanya tergelar. Segalanya terlingkup sebagai aneka dvaita pelangi kenyataan dari cahaya advaita mentari kebenaran dalam living kosmos kesemestaan homeostatis tunggal yang sama … amala, avimala (prajna paramita hrdaya sutra).
Sadhguru Yasudev Quotes : Whatever you have – your skills, your love, your joy, your ingenuity, your ability to do things – please show it now. Do not try to save it for another lifetime.Apa pun yang Anda miliki - keterampilan Anda, cinta Anda, kegembiraan Anda, kecerdikan Anda, kemampuan Anda untuk melakukan sesuatu - tolong tunjukkan sekarang. Jangan mencoba menyimpannya untuk kehidupan mendatang.OKAY ...Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan) dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara: Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.
Sadhguru Yasudev Quotes : Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them.Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menempuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah merekaSUCHNESS PHILOSOPHY = PARAMA DHARMA , MANDALA ADVAITA & FORMULA SWADIKA ?singkatnya begini ... Adalah Sentra Dhyana bak Wujud mentari keber-Ada-an yang memunculkan Parama Dharma azali corona energi (jadi inget term pandemi kemarin, ya ? ) maka tergelarlah dalam keniscayaan ketiadaan murni azali menjadi samudera sigma kuanta materi cahaya dalam segala layer dimensi wilayah mandala advaita demikianlah kesedemikianan itu tergelar sebagai desain sistem yang homeostatis interconnected equilibirium bagi setiap diri cahaya tersebut untuk beraktualisasi sesuai di dalamnya atau untuk pulang kembali dalam kemurnian azalinya dalam formula swadika yang tepat. KOK RIBET BEGINI GAMBARANNYA
LANJUT ....
MASIH ADA ? ( sudah genap satu bulan tidak diblok ... Nekat juga ... baiklah lanjutkan )https://just2share4seekersall.blogspot.com/2023/05/why-not.html JUST2SHARE4SEEKERS Senin, 15 Mei 2023 WHY (NOT) ?
Sudah melewati sebulan (bahkan hampir satu minggu lebihnya, bro). Well, tanpa niatan mengkhianati amanah atas komitmen janji semula namun sungguh masih repot / ribet nih ... masih tuntaskan tugas eksternal plus tunggu tayangan video pak Hans ELA + pak Faiz MJS akhir minggu ini (untuk slides) & file Pure Dhamma terkini lagi. Liburan minggu depan semoga bisa, nggih ? Sementara ini dulu via Google Drive ... kalau sudah lengkap nanti via Archive.Org seperti biasanya ... plus posting. Capek & mbulet gaya induktif bidan socrates ... so, nanti kita coba deduktif langsungan saja walau riskan juga namun untuk mempermudah dioperasi caesar saja bayi pandangan tersebut (susah harus mengingat/ mencari pijakan referensi autentik akuratnya, sih ...). Namun tampaknya banyak tayangan yang arahnya ke sana juga ... jadi nggak ewuh lagi sekarang. Well, walau mungkin bungkam memang aman & nyaman tidak perlu menyusahkan diri sendiri saat ini namun bisa jadi justru akan membiarkan rusak kecenderungan keseluruhannya termasuk bagi kelanjutan diri dan lainnya nanti (bukan hanya paska pralaya kematian individual namun bisa jadi yang lebih besar dari itu semua ... jika inferensi pandangan ini benar. Walau mungkin tidak mudah difahami dan susah dijalani toh kita nantinya harus arif menerima jika itu terjadi .... jadi, ya ... Amor Dei, Amor Fati ..... Que sera sera - Pantha Rei ). Kok jadi lebai serius amat sih ... segalanya memang harus tetap mengalir begini dalam peniscayaan kesedemikianannya (baik terungkap maupun tidak .... tanpa peduli diterima atau ditolak ... tanpa masalah dijalankan atau diabaikan). Well, Semoga nantinya saya bisa tidak asal ngomong namun bisa ngemong tanpa harus mencela ide / ego lainnya untuk dianggap/menganggap mulia .... tanpa berlagak seakan berlabel demikian yang justru akan menjadikan diri terniscayakan nista adanya dalam hakekat di saat ini dan dampak lanjutnya nanti . Bukan dalam busa ego seakan uebermensch , rausyan fikr, atau aneka label megah lainnya ... namun hanya sebagai sesama air belaka di semesta materi keberadaan, dalam samudera energi keilahian dan bahkan esensi kesunyataan yang sama ... (tetap berusaha) tanpa buih untuk sekedar berbagi.... tanpa niatan menjaring hati, membentuk opini dan mencari legitimasi untuk menghibur diri, mencari kuasa dan saling menyesatkan (seakan mencerahkan?) diri dan lainnya. Meminjam terma tokoh agama Abrahamik tanpa merasa semulia Musa yang walau tetap harus dalam kelembutan menghadapi Firaun (QS 20 : 44 = khotib ulama vs Al Makmun , Cak Nun vs Jokowi ?, etc) karena ini lebih seperti Yunus yang merasa tidak pantas (karena level diri atau zhon lainnya ?) namun tetap merasa perlu bicara sekedar menuntaskan amanah dan menghindarkan diri dan lainnya dari bencana yang mungkin akan namun tidak perlu terjadi dan untuk kebaikan yang mungkin perlu dijalani dan mampu dicapai. Ah ... kok jadi ikutan berlagak sebagai/ seperti lainnya ... Just Be yourself (Cukup jadi dirimu sendiri saja ... seburuk / serendah apapun itu karena memang hanya itu saja yang nyata autentik untuk diarahkan peniscayaan kelayakan nantinya). Dan ini bukan manuver politik lho (pemilu 2024 ? ... apa perlu golput lagi agar tiada yang berghibah & memfitnah lagi (inget dampak lanjut, bro ... vires (pandemi) atau cures (musnah) mauNya ... agar bisa ndemit bersama di alam barzah hingga qiyamah? tidak masalah .. bahkan maaf, kalaupun kami memang ternyata mampu berbelok diitikungan, Ashin ... itu tidak akan kami lakukan karena kami merasa perlu bahkan patut untuk singgah ke sana juga bahkan hingga apaya lokantarika bersama para badut kosmik lainnya paska mahapralaya wilayah pecandu sensasi kebahagiaan eksternal kamavacara tanpa balance keberdayaan internal brahmanda apalagi tiada keterjagaan azaliah esensial lokuttara hingga bentukan mandala semesta baru untuk romantika pagelaran kisah kasih nama rupa baru di sini atau di lokadhatu lainnya ? )keceplosan lagi ? ah .... biar saja. Kalau diblok lagi kan ada alasan untuk kembali bungkam ?playlist LINK CAESAR PLUS CAESAR plus antitesisnya juga, ya (sebagai penyeimbang, pengujian dan pengutuhannya)Agung Webe sepertinya adalah rekan seeker kami puluhan tahun yang lalu (paska reformasi pra menikah) yang sehari bersama ke Anand Ashram dan bersama adik pernah bermalam di rumahnya /pramugara MNA dari Bekasi? ..... Atau mungkin ini orang yang beda. / .... Well, By the way ... kami cukup tanggap akan ketulusan niatan baik dibalik rhetorika provokatif dalam memerankan dirinya sebagai gadfly ala Socrates atau Osho saat ini karena memang susah membangunkan kita yang masih tertidur dan lelap bermimpi ? /jadi inget istri yang terpaksa harus keras 'bernyanyi' bangunkan suami & putera-puterinya yang semuanya hobi suka begadang dan baru ambruk tertidur larut malam /menjelang pagi hingga selalu bangun kesiangan./ hehehe... nggak semuanya lelap tertidur, bro ... bahkan ada yang sudah terjaga untuk kemudian juga menumbuh-kembangkan kefahaman/ kesadaran / kelayakan dirinya walau memang kebanyakan masih seperti kami ... masih kacau kewalahan, galau kelayapan dan sakau bermalasan ditengah kerepotan eksternal/ keribetan internal dari episode keabadian yang bernama kehidupan hingga kematian nanti (?). .... Hanya berlibur, terhibur dan dikubur sebagai manusia saja ? Harusnya tidak.
MASIH NEKAT ... (dasar mental petaruh ... sudah tahu pasti dikalahkan & disalahkan tetap maju terus, hehehe) . Di akun induk saja, capek & ribet bolak balik alih 7 akun. Berbagi (sebagai media kosmik) /walau tanpa niatan menguntungkan sama sekali bahkan sesungguhnya malah menyusahkan diri pribadi saja?/ sebenarnya tidak akan rugi demi peniscayaan inner growth di dalam walau mungkin tidak dipuji (aleman/ anggepan amat, bro) bahkan bisa saja malah dimaki lainnya (semoga tidak terlalu tranyakan kulak perkoro) , hehehe.
Postingan ini tidak dipublikasikan karena melanggar Pedoman Komunitas Blogger. Untuk memublikasikan ulang, perbarui konten agar mematuhi pedoman.Well ... Sejujurnya kami tidak tahu dimana pelanggaran kami atas notifikasi tsb ... mungkinkah memang posting tersebut memang tidak tepat untuk audiens, waktu & tempatnya ? padahal kami sudah sampaikan/ingatkan sebelumnya
kutipan : http://teguhqi.blogspot.com/2020/11/just-seeker.html Kutipan ini tidak atau belum (?) diblok, lho So, ini Hanya untuk para penjelajah sejati bukan untuk yang hanya asal / ikut percaya (terpaksa ?) karena sebagai arus kesadaran abadi sebagaimana juga lainnya setiap kita bertanggung jawab atas diri sendiri dalam peran eksistensial, universal dan transendental pada perjalanan bersama ini. (dengan selaras melayakan peniscayaan kesedemikianannya tidak sekedar percaya / terpaksa menerima kepastian permainan keabadian ini) Kesemua ini hanyalah referensi yang tetap harus diteliti, diuji dan direvisi sesuai dengan faktitas keberadaan diri. & realitas kenyataan yang sesungguhnya terjadi. Sekedar dimaksudkan sebagai sharing masukan bagi pemberdayaan dan tidak untuk memperdayakan Semoga ini tidak menjadi/dijadikan belenggu penjerat & bumerang penyesat bagi diri sendiri dan lainnya .dsb.Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif). Jika menyimpang dengan saddha/ iman anda sebaiknya dibuang atau diabaikan saja ... "Kembali ke Jalan yang Benar" istilah agamanya begitu, hehehe. (Atau baikan nggak usah diteruskan membacanya saja ... daripada ribet & risky untuk semua nantinya). Well, posting ini memang spesial untuk para truth seeker bukan true seeker apalagi faith believer. Ini memang perlu ekstra kecerdasan, kedewasaan dan kebijaksanaan untuk difahami dan disikapi sebagai sharing idea gnosis philosophy/ cara wisdom psychology belaka bukan dogma untuk diyakini apalagi harus dijalani. WELL, Langsung saja ... lewati kutipan konsideran for readers (kebijaksanaan bagi seekers /pemakluman untuk non seekers) .... ribet & capek.(yang penting & mendesak saja dulu untuk hal baru)
Dicoba lagi, nggih .... Audience , Waktu & tempat ? susah juga .... Audience ? idealnya para pemerhati spiritual yang walau tidak terlalu cakap (faham abhidhamma misalnya) namun perlu moderat (bisa menerima pandangan yang berbeda tanpa harus percaya begitu saja apalagi langsung menyela & mecela jika berbeda ... well, SBNR sekuler tampaknya akan lebih baik namun SBAR pluralis bolehlah jika sudah cukup mampu memandang adanya keselarasan, keterpaduan dan keterarahan pelangi perbedaan akan/atas mentari kebenaran yang sama ... plus kejanggalan penyimpangan untuk dimaklumi/ dihindari & kemungkinan pengembangan melalui/ melampauinya). Mistik kejawen ? okelah ... namun perlu kami tekankan ini adalah masalah pengembangan kesadaran spiritual on process bukan pemanfaatan kecakapan metafisik by product (sebagai padaparama jujur saja kami tidak mampu ... bahkan kalaupun mampu kami seharusnya tetap juga seharusnya tidak perlu tersekap di dalamnya ) Waktu ? seharusnya ini hanya baru akan bisa terungkap di masa depan itupun jika dalam laju lineariras waktu yang dijalaninya manusia sudah tumbuh berkembang secara spiral membaik/maju meningkat tidak siklis berbalik/mundur terjatuh sebagaimana kecenderungan episode samsarik yang walau sebetulnya mampu dilampaui namun susah juga terjadi (apalagi jika ada vandalisme pemaksaan / penyesatan/ kelengahan yang menghancurkan / memundurkan perkembangan proses keberadaban & peradaban yang sedang berjalan baik internal maupun eksternal ?) ... Kebenaran, kebajikan & kebijakan itu walau merupakan keutamaan yang seharusnya secara sadar & wajar dijalani namun dalam bumi kenyataan ini sesungguhnya memang lemah & rapuh (mudah hancur dan dihancurkan oleh keganasan yang semu, naif & liar, Osho ?) apalagi jika semakin rendah layer dimensi semestanya & semakin dangkal level pribadi penghuninya, Tempat ? lokadhatu duniawi saat ini mungkin belum tepat walau tidak terlalu tidak tepat. konsideransi ? kutipan : Keberadaan sebagai manusia di mayapada dunia ini memang tidaklah seindah surga Devata kamavacara atau semulia jhana moksha para Brahma, namun demikian walaupun tidaklah sekondusif wilayah antara suddhavasa tetapi keberadaan mediocre ini justru bisa menjadi effektif bagi pertumbuhan dan perkembangan spiritualitasnya jika cukup reseptif menghayati, menjalani dan melampauinya secara benar , sehat dan tepat … tidak hanyut dalam arus eksistensi namun tidak juga teralienasi. Secara ideal audience, waktu & tempat memang tidak ada dan tidak akan pernah ada bagi evolusi, harmoni & sinergi bagi spiritualitas untuk mudah tumbuh dan berkembang karena kita bukan hanya harus autentik menerima fakta kenyataan secara sesuai namun juga ada level kebenaran yang harus dilalui secara harmonis dan stage keutamaan yang harus holistik dilampaui . Namun demikian justru karena adanya faktor negatif yang ada tersebut yang postif akan bisa diwujudkan. Lagipula, segalanya memang harus dimulai dari diri kita ini, disini dan saat ini ... apapun level pribadi, situasi & kondisi semulanya. So, Perlu pandangan yang utuh totalitas, pragmatis berguna & konsisten berlanjut dalam mandala yang homeostatis interconnected, equilibirium bagi keseluruhan / keselarasan / kesedemikiannya bagi aktualisasi yang autentik, harmonik & holistik (tidak layak identifikatif , tidak perlu alienatif dan tidak patut eksploitatif). Quantum leap bagi paradigm shift dalam stagnansi keberagaman filsafat & psikologi di era post modern ini dst ? Fase Religius Soren Kierkegard < Positivistik Auguste Comte < .... ? = (estetis-etis-religius)< (teologis-metafisis-positivist) < ... ? langsung saja ?: Panen-istics atas triade diri , alam & inti ? Panen-ego-istics ? panentheisme Hyang Esa Panen-geo-istics ? panentaoistic Hyang Ika Panen-deo-istics ? panentheistics Hyang Ada Masih, mbulet ya ? rehat dulu lagi saja ... cari familiaritas akurat diksi kata/ wacana idea yang mudah/ tepat agar lebih jelas/dekat sesuai maksud kami).
ikutan agak tricky cari celah demi diterima di Indonesia, hehehe ? (keTuhanan yang Maha Esa, Bhineka Tunggal Ika ... apalagi, ya ? Cahaya Pancasila ? ... wah, kok jadi lebai berlebihan melampaui batas begini ? ... padahal kebenaran sejati itulah yang hakiki selalu terjadi walau tidak butuh diakui atau disetujui siapapun juga ) Jadi inget adaptasi / adoptasi istilah Ashin Jinarakita tentang Keilahian tanpa klaim yang tidak lazim untuk keilahian impersonal Buddhisme di Indonesia sebagai Hyang Adi Buddha atau para Theosofi Sufisme bagi Tuhan Transpersonal yang (tidak mudah namun perlu) dikenal atas Tuhan Personal yang sudah 'akrab' dikenal (Nous = Nur Muhammad etc untuk filosofi Plotinus tentang Logos Tohen bagi desain tanazul taraqqi ekstase atas emanasi penempuhan transendensi keIlahian, Suhrawardi ?). Well ... kami tanggap itu dimaksudkan untuk mensublimasi kemuliaan tidak dalam niatan mendegradasikan atas konsep/ figure yang dimaksud demi transendensi ke wilayah samudera keilahian yang lebih terarah murni tanpa perlu menyimpang (lampaui faktisitas pembatasan atau keterbatasan istilah ?).
atau dari kutipan posting lalu : Rekap Idea atau https://just2share4seekersall.blogspot.com/2022/12/rekap-idea-sd-11122022.html tidak atau belum (?) diblok juga, lho Panen-ego-istics ? panentheisme Hyang Esa .... Kasih Jadi turun level agak romantis lagi, nih .... ingat refleksi pribadi "Kun Saidan" (Berbahagialah - Anisah May dari Tasauf Modern Hamka ) ... Just loving the Love. Cintailah Cinta (Sumber Sejatinya bukan sekedar Media Obyeknya). Cintailah Tuhan (baca: Kebenaran) sebagaimana kehendakNya bukan hanya sekedar untuk mengumbar kepentingan ego yang selfish. Karena apapun yang diberikanNya (sekalipun seburuk atau seberat apapun itu tampaknya di permukaan) adalah tetap yang terbaik bagi kita ... karena itu demi kebaikan pemberdayaan kita bukan untuk memperdayakan kita. Atau dalam Mistik Theosofi dikatakan Tuhan menjadikan ini semua dengan cinta oleh karenanya dengan cintalah hendaknya kita menempuhnya untuk memahami dan mencintai kebenaran itu sebagaimana adanya.. 3 dantien = akal - hati - pusat (tidak ada yang salah dari semuanya jika selaras terpadu ?) Wah, agak melantur tampaknya bahasan kearifan samsarik & curhat pribadi ini. Semoga para Neyya (terutama para pabajita) tetap mampu waspada terjaga dan tidak hanyut terbawa arus idea ini. Para Mistisi (Tantrik Osho, Taoism ?) kadang terjebak dan tersekap dalam labirin sex - cinta - kasih ini. Sex atau birahi (kama) bersifat nafsu sensual, cinta (sneha) bersifat personal , sedangkan kasih (metta) bersifat kosmik impersonal. Ini kami ungkapkan bukan hanya karena kami memandang tetap perlunya pembabaran Saddhamma yang walau memang ditempuh secara eksistensial hendaknya juga melampaui universal untuk menjangkau transendental demi transformasi pencerahan spiritual yang dijalani. Alasan lain adalah dikarenakan kami memandang living kosmik ini utuh dalam keseluruhan (katakanlah semacam organisma besar) maka perlu perimbangan kemurnian nirvanik yang arif/kuat mengatasi kecenderungan alami samsarik yang 'naif/liar' untuk membuatnya cukup 'sehat/ tepat' agar tetap mantap bertahan dan lancar berjalan. Jikapun tidak memungkinkannya dalam keterjagaan pencerahan total keseluruhannya minimal tidak membuatnya jatuh terpuruk dalam kehancuran. Meminjam istilah Sadhguru Yasudev (?), Karma samsarik sesungguhnya tidak hanya berdampak sebatas pada pribadi eksistensial pemerannya saja namun juga bereffek pada wadah arena semesta universal yang menampungnya. Atau menganalogikan dalam Mistik Hinduism (day & night of Brahman ) seandainya samsara ini hanya Ke-Esa-an yang terlelap bermimpi, maka jika beliau terjaga semoga senantiasa lebih segar karena kecerahan tidur tanpa "mimpi buruk"nya ....mungkin perumpamaan itu bisa menjadi pemicu baru mengapa transendensi eksistensial evolusi pribadi perlu dijalankan dan transendensi universal harmoni dimensi perlu diusahakan ... (sekedar tambahan terma filsafat theosofist ini : eros - filia - agape ? cinta sensual - altruisme kemanusiaan - kasih keIlahian ) So, Be Selfless (not selfish ? )
Panen-geo-istics ? panentaoistic Hyang Ika.... Kuasa Bagaimana dengan Tao ? Tao sering didefinisikan sebagai Roh Universal yang berada dalam segalaNya ... Kesempurnaan azali yang terus menyempurnakan kesempurnaan abadiNya. Konsep absurd : Tao adalah Tao – jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao. Well ... Paradigma Panen-Tao-istics mungkin bisa juga digunakan SBNR karena ini walau sekuler namun akan lebih ilmiah ketimbang panen-Theis-tics SBNR yang kami ajukan karena lebih autentik & holistik tersentralisasi untuk aktualisasi penjelajahan tanpa terbelenggu sakralisasi ... namun jaga keberimbangan & keseimbangan dalam pertumbuhan perkembangannya agar tetap teraktualisasi sempurna dalam pengetahuan, penempuhan & penembusannya . Wah .. paramitta Boddhisatta 3 layer untuak akselerasi pelayakan keniscayan diri jadi boleh dilakukan bagi evolusi pribadi namun tetap jaga harmoni kebersamaan dan sinergi kesemestaan jika tercapai kelayakan untuk tidak jatuh apalagi menjatuhkan lainnya. Be True, Humble & Responsible ? harusnya lebih tepat/ nekat lagi ... True dimaknai sejati tidak sekedar dalam laku kejujuran namun asli autentik dalam kemurnian, humble menghampa untuk sempurna merengkuh segalanya tidak sekedar merendahkan hati untuk reseptif meninggikan kelayakan diri & responsible karena memang itu keniscayaan yang terjadi, kan ? (Jadi tidak lagi perlu benalu pengharapan yang akan merendahkan kelayakannya apalagi penganggapan konyol keakuan yang justru bukan hanya memandekan namun bisa saja menyesatkan dan menjatuhkan level realitas ... labirin paradoks papanca input karena output ?) Just Wei Wu Wei ... hanya persembahan keutamaan (wah ... termanya lebai banget ... untuk sekedar pengetahuan bolehlah tetapi untuk menghindari klaim penghebohan kepekokan bagi penempuhan untuk penembusan risih juga,nih ... main kepekaan rasa tidak asal klaim idea saja, bro) ... hanya ada tindakan kebaikan tanpa keakuan yang ingin pengakuan apalagi pemujian/ pemujaan dan tiada kemauan untuk mementahkan kelayakan peniscayaan yang seharusnya memang sudah pasti .. Meminjam istilah Panen-Theistics SBAR kami : kita hanyalah ketiadaan murni yang seharusnya selaras mengada dihadapanNya tanpa harus mengada-ada dalam keakuan tiada perlu meng-ada adakan dengan kemauan .... apa yang layak akan terlayakkan pada saatnya karena itu kaidah Dhamma kebenaran di setiap dhamma kenyataan sesuai dengan kepastian Dhamma dari DhyanaNya. SegalaNya (Laten DeitasNya) bermula, berada dan kembali kepadaNya (triade : diri – alam – inti ) Bermula karena katalisasi peniscayaan keberadaan > emanasi keilahian brahman > prokreasi penciptaan ketuhanan Berada dalam kaidah kosmik (Parama Dhamma akan advaita niyama dharma : keutamaan > kebenaran > kenyataan ) Kembali kepada mandala advaita ( segalanya berada dalam sigma kewilayahan yang sama dari ketidak-terhinggaan yang bukan hanya mungkin memang sudah ada namun juga belum ada , akan ada bahkan susah ada karena konfigurasi peniscayaan yang sudah/belum/akan/tidak terpenuhi.) Gradasi tidak hirarki ? karena walau beda level , layer & label keberadaannya berada dalam kealamian, keilahian & kemurnian advaita mandala yang sama Ah ... Susah juga memadukan apalagi mengungkapkan (terlebih lagi merealisasikan) paradigma kebijaksanaan kesedemikianan demi keselarasan bagi keseluruhan. Maaf, Socrates ... terpaksa untuk mempermudah & memperjelas paradigma kesedemikian ini kami ajukan framework deduktif tidak lagi induktif majeutike terus ... walau bukan hanya sungkan, riskan & kompleks rintisan pandangan ini. .
Panen-Deo-istics ? panentheistics Hyang Ada.... Wujud MANDALA SEMESTA
Desain kosmik mandala ini memang kelihatan aneh & unik ... banyak paradoks & labirin dalam sistemNya. Well ... mentari Dhamma kebenaran transendental yang tidak hanya translingual namun juga transrasional mungkin memang harusnya demikian agar ada ruang / peluang bagi avidya kebodohan secara semu, naif bahkan liar membiaskan pelangi semu keberagaman ... agar bisa makin mengesankan (juga mengenaskan) kepekokan & lebih mengasyikan (juga mengesalkan) kehebohan dagelan nama rupa samsarik di dalamnya, hehehe . Secara mikrokosmik jika diri bertransendensi semakin ke atas & ke dalam (realisasi> aktualisasi x defisiensi) justru secara makrokosmos semakin luas wilayahnya (bukan hanya memungkinkan kemantapan saat ini namun juga melayakan peniscayaan fase berikutnya disamping melingkupi permukaan yang di bawah & di luar sebelumnya) ... So, triade realisasi evolutif (zenka keberadaan diri), aktualisasi harmonis (sigma kebersamaan alam) dan sinergi holistik (sentra kesedemikianan inti) mutlak secara simultan progresif difahami , dijalani dan dilampaui untuk tidak stagnan tumbuh berkembang tanpa harus tersesat dalam labirin apalagi tergelincir dalam kejatuhan (saran ideal bagi kita yang idiot, bro)
INFERENSI DIMENSI = urut dari bawah gradasi vs MLD avijja diri (dampak karmik & effek kosmik)
NO
WILAYAH
LAYER
ORIENTASI
MODE
SIFAT
TERM
TYPE
DIRI ?
TATARAN
1
Kamavacara
Eksistensial
Kebahagiaan
Eksploitasi
Transaksi
Lillah
Persona
Mengaku (sebagai aku)
Personal
2
Brahmanda
Universal
Kesemestaan
Interkoneksi
Harmoni
Billah
Monade
Mengesa (sebagai kita)
Transpersonal
3
Lokuttara
Transendental
Keadvaitaan
Aktualisasi
Sinergi
Fillah
Sakshin
Meniada (sebagai dia)
Impersonal
NO | WILAYAH | LAYER | ORIENTASI | MODE | SIFAT | TERM | TYPE | DIRI ? | TATARAN |
1 | Kamavacara | Eksistensial | Kebahagiaan | Eksploitasi | Transaksi | Lillah | Persona | Mengaku (sebagai aku) | Personal |
2 | Brahmanda | Universal | Kesemestaan | Interkoneksi | Harmoni | Billah | Monade | Mengesa (sebagai kita) | Transpersonal |
3 | Lokuttara | Transendental | Keadvaitaan | Aktualisasi | Sinergi | Fillah | Sakshin | Meniada (sebagai dia) | Impersonal |
Selesai ? masih belum .... orientasi kebijaksananaan kesedemikianan kita adalah keselarasan bukan kesempurnaan, bro (ingat : kode etika 10 Ali Shariati ) Jadi, Gnoti Seauton (Kenalilah dirimu /sebagai makhluk ?/) karena Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu hanya dengan mengenal diri (dengan segala keterbatasan makhlukiyahnya betapapun hebat pencapaian dan megah pengakuannya) maka kita akan mengenal Tuhan (Hyang Maha Sempurna dan SegalaNya). Ini adalah orientasi keyakinan awal dan juga realisasi kebenaran akhir. Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya. Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada. Dia adalah Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.) Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya)
Mandala Samsarik Buddhisme (31 alam kehidupan)
atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini Skema Wilayah Tanazul Genesis & Taraqi Ekstasis meniscayakan keterrealisasinya transendensi impersonal bagi evolusi pribadi demi harmoni dimensi
Wilayah
1
2
3
Transendental
Nibbana ‘sentra’ ?
Belum diketahui ? 7
Tidak diketahui ? 8
Tanpa diketahui ? 9
Nibbana ‘sigma’?
Belum mengakui ? 4
Tidak mengakui ? 5
Tanpa mengakui ? 6
Nibbana ‘zenka’ ?
Arahata 1
Pacceka 2
Sambuddha 3
Universal
Brahma Murni (Suddhavasa)
Anagami 7 (aviha Atappa)
Anagami 8 (Sudassa Sudassi)
Anagami 9(Akanittha)
Brahma Stabil (Uppekkha )
jhana 4 (Vehapphala)
Asaññasatta 5 (rupa > nama)
Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )
Brahma mobile (nama & rupa)
Jhana 1 (Maha Brahma)
Jhana 2 (Abhassara)
Jhana 3 (Subhakinha)
Eksistensial
Trimurti LokaDewa
Vishnu 7 (Tusita)
Brahma 8 (Nimmãnarati)
Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti)
Astral Surgawi
Yakha (Cãtummahãrãjika) 4
Saka (Tãvatimsa) 5
Yama (Yãma)6
Materi Eteris
Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)2 Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3
Wilayah | 1 | 2 | 3 | |
Transendental | Nibbana ‘sentra’ ? | Belum diketahui ? 7 | Tidak diketahui ? 8 | Tanpa diketahui ? 9 |
Nibbana ‘sigma’? | Belum mengakui ? 4 | Tidak mengakui ? 5 | Tanpa mengakui ? 6 | |
Nibbana ‘zenka’ ? | Arahata 1 | Pacceka 2 | Sambuddha 3 | |
Universal | Brahma Murni (Suddhavasa) | Anagami 7 (aviha Atappa) | Anagami 8 (Sudassa Sudassi) | Anagami 9(Akanittha) |
Brahma Stabil (Uppekkha ) | jhana 4 (Vehapphala) | Asaññasatta 5 (rupa > nama) | Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 ) | |
Brahma mobile (nama & rupa) | Jhana 1 (Maha Brahma) | Jhana 2 (Abhassara) | Jhana 3 (Subhakinha) | |
Eksistensial | Trimurti LokaDewa | Vishnu 7 (Tusita) | Brahma 8 (Nimmãnarati) | Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti) |
Astral Surgawi | Yakha (Cãtummahãrãjika) 4 | Saka (Tãvatimsa) 5 | Yama (Yãma)6 | |
Materi Eteris | Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 | Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2 | Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3 |
Secara filosofis (hanya inferensi hipotetis, lho) tampaknya masih ada 2 (dua) level tataran keberadaan diri paska Asekha (Arahata, Paccekka, Sambuddha ) yang belum diungkapkan (mungkin akan dicapai) Buddha Gautama di wilayah transenden lokuttara dimana kebijaksanaan Sakshin akan keannattaan diri dari dagelan nama rupa samsarik bukan hanya layak dalam notion berpandangan namun juga dalam pencapaian via realisasi penempuhan tidak sekedar referensi pengetahuan belaka. - Asekha = telah bajik terjaga ( namun dengan klaim mandiri tersucikan ... keakuan azaliah zenka nirvanik ?) See : Aneka Jati (Dhammapada 153 -154) Udana Vatthu - Advaita = telah bijak terjaga (tanpa klaim kesudah-sucian pribadi ... keesaan azaliah sigma mandala ) See : amala avimala ( Prajna Paramitta Hrdaya Sutta ) - Adibuddha : telah benar terjaga See : Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam (Udana 5.3 Parinibbana ) Sudah selesai ? Walau dalam mandala zenka keberadaan diri mungkin sudah cukup namun masih belum untuk wawasan/ tataran kesedemikianan keseluruhan sigma & sentraNya. Memang agak spekulatif jika kita lanjutkan bahasan alternatif multiverse sigma & Maha Sentra. multiverse sigma = Mandala wilayah keberadaan yang kita huni ini mungkin hanya satu dari sekian banyak lokadhatu serupa yang ada. Tidak sekedar dimensi kamavacara bawah dunia fisik ini saja (quantum paralel) namun bahkan hingga seluruh mandala keberadaan spiritual zenka keberadaan diri bahkan hingga lokuttara. Mungkin ada wilayah yang lebih luhur namun ada juga yang lebih parah dari mandala spiritual kita. Yang paling luhur asymptot berada mendekati Maha Sentra Azaliah SegalaNya yang paling parah kualitas kemurnian spiritualitas terlempar menjauh dariNya ( Walau kesemua yang immanen bagiNya tetap terlingkup dalam Wujud, Kuasa & Kasih TransendenNya).
Maha Sentra = Dhamma Dhyana segalaNya Dhyana Dharma Keberadaan :Fase 1 : Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi ( Dhyana ® Swadika ! )Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi ( Dharma ® Kehendak Ilahi )Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )Dharma Dhyana Keberadaan :Fase 3 : fase keberadaan Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )
Dhamma Dhyana akhir segalaNya ? Dhamma & Dhyana adalah state keberadaan abadi sejak azali Tuhan ? Ini agak susah diungkapkan ... bahkan jujur saja ini imaginasi intelektual yang agak kami paksakan karena sudah terlalu sulit bagi kami meng-inferensikan kemungkinan tertinggi hanya dengan apersepsi pengetahuan tanpa aktualisasi penempuhan apalagi realisasi penembusan. Mungkin agak mirip (tapi harus dengan inferensi kedalam/atas bukan analogi keluar/bawah, lho ... supaya tetap murni naik tidak jatuh karena klaim semu ) dengan Hipotesa Saguna-Niskala pada Brahma Vidya mistik Hinduisme atau ibarat baskom air jernih yang merefleksikan matahari di atasnya seperti mistik kejawen ... Seluruh keberadaan ini adalah refleksi semu belaka dari wujud keberadaan, kehendak dan kasih sayang Causa Prima azali, Sentra Segala Abadi & Destinasi Orientasi dalam kesedemikiananNya (mumkimul wujud atas wajibul wujud Sufisme). Jadi, Tuhan transenden suci dari segala kenaifan, kesemuan & keliaran deifikasi, identifikasi & eksploitasi kita (bahkan seharusnya jika itu hanyalah figure/ konsep laten deitas keilahian immanenNya saja ) dan tidak mungkin bahkan tiada layak bagi kita untuk menjadikanNya ( menjerat /memperalat ?) demi bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnnya ... Walau Buddha memaklumi keilahian kamavacara (masih mendamba terdefisiensi pada sensasi kebahagiaan eksternal pengakuan kekuasaaan atas lainnya ? yakha , dewata etc... see : ratana sutta & khanda paritta) namun tidak untuk level brahmanda (yang seharusnya sudah stabil mandiri akan kebahagiaan intenal atas fantasi keberdayaan energi ilahiahNya ... see : Brahma Baka ... mengapa ?)namun Beliau respek akan keilahian pada level lokuttaraNya (ajatan, abhutan, ashankata .. Hyang memang seharusnya sudah bukan hanya bijak, bajik namun benar terjaga dalam esensi level murniNya tanpa klaim label keakuan apalagi pengakuan & pemujaan akan dagelan nama rupa kosmik ini ?). Well, kami agak menyayangkan pernyataan sejumlah tokoh (Osho,etc) terkadang terlalu berani mengkritisi term sensitif Tuhan ini yang dideifikasikan dalam sakralisasi agama atau direalisasikan dalam identifikasi kesatuan mistik ... Mohon berempatilah dalam dillema kosmik ini. Janganlah mencela (bahkan kalaupun itu memang tercela apalagi untuk yang tidak sepantasnya dicela .... awas labirin paradoks pengetahuanm penempuhan & penembusan dalam triade evolusi-harmoni-sinergi) .. Terbabarnya Kaidah kosmik yang realistis ini sesungguhnya yang dinanti para genius scientist selama ini (Einstein, dsb). Kaidah Universal bagi semua tanpa ternodai klaim trium falisme (pembanggaan lebih baik dari lainnya hanya karena untuk anggapan sudah terlegitimasi ?) , standar ganda (karena merasa lebih baik maka apapun pandangan/pribadi/prilaku seburuk apapun itu harus diakui baik oleh lainnya) apalagi pembenaran addhamma bagi lainnya (pelaziman kezaliman karena klaim merasa lebih baik berhak melakukan ketidak-baikan kepada yang tidak baik) ... Berempatilah agar tidak tersekap pada logical/ ethical fallacy semacam ini. Desain kosmik sudah hancur sejak dahulu jika Kaidah Kosmik ini diakidahkan apalagi didaulahkan dan didiniahkan kacau seperti ini ... jangankan surga kamavacara (apalagi moksha Brahmanda atau Nibbana lokuttara), dunia manusiapun (bahkan Brahmanda bawah, wilayah kamavacara hingga apaya lokantarika) akan tidak layak baginya walau segala wilayah mandala ini 'terpaksa' tetap harus menerimanya sebagai laten deitas keberadaanNya dengan segala konsekuensi logis beban pralayanya. / Istilah religius SBARnya muflisin yang mustarohun minhu ? Orang fasik yang sudah tidak hanya pailit nol amal kebajikannya namun masih boleh dibangkrutkan lagi karena full noda kejahilan & dosa kezalimannya pada lainnya sehingga di wilayah manapun dia berada menyebabkan setiap diri dan alamnya berharap untuk segera bisa beristirahat dari kesombongan, keserakahan dan kedurjanaannya / Diperlukan Ariya Dhamma bukan apaya Dhamma bagi perbaikan x kejatuhan manusia Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikiran
https://www.youtube.com/watch?v=tig-9g5RYrc&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=63&t=34m55s Link Data: www.tiny.cc/dhammapada-183: Bro Billy Tan (p. 12 - 20) Jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinya, Jalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya (Dhammapada : 183). Itulah paradigma (yang walau tampak terdengar "sederhana" namun sesungguhnya sangat sempurna / bijaksana ) wejangan para Buddha untuk bukan hanya melalui namun juga melampaui samsara menuju Nibbana yang direalisasikan dalam keterarahan /keselarasan simultan triade pemurnian Sila - Samadhi - Panna.
Agama Masa Depan adalah Agama Kosmik (berkenaan dengan Alam Semesta atau Jagad Raya). Melampaui Tuhan sebagai suatu pribadi serta menghindari Dogma dan Teologi (ilmu ketuhanan). Meliputi yang Alamiah maupun yang Spiritual, Agama yang seharusnya berdasarkan pada Pengertian yang timbul dari Pengalaman akan segala sesuatu yang Alamiah dan Perkembangan Rohani, berupa kesatuan yang penuh arti. ”( ALBERT EINSTEIN ) Buddhism sesuai dengan Pemaparan ini. Jika ada agama yang sejalan dengan kebutuhan Ilmu Pengetahuan Modern, maka itu adalah Ajaran Buddha. Promo Buddhism kami hapus ya, bro.... Bukan karena kami berlabel Non Buddhist. Ini sama sekali bukan masalah konversi penganutan agama eksistensial tetapi murni aktualisasi penempuhan Dhamma Universal. Faham , ya ... bahayanya klaim (just idea ... alagadupama sutta ?) Kami berharap kalian SBNR bukan kami yang mengungkapkan berdasarkan bukti realisasi bukan sekedar hujjah sakralisasi apalagi opini referensi belaka (tanggap ya ... mengapa kami tak menjawab 'mengapa' dan 'bagaimana' selama ini). Bukan hanya karena sungkan karena kebelum-layakan level padaparama kami namun yang paling utama riskan untuk mengkhianati keberadaan SBAR kami plus segala dampak resiko yang tetap perwira kami terima . Tanpa kedengkian untuk menghalangi (dan juga bukan manuver untuk mengerjai dalam kejahilan pembodohan eksternal, kefasikan pembenaran memperdaya diri internal apalagi kezaliman untuk menghancurkan keseluruhannya) ... Jika kami SBAR belum bisa atau tampak pasrah saja bukan berarti SBNR juga harus diam tidak perlu bisa, kan ?
rehat dulu ... biasa (nggak fokus lagi internally ... gangguan/ panggilan externally)
atau langsung yang kontroversial & provokatif sekalian seperti ini sebagai awalannya
PROLOG
PARAMA DHARMA : Just Idea ...Avijja ... kebodohan ini keburukan atau kebutuhan ?Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian samsarik yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. Well, The Greatest evil is Ignorance Kejahatan terbesar adalah (karena?) Avidya ketidak-tahuanWalau dalam pengetahuan ketidak-tahuan akan realitas (kaidah panentheistik?) ini istilah evil (kejahatan/ keburukan) yang digunakan mistisi Sadhguru Yasudev tersebut tidak terlalu salah sebagaimana juga terma avijja kebodohan yang digunakan Samma Sambuddha Gautama namun demikian dalam realisasi penempuhan holistik demi penembusan, pencapaian & pencerahan yang bukan hanya murni dan benar tetapi juga bijak dan tepat untuk mensikapi itu sebagai 'kewajaran' yang harus diterima untuk dihadapi dan difahami agar secara bijaksana dapat dilampaui dengan kesadaran (terhindar dari jebakan konseptual, jeratan identifikatif & sekapan dualisme inference paradoks spiritual MLD yang sangat mungkin terjadi. Well, untuk keniscayaan dalam kesedemikianan yang terjadi perlu keselarasan akan kelayakan dalam keberadaaan dan keberdayaan yang memadai. (transendensi kebijaksanaan pemberdayaan berkembang & berimbang melampaui pemakluman faktitas eksternal untuk diterima keterbatasan & pembatasannya ). bagaikan menumbuh-kembangkan bunga teratai di kolam lumpur yang keruh.KEDEWASAAN PENCERAHAN The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksanaBAHASAN = TENTANG AVIJJA Walau avijja secara etika kosmik adalah penyimpangan keselarasan namun ini membuat keberagaman (seperti biasan pelangi dari cahaya mentari yang sama)Mungkin sangat sensitif dan agak provokatif jika kami menyatakan ... ADA SESUATU YANG MUNGKIN BELUM DIKETAHUI KITA SEMUANYA TERMASUK JUGA YANG BELUM DISADARI PARA TUHAN, DIHAYATI PARA BRAHMA BAHKAN DIFAHAMI PARA BUDDHA SEKALIPUN ..... DALAM PERMAINAN DRAMA DALAM DARMA DARI KEAZALIAN HINGGA KEABADIAN YANG SUDAH, SEDANG DAN AKAN BERLANGSUNG SELAMA INI .... Triade labirin paradoks diri - alam - inti dalam drama abadi dari fase azali hingga nanti ini (label eksistensial - layer universal - level transendental) dengan 'maha avijja' sebagai skenario samsariknya dan 'parama dhamma' sebagai desain holistiknya memang sangat complicated (jangankan untuk dilampaui dalam penembusan , untuk dijalani dalam penempuhan bahkan difahami dalam pengetahuan saja sulit & rumit ) Sial .. kenapa terasa/ terkesan sombong dan lancang ... padahal ini hanya asumsi filosofis yang berdasarkan inferensi belaka ( bisa jadi hanya imaginasi bahkan halusinasi bukan realisasi empiris sebagaimana harusnya ? ... Tampaknya memang wadah batin ini memang kacau ... sesungguhnya bukan hanya kesungkanan (keresahan karena rendah hati atau mungkin tepatnya rendah diri ... minder akan kualifikasi ideal untuk membabarkan dhamma ) apalagi keriskanan (kecemasan tersudutkan sebagai public enemy bahkan cosmic enemy karena membeberkan avijja) namun disamping ruwet & rumitnya permasalahan banyak kekesalan di dalam (pantas ... baru bicara jika marah rasionalisasi pembenaran karena dibodohi, dijahili & dizalimi ? ... Spiritualitas walau dalam perspektif holistik sesungguhnya memang sederhana namun dalam kerinduan beraktualisasi selaras denganNya tidaklah gampang ... Well, susah juga untuk mukhlish murni , begitu mudah untuk muflis bangkrut nantinya)
rehat lagi , ah .... makin mbulet . Kalau ini jujur saja stuck macet .... murni overthinking internal bukan karena gangguan eksternal sama sekali. zazen batin kacau karena fokus terus beralih ? habis yasinan/ takbiran . (ah ... jangan nyalahin yang di luar karena yang di dalam memang ruwet), REHAT .... Rekap yang ada dulu.... revisi lagi lanjutannya nanti ... jika batin sudah mood untuk flow lagi. Dulu arus idea tampak jelas tertata di dalam ketika harus diungkapkan ke luar selalu berputar tidak karuan begini. Kami bukanlah (atau tepatnya saya walau mungkin cenderung dipandang negatif agak introvert /?/... padahal walau canggung sudah berusaha harmonis, lho .. well, memang terlihat tidak mampu luwes simpatik .. namun sesungguhnya tidaklah terlalu) membenci diri sendiri (self hatred ... karena kesenjangan antara idealitas yang kami fahami dengan yang sudah dijalani apalagi mampu dicapai ) apalagi harus membenci yang lain sesama pendagel yang berperan dalam episode kehidupan abadinya masing-masing (agar senantiasa menerima & mengasihi segalanya demi mampu melampaui faktisitas avidya diri sendiri /bukan untuk membandingkan / mengungguli lainnya, lho ... bumerang mana pembandingan buih air samudera keazalian / bagi layak terniscayanya kesedemikianan dharma ini sebagai kesadaran pandangan yang harusnya dilakukan sebagai kewajaran dalam kesedemikianan yang interconnected demi equilibirium keharmonisan keseluruhan dalam desain kosmik yang homeostatis ini ). Walau harus kami akui agak mencemaskan diri juga ..sejujurnya figur yang kami (dan seharusnya juga yang lain ?) takuti adalah diri kita sendiri ? Kitalah penentu sesungguhnya peniscayaan yang akan terjadi karena segalanya akan berbalik lagi ke diri sendiri ... dikarenakan kita sesungguhnya berada dalam sekian layer tubuh dimensi diri (fisik, eteris , astral, kaustal,monade, kosmik, nirvanik, dst ) yang terpantau berkaitan dalam seluruh wilayah kesemestaan Mandala advaitaNya (tergurat jelas dalam atsar./ antah karana/ alaya vinnana, etc batin kosmik kita untuk sesungguhnya bukan hanya yang dilakukan dalam tindakan aktual fisik, ucapan verbal bahkan terbetik pada benak kesadaran kita di kedalaman ?)... well, jadi fahami & sadari sebenarnya tiada mungkin bagi kita untuk menipu/ menjahili/ menzalimi diri /apalagi lainnya/, meninggikan hati /bukan hanya yang layak dihormati namun juga keberadan lainnnya yang seharusnya tetap kita hargai serendah apapun mereka dipandang/ dan lari dari tanggung jawab / baik yang sudah kita sadari maupun yang belum kita fahami karena level kesadaran kita memang belum mampu mencapainya untuk perlu menghadapi & melampauinya/ akan Parama Dhamma ketentuanNya .... apalagi membandingkan, bersaingan, merasa setara (sok akrab/kuasa agar bisa tranyakan mengeksploiTasi lainnya walau yang pasti dirinya sendiri) atau bahkan jumawa seakan mampu melebihi Wujud Sentra Segala Nya Hyang tidak sekedar personal immanen laten deitasNya namun Impersonal Transenden yang melampaui dan melingkupi seluruh wilayah dan pribadi di dalam kuasa, kasih & wujudNya? ). Well ... sebetulnya memang ada yang perlu saya katakan berkaitan dengan itu semuanya ... episode samsarik yang sudah, sedang dan akan kita jalani jika saja inferensi saya atas segala referensi yang ada ternyata benar ..... walau sesungguhnya saya berharap tidak demikian adanya . Singkatnya (mudahnya tiga ini saja) : 1. Mengapa Buddha ada menyatakan sebagian besar dari kita (baik yang beragama & berTuhan ataupun yang tidak ?) terhalang menuju jangankan Nibanna pembebasan, atau lolos ke Brahmanda Jhana 4 (vs Mahapralaya kamavacara ) bahkan untuk ke surga Kamavacara (vs Pralaya Mayapada dunia) bahkan kemudian susah menjadikan kamavacara bawah (yakha, asura, manusia,) justru malah apaya (hewan.petta , niraya) bahkan lokantarika seakan menjadi hunian layak berikutnya /niyata miccha ditthi?/. 2. Mengapa Buddha perlu menyadarkan Brahma Baka (yang nota bene lebih tinggi level keilahianNya dibandingkan Personal God kamavacara cakkavati di bawahNya) untuk tidak meng-Ilah-kan diriNya dan itupun beliau lakukan dengan sedikit pelanggaran sinergi atas Dhamma Kosmik dengan mengalahkannya dengan abhinna keunggulan adikodrati yang dalam level keterjagaan nirvanikNya beliau sadar sebaiknya tidak di gunakan di wilayah mimpi samsarik (Buddha bahkan sebelum pencerahanNya sudah mampu ke maqom ke"ilahi'an yang lebih tinggi ... tidak hanya mampu berkeseimbangan di rupa Jhana bahkan hingga Arupa Jhana ). 3. Mengapa Buddha harus mengumpulkan & memberikan wejangan ovada patimokha di bulan Magha untuk tetap terjaga,berjaga dan menjaga diri kepada 1250 Arahat (Apakah Magga Phala pencerahan Nirvanik yang sesungguhnya melebihi sekedar Jhana Vasi pencapaian Brahmanda tidaklah permanen & bukan sertifikat garansi kosmik kebebasan ) ? Apa yang akan kami katakan nanti mungkin bisa akan sangat menyinggung semuanya dan bisa jadi akan menyudutkan lainnya ..... Haruskah kami utarakan (tepatnya kita bahas ) untuk melalui batu ujian SBAR yang krusial ini untuk melanjutkan ke tahap berikutnya (Bagaimana melalui & melampauinya ) ? Jangan berprasangka buruk dulu ... ini bukan berkaitan dengan memperdayakan (bahkan kalaupun itu sebelumnya ternyata keterpedayaan) namun untuk segera memberdayakan meniscayakan kesedemikianan dalam keseluruhan tidak sekedar mengandalkan kemungkinan yang secara obyektif /holistik menyimpang adanya..... keperwiraan beraktualisasi merealisasikan yang saling mencerahkan/menguatkan nantinya tidak sekedar defesiensi pembebanan yang saling menyusahkan/ menjatuhkan akhirnya. Ini tegasnya tidak dimaksudkan untuk secara konyol memporak-porandakan kemapanan tatanan yang sudah ada apalagi mengobrak-abrik respek sakralisasi selama ini ... bumerang kamikaze / genosida bagi semua, bro. Ini jelasnya dimaksudkan untuk on ptocess menyelaraskan kembali keberadaban spiritualitas kita yang juga by product akan mengembangkan peradaban eksistensialitas berikutnya....ubah orientasi keselarasanNya saja (selera fashion ~ arah passion) , tak perlu ganti asesories apalagi buat pakaian yang baru (hanya akan ulangi kepekokan & kehebohan lama akan kecenderungan siklus kejatuhan ajaran : Saddhamma > mistik > lokiya > pseudo >addhamma,dst...tidak usah lagi mencari apalagi menjadi 'Tuhan' baru bagi lainnya dengan segala atribut pemikat & penjeratnya/ dogma, agent, power < force < squad etc/ ). Segalanya harus dimulai sebagaimana diri kita disini dan saat ini dengan segala faktisitas keterbatasan yang ada untuk diarahkan .... tanpa harus melagakkan diri seakan diri lain yang sudah berbeda (intinya ulat harus meniscayakan kesedemikianan sebagai kupu-kupu dengan tahapan proses metamorfosis kepompong yang sejati & mandiri tanpa membebankan apalagi menjatuhkan ulat yang memang masih liar bahkan kupu muda yang masih naif tampaknya.) .... Berusaha sebaiknya walau hasil mungkin belum sempurna. Hehehe ..... ini guyonan jangan serius : alien maju dari galaksi / dimensi lain mungkin agak heran memantau kita disini yang begitu lambat nyaris stagnan bahkan cenderung mundur perkembangan evolusi, harmoni & sinergi kosmik kita (keberadaban spiritualitas , keselarasan universalitas & peradaban eksistensialitas) dan senantiasa menyukai, melekati & menikmati dukkha kegalauan, kesakauan dan kekacauannya dagelan kita memerankan diri di planet bumi ini. Sejarah mengajarkan kepada kita satu hal utama bahwa kita tidak pernah belajar dari sejarah ... selalu mengulangi kebodohan, kesalahan dan keburukan yang sama disetiap vatta pembentukan , yuga perjalanan & pralaya penggulungan. Kisah ini semula akan kami kembangkan semacam parodi kiasan namun stuck kemarin (parah!) dan lupa lagi saat ini (payah!) jadi ya ... daripada bicara salah & ndabyah tidak berguna dan malahan membuat resah/sesat lainnya yang otomatis juga mengakibatkan noda batin kosmik diri .maka sementara...Wasalam dulu. alurnya demikian si alien tsb ... pesan moralnya ..... kutipan lampau ...: disimpan di akhir saja ... amrih entuk iwak tanpo butek banyune. (menghindari salah faham karena pandangan yang menyeluruh belum dimengerti ... atau tepatnya tidak mudah disampaikan ). Susahnya jadi introvert pembelajar autodidak visual yang tidak cakap berkomunikasi verbal.
Well ... apa ini saja dulu sebagai awalan pembuka keran ...
Agama = Dilema Junaid al-Baghdadi atas shatahat Mansur al-Hallaj (Ana’l Haqq = akulah kebenaran/Tuhan) : “Berdasarkan syari’at, ia bersalah. Menurut hakikat, Allah Yang Maha Mengetahui.” Al-Junaid dikenal sebagai tokoh sufi yang sangat menekankan pentingnya keselarasan antara praktik dan doktrin tasawuf dengan kaidah-kaidah syari’at. Salah satu ungkapan Al-Junaid tentang ilmu tasawuf yang dikutip oleh al-Kūrânī dalam Itḥâf al-dhakī adalah ucapannya: “pengetahuan kami ini terikat dengan al-Qur’an dan al-Sunnah.” Dengan ini mengindikasikan bahwa ajaran tasawuf menurut Al-Junaid haruslah tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah. Mistik = Simran Panca Nama Sant Mat = zikir respek mantra terhadap 5 "Tuhan" penguasa wilayah rohani kamavacara & brahmanda ? = Niranjan, Om, Soham, Shakti and Rarankar (Alakh Niranjan /surga astral?/ - Omkar /layer kausal = Brahm/mara?) etc ) Dhamma = kutipan lampau (ah ... repot ; mau copas ada di blog akun lain. Di blog akun induk banyak yang diblok, sih ..... Coba kutip lagi saja. Plus file referensi terupdate selama ini di google drive ) .... apa bisa selesai di liburan ini, ya ? Ah... dicoba saja sebisanya. Ini bukan sekedar projek liburan tetapi program seluruh kehidupan bahkan sepanjang keabadian diri. Seharusnya tidak sekedar referensi pengetahuan tetapi realisasi penempuhan. Sesungguhnya tidak hanya diperbincangkan (walau diperlukan?) tetapi harus dilaksanakan (untuk peniscayaan). atau langsung saja ... Tuhan ? Walaupun yang Mutlak memang ada (jika Sentra Sejati yang transenden tidak ada bagaimana mungkin sigma dimensi mandala semesta tergelar dengan aneka zenka keberadaan di dalamnya) namun dalam mandala samsara immanen ini banyak petta, asura, yakha, dewata, brahma bahkan nafs ego yang mengidentifikasi diri berkompetisi, berinteraksi ,bertransaksi saling mengeksploitasi / mengaktualisasi diri. Tuhan (atau ketuhanan tepatnya) adalah konsep bagi samudera energi keberadaan yang kemudian diklaim sebagai entitas figure diri yang disakralisasikan secara personal bagi agama (perlu kebajikan eksistensial untuk perolehan kebahagiaan eksternal) & sebagai keberadaan transpersonal bagi mistisi untuk direalisasikan (perlu kebijakan universal untuk pencapaian keholistikan internal).... bagi Dhamma entitas yang masih berklaim tersebut dipandang masih bersifat samsarik demi transendensi azali nirvanik yang lebih murni (perlu kebenaran spiritual demi pencerahan keterjagaan esensial) ? Dalam pandangan kami konsep/figure Tuhan seharusnya tidaklah sedangkal itu ....kami menggeser tepatnya memperluasnya dalam ketak-terhinggaan yang tidak mungkin terjangkau apapun impersonal infinitum indefinite ( see : bahasan di atas). Bahkan jikapun dalam kenyataannya mungkin demikian kita tetap memerlukan sesuatu yang tak terhingga untuk tumbuh berkembang lebih terarah & terpadu demi sinkronisasi kebenaran dan bagi integrasi keutamaan yang dapat direalisasikan dari, oleh & untuk semua (wah ... kok seperti slogan demokrasi massa (kualitas>mayoritas?) tidak oligarki mafia macam khilafah theokrasi / politbiro komunisme atau monarki kesewenangan karena susah untuk aufklarung keberdayaan bersama , Aristoteles?)... paradigma yang naif untuk didengarkan atau arif untuk dikembangkan ? Mungkin agak nggege mongso walau operasi caesar mungkin memang perlu dilakukan. Agar dari bayi prematur paradigma yang belum tiba saatnya ini akan menjadi prototype bagi intelgensi kecerdasan manusiawi kita dalam berfilsafat tidak lagi stagnan & 'mbulet' dan kembali berkembang membaik untuk kehadiran bayi pandangan baru (baca: paradigma sintesa) yang lebih sehat, tepat dan hebat berikutnya. menerima /kenyataan/, mengasihi /kebenaran/ & melampaui /keutamaan/ karena Realitas di kedalaman yang terniscaya sebagai fenomena ke permukaan tsb gradatif (walau memang hirarkis namun tunggal adanya), dinamis (kesempurnaan absolut tidak stagnan namun semakin baik berkembang karena kearifan, kesucian & keutuhanNya) dan integrated (segalanya interconnected demi equilibirium bagi desain kosmik yang homeostasis) keterniscayaan ? prokreasi penciptaan (materi) < emanasi keberadaan (energi) < katalisasi kemungkinan (esensi) Ini memang idea baru yang sama sekali tidak akan pernah menguntungkan ego penganut, penempuh & penembusnya ... tanpa klaim identifikatif/ eksploitatif/ alienatif bagi pembenaran trium falisme, standar ganda dan pembenaran addhama demi kekuasaan eksternal atas lainnya karena .... well, walaupun sebenarnya penyesatan sebagaimana pencerahan memang memungkinkan ada sebagaimana juga kesadaran parama dharma dan maha avidya ini namun demikian ..... pengkhianatan terbesar kita sesungguhnya menyangkal kenyataan, mengabaikan kebenaran dan mengacuhkan keutamaan yang digariskanNya bukan hanya demi evolusi, harmoni & sinergi individualitas 'tan-diri' kita namun juga bagi keberlangsungan, keberlanjutan dan kebersesuaian equilibirium bagi kaidah sistem atas desain kosmik yang homeostasis & interconnected mandala semesta ini dan segalanya seharusnya semakin menghampa sebagai ketiadaan murni dari keberadaan sejatiNya. Kenyataan sejati, Kebenaran abadi & Keutamaan azali ini akan selalu terjadi walau kita tidak mampu memahamiNya, walau kita tidak mau mengakuiNya & walau kita (bukan hanya tidak menjalani namun malah ) berusaha menjauhiNya . Geser kutipan : Berhadapan dengan ketidak-terhinggaan ... bagi setiap pemberdaya ... langit senantiasa tiada batas umtuk senantiasa tumbuh berkembang dalam keberdayaan melampaui segala labirin keterpedayaan & pemerdayaan yang senantiasa ada mengintai dalam setiap evolusi, harmoni & dimensi yang diskenariokanNya. Aktualisasi holistik Kusala Kiriya para Sakshin Ariya tanpa perlu mengalienasi , mengidentifikasi apalagi mengeksploitasi (bukan hanya internal namun juga eksternal ... demi eksistensialitas, universalitas & transendentalitas yang terrniscayakan via kefahaman, kecakapan & kelayakan ... sebagai kesadaran dalam kewajaran sebagaimana adaNya ... lillah, billaah, fillaah .... Wei Wu Wei (Just action .. without acting & actor ?)
AH . REHAT LAGI ... JAGONG DULU. MEMANTASKAN KERUKUNAN < MENUNTASKAN KEBUTUHAN. NUWUN.
PROLOG
APERSEPSI = PANENTHEISTICS 3Panen-ego-istics ? panentheisme Hyang Esa (Realitas sebagai organisme besar diri ?) .... kesemestaan Panen-geo-istics ? panentaoistic Hyang Ika (Realitas sebagai tatanan agung alam ?) .... keselarasan Panen-deo-istics ? panentheistics Hyang Ada (Realitas sebagai biasan nyata inti ?) .... keterpaduan MONOLOG AKTUALISASI = GNOSIS WISDOM Parama Dharma dalam Mandala Advaita dengan Formula Swadika Beretika atas kesemestaan (Being true , humble, responsible = nobody deserve everything ... just be no fake one in the Real One)Berdaya dengan keselarasan (pengarahan keabadian, pencakapan kehidupan, peralihan kematian)Bersiaga dalam keterpaduan (terjaga sbg esensi transendental, menjaga sbg media universal, berjaga sbg figur eksistensial)EPILOG ANTISIPASI = EPISODE SAMSARIK a quest for secret global ? Be lonely as chickenlish eagle in the trully crowd of eaglelish chicken ... secret in hidden but sincere in real ? ( Bangunlah peradaban eksistensialitas via keberadaban spiritualitas dalam keselarasan universalitas : hitech science empiris / interkoneksi lintas kosmik / bersama saling memberdaya menuju asymptot kesejatian segalanya ) x delusi penguasa semu dunia eksternal tetapi kehilangan segalanya (internal diri sejatinya sendiri) ... harga yang terlalu mahal untuk kedunguan ... walau memang seakan terkesan tampak lebih hebat dari mereka (tepatnya mungkin juga kita semua) yang masih terlelap dalam anggapan naif, harapan liar dan pandangan semu. paradoks terbesar keabadian : nobody really deserve everything meanwhile somebody only possess nothing (keterjagaan > keberdayaan> kebahagiaan)Quo vadis : mendekati yang adibuddha di lokuttara atau memerani 'markandeya' di lokantarika untuk kembali mendagel di samsara, zachner ? ( bersegera dalam keterniscayaan transenden atau masih penasaran dengan penjelajahan universal atau memang kecanduan dengan permainan eksistensial ?)PENUTUPSELESAI
WELL ... LANJUTKAN LAGI. ...
INPUT VLOG 1. WELCOME
tolong ... jangan dipermasalahkan lagi .... tiada niatan sedikitpun dari kami untuk merampas/melanggar hak cipta baik secara eksistensial apalagi finansial. Murni hanya sekedar ingin berbagi referensi berkualitas dari, demi & bagi kita semua .... untuk kutipan Welcome to the Earth (selamat datang di planet bumi) - the last scene of the Secret - LOA movies 2006 berikut 1. EH = You may be feeling that it would be easier to be hearing these words if they had come to you the first day of your experience upon this earth. And if we were talking to you on your first day of physical life experience, we would say to you, Welcome to planet Earth. There is nothing that you cannot be or do or have. You are magnificent creator, and you are here by your powerful and deliberate wanting to be here. Go forth, giving thought to what you are wanting, attracting life experience to help you decide what you want, and once you have decided, giving thought only unto that. Most of your time will be spent collecting data, data that will help you decide what it is you want. But your real work is to decide what you want and then to focus upon it. For it is through focusing upon what you want you will attract it. That is the process of creating.Anda mungkin akan merasa lebih mudah untuk mendengar kata-kata ini. Seandainya disampaikan kepada anda pada hari pertama anda hadir di bumi ini. Dan jika seandainya kita dapat berbicara pada anda, saat anda pertama sekali hadir secara fisik di dunia ini, kami akan berkata : selamat datang di bumi . Tak ada satupun yang tidak dapat anda kerjakan, menjadi atau memiliki. Anda adalah Pencipta yang hebat. Dan anda ada disini dikarenakan kekuatan dan keinginan anda untuk ada disini. Maju terus, fikirkanlah apa yang anda inginkan. “Tariklah” pengalaman hidup untuk membantu anda menentukan apa yang anda inginkan, Dan sekali anda telah memutuskan apa yang anda inginkan, fikirkanlah hal tersebut saja. Sebagian besar waktu anda akan dipakai untuk mengumpulkan semua data, data yang akan membantu anda menentukan apa yang anda inginkan. Tetapi, tugas anda yang sebenarnya adalah menentukan apa yang anda inginkan dan lalu fokuskan ke hal yang anda inginkan. Karena melalui pemfokusan ke hal yang anda inginkan akan “menarik” hal yang anda inginkan. Itulah yang disebut proses penciptaan.2. MB = I believe that you're great, that there's something magnificent about you. Regardless of what has happened to you in your life. Regardless of how young or old you think you might be. The moment you begin to "think properly," this something that's within you, this power within you that's greater than the world, it will begin to emerge. It will take over your life. It will feed you. It will clothe you. It will guide you, protect you, direct you, sustain your very existence. If you let it Now that is what I know, for sure.Saya percaya anda adalah hebat, bahwa ada sesuatu yang luar biasa tentang anda. Tanpa menghiraukan apa yang terjadi dalam hidupmu,terlepas dari betapa muda atau tuanya anda, pada saat anda mulai dapat berfikir sebaik-baiknya:ada sesuatu di dalam, kekuatan di dalam diri anda ,yang bahkan lebih kuat dari dunia ini,kekuatan ini akan mulai muncul,kekuatan ini akan menguasai hidup anda. Dia akan menghidupi anda,memberi anda pakaian,membimbing anda, melindungi anda, mengarahkan anda,mempertahankan eksistensi anda …. Jika anda mengizinkannya. Hanya itulah yang saya tahu … yang sebenarnya.Mama this will help(Mama,ini akan membantu );FEEL GOOD=Merasa Baik ( Nyamankanlah diri anda )
Kalau ini seakan 'lagu wajib' kutipan kami selama ini di seluruh vlog yang ada. Terima kasih atas izin pemaklumannya selama ini.My Favorite Video AWAKEN - SAMADHI TRAILERCopy Right = https://www.youtube.com/@AwakenTheWorldFilmSamadhi - Film Trailer [9 minute excerpt from film]Reupload :Awaken Samadhi Trailer = https://www.youtube.com/watch?v=rjI3EUU72ME&t=11sAWAKEN - SAMADHI TRAILER (Eng-Ina sub) ReUpload = https://www.youtube.com/watch?v=nRzpWuoSvws&t=162s2. 1 Akun : maxwellseeker@gmail.com maxwell seeker atau https://www.youtube.com/channel/UC-rkgGCcpqG-R-AWRA4OBOQ AWAKEN SAMADHI TRAILER Eng Ina sub = https://www.youtube.com/watch?v=04EXAAxcdBE&t=274s3. 1 Akun : englishindonesian11@gmail.com EnglishIndonesian atau https://www.youtube.com/channel/UCoyZ6llUIUekhkNZInq7npg AWAKEN - SAMADHI TRAILER (Eng-Ina sub) = https://www.youtube.com/watch?v=3CnCSHVAT_k&t=30s4. 1 Akun : dhammaseeker79@gmail.com DhammaSeeker atau https://www.youtube.com/channel/UCbvmNk761y4BIkqocr-V7_A AWAKEN SAMADHI TRAILER Eng Ina sub ReUpload Again = https://www.youtube.com/watch?v=0INHo70k5Qc&t=52s5. 1 Akun : dhammasikkha1@gmail.com Dhamma Sikkha atau https://www.youtube.com/channel/UCOvUi8WXDetP3E0OL2rdCRgAWAKEN SAMADHI TRAILER Eng Ina sub = https://www.youtube.com/watch?v=nNYuBa2JWGk&t=75sAND6. 1 Akun : teguhkiyatno42@guru.smp.belajar.id Teguh Kiyatno atau https://www.youtube.com/channel/UCsWSJ-yGYcqJSm7qUKB-KwA7. 1 Akun : masterteguh788@gmail.com Master Teguh atau https://www.youtube.com/channel/UC2QA4Md6ml5JQOFQPFHumzQAWAKEN SAMADHI TRAILER Eng Ina subtitle = https://www.youtube.com/watch?v=qXZUyoISXfs&ab_channel=MasterTeguh
Transkrip Awaken Samadhi Trailer (Uniion Mystics )AWAKEN SAMADHI TRAILER(Original Source - Copy Right) https://www.youtube.com/watch?v=dqGdWoW-GT8
If you hold this feeling of “I” long enough and strongly enough the false “I”will vanish, leaving only the unbroken awareness of the real immanent “I” or consciousness itself ~ Sri Ramana Maharshi."Jika Anda memegang perasaan 'aku' ini cukup lama dan cukup kuat, maka 'aku' yang semu akan lenyap, hanya menyisakan kesadaran tak terputus yang nyata, keberadaan imanen 'aku', atau kesadaran itu sendiri." ~ Sri Ramana MaharshiSamadhi is an ancient Sanskrit word which means Union. It is the union of individual persona, the egoic self with something greater, something unfathomable to the mind. Samadhi is a surrendering, a humbling of Individual mind to the Universal mind. The purpose of Meditation, Yoga, Prayer, Chantings and all Spiritual practices is one and that is Samadhi. In the language of Christian mystics it is humbling oneself before God. Samadhi is realized through what Buddha called the middle way or what in Taoism is called the balance of ying and yang. In the yogic traditions it is called the marriage of Shiva and Shakti.Samadhi adalah kata Sansekerta kuno yang berarti Persatuan. Ini adalah penyatuan persona individu, diri egois dengan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tak terduga bagi pikiran. Samadhi adalah penyerahan, merendahkan pikiran Individu ke pikiran Universal. Tujuan dari Meditasi, Yoga, Doa, Nyanyian dan semua praktik Spiritual adalah satu dan itu adalah Samadhi. Dalam bahasa mistik Kristen, itu berarti merendahkan diri di hadapan Tuhan. Samadhi diwujudkan melalui apa yang disebut Buddha sebagai jalan tengah atau yang dalam Taoisme disebut keseimbangan ying dan yang. Dalam tradisi yoga, ini disebut perkawinan Siwa dan Shakti. When Samadhi is perfect, it is wisdom of the great ultimate reality. An understanding of the relationship between form and emptiness, relative and absolute, its a coming into one's true nature. Samadhi begins with a leap in to the unknown.Ketika Samadhi sempurna, itu adalah kebijaksanaan dari realitas tertinggi yang agung. Pemahaman tentang hubungan antara bentuk dan kekosongan, relatif dan absolut, yang masuk ke dalam sifat sejati seseorang. Samadhi dimulai dengan lompatan ke hal yang tidak diketahui.In order to realize Samadhi, one must turn consciousness away from all known objects, from all external phenomena, conditioned thoughts and sensations towards consciousness itself. Towards the inner source, the heart of essence of one's being.Untuk mewujudkan Samadhi, seseorang harus mengalihkan kesadaran dari semua objek yang diketahui, dari semua fenomena eksternal, pikiran dan sensasi terkondisi menuju kesadaran itu sendiri. Menuju sumber batin, inti dari keberadaan seseorang.The source of all existence is not a thing or object that one can see like in these physical world we do. It is perfect emptiness or stillness itself. It is the emptiness which is the source of all things.Sumber dari semua keberadaan bukanlah hal atau objek yang dapat dilihat seseorang seperti di dunia fisik yang kita lakukan ini. Itu adalah keheningan atau keheningan sempurna itu sendiri. Kekosongan itulah yang menjadi sumber segala sesuatu.This union cannot be understood with the limited individual mind. It is only directly realized when the mind becomes still. There is no Self that awakens. There is just ‘you' that awakens. What you are awakening from is the illusion of the separate self from the dream of the limited ‘you'. The World that now you think you are living in is actually ‘you'. It is your higher self or the selfless self. Annata.... No Self.Persatuan ini tidak dapat dipahami dengan pikiran individu yang terbatas. Itu hanya disadari secara langsung ketika pikiran menjadi tenang. Tidak ada Diri yang terbangun. Hanya ada 'kamu' yang terbangun. Dari mana Anda terbangun adalah ilusi dari diri yang terpisah dari impian 'Anda' yang terbatas. Dunia yang sekarang Anda pikir Anda tinggali sebenarnya adalah 'Anda'. Itu adalah diri Anda yang lebih tinggi atau diri yang tanpa diri/tidak mementingkan diri sendiri. Tanpa aku ... Tiada diriSamadhi is so simple that when you are told that what is it and how to realize it, your mind will always miss it because the mind is what needs to be stopped before it is realized. It is not a ‘happening' at all. It is the surrendering of the individual mind to the higher mind or big mind..Samadhi begitu sederhana sehingga ketika Anda diberitahu bahwa apa itu dan bagaimana merealisasikannya, pikiran Anda akan selalu merindukannya karena pikiran adalah apa yang perlu dihentikan sebelum disadari. Ini sama sekali bukan 'terjadi'. Ini adalah penyerahan pikiran individu ke pikiran yang lebih tinggi atau fikiran besar.The most important teaching of Samadhi is perhaps found in this phrase:- “Be Still & get Know”.Pengajaran paling singkat dari Samadhi mungkin dapat ditemukan dalam frase ini: "Diamlah dalam keheningan dan ketahuilah Hal tersebut."Silence is the language of God. All else is poor translation. - Rumi(Keheningan adalah bahasa Ilahi. Semua hal lainnya hanyalah 'terjemahan' belaka yang tidak memadai. – Rumi)How can we use words and images to convey stillness? How can we convey silence by making noise? Rather than talking about Samadhi as an intellectual concept. this film is a radical call to INACTION. A call to stillness. A call to meditation and inner silence. A call to STOP.Bagaimana kita dapat menggunakan kata atau gambar untuk menjangkau keheningan ? Bagaimana kita dapat menyampaikan keheningan dengan membuat kebisingan ? Film ini ditujukan sebagai suatu panggilan radikal untuk "tanpa-aksi". Suatu panggilan untuk menuju keheningan. suatu panggilan untuk meditasi dan keheningan di kedalaman. Suatu panggilan untuk BerhentiStop everything that is driven by the pathological egoic mind. Be still and know.Hentikanlah segala sesuatu yang dibawa oleh fikiran diri yang sakit. Berdiamlah dan KetahuiNo one can tell you what will emerge from the stillness. It is a call to act from the spiritual heart.Tidak ada yang bisa memberitahu Anda apa yang akan muncul dari keheningan. Ini adalah panggilan untuk bertindak dari jantung spiritual.Samadhi is not some mystical 'altered' state of being. It is simply one's natural state of presence, of consciousness unmediated by thought, unmediated by an egoic identity.Samadhi bukanlah sejumlah tahap perubahan keberadaan yang bersifat mistis. Ini hanyalah keberadaan alamiah kehadiran seseorang. yang kesadarannya tidak terpisahkan oleh fikiran, tidak terpisahkan oleh identitas suatu diri pribadi.Most of humanity is in an altered state all the time... A state of egoic identification with form and thought. When one is in a state of natural presence and non-resistance, Prana flows more freely through the inner world. This pranic stream which is prior to the nervous system, prior to the senses and thinking,becomes a new interface with reality. Literally a new level of consciousness or new way of being in the world.Sebagian besar umat manusia dalam keberadaan yang terpisahkan sepanjang waktu … Suatu keberadaan beridentifikasi diri dengan bentuk dan pikiran. Ketika seseorang dalam keadaan kehadiran alamiah dan tanpa tekanan, Prana mengalir lebih bebas melalui dunia batin. Aliran prana ini yang sebelumnya menuju ke sistem saraf. sebelumnya menuju indrawi dan fikiran, menjadi antarmuka baru dengan kenyataan, Secara harfiah suatu tingkat kesadaran yang baru atau cara baru keberadaan di dunia.It is through the ancient teachings of Samadhi, the humanity will begin to understand the common source of all the religions and to come into alignment once again with the spiral of life …. Great Spirit, Dhamma, or the Tao.Ini melalui pengajaran Samadhi kuno bahwa umat manusia akan mulai memahami sumber umum dari semua agama dan untuk datang ke dalam keselarasan sekali lagi dengan spiral kehidupan Roh Agung, Dhamma, atau Tao.Samadhi is the 'gateless gate’ and ‘pathless path' and it is the identification with the self structure which separates our Inner and Outer worlds.Samadhi adalah 'gerbang tanpa gerbang' dan 'jalan tanpa jalan' dan itu adalah identifikasi dengan struktur diri yang memisahkan dunia Batin dan Luar kita.
WELL ... LANJUTKAN LAGI. ...
TAMBAHAN KUTIPAN LAMA (Dicheck & recheck jika ada yang melanggar pedoman komunitas .... hehehe, jadi inget bimbingan konsultasi thesis dulu, hampir 2 tahun penuh ... tapi nggak apa-apa. niatan bikin makalah tidak nyari masalah ? ) backup lintas blog =JUST IDEA FOR SEEKERS ....https://teguhkiyatno.blogspot.com/2022/10/just-idea-for-seekers.htmlWell, Susah juga ndagel patut (berperan tepat dalam figur eksistensial insaniah multi peran dalam faktisitas / kompleksitas keberadaan duniawi samsarik) ... Masih 2.5 tahun lagi baru bisa tergenapi pensiun pembebasan kedinasan /kualitas kinerja menurun kuantitas waktu belum tuntas/, nih ( masa pandemi Corona yang sudah berlalu tidak lagi bikin galau namun semoga bisa ngelumrah tanpa masalah umtuk Husnul khotimah tanpa harus kacau dan tidak perlu sakau dengan segala keribetan & perepotan yang ada). Setiap kita memang perlu melalui dan melampaui setiap episode permainan keabadian yang disebut kehidupan (hingga kematian ... pasti. namun tetap tanpa kedewasaan pencerahan lagi karena asyik mbadut dalam dagelan nama rupa samsarik ? hehehe ) ini. Semoga berkah tetap mampu dijalani ... minimal bubrah tak perlu kita lakukan bukan hanya pada diri sendiri apalagi kepada semesta kebersamaan dan sentra keseluruhan segalaNya ... tahu diri hanya sebagai setitik air impersonal reality di samudera raya keberadaan untuk sekedar selaras wajar meng-ada tanpa perlu pekok meng-ada ada apalagi heboh meng-ada ada kan. (tanpo ngumpluk ... kegeden anggep & kakehan karep ? - jw). Semoga janji sharing idea bisa tuntas segera ... kalau belum ? Ya .. lanjutkan paska pensiun nanti saja (jika sempat waktu hidup , ada energi intelgensi, komitmen niatan berbagi lagi dsb, lho)POSTING LAMA DI BLOG INI JUGA (BELUM DIBLOK, LHO..... JADI HALAL & LEGAL DIGUNAKAN LAGI) COPAS SAJA ... PILAH NANTI WAH ... KOQ KEMBALI KUTIP MENGUTIP POSTING LAMA ... IDEA BARU PENUNTASANNYA SUSAH MASUK LAGI, NIH. ARUS IDEA BARU MALAH JADI MAMPET TERTUTUP LAGI , NIH Plus Idea (Curhat ?)Imaginasi kami memang sangat liar .. pantas susah menjadi meditatif (proliferasi arus batin papanca ? Beta blocking bagi gelombang alpha ?). Bukan type filsuf cerdas yang akurat dalam detail renungan / pemikiran intelektual yang mendalam apalagi gyani yang senantiasa terjaga vivekha & terarah vairagya ... (jadi inget impian masa kecil jadi komikus cerita fantastis, hehehe). Namun demikian dari kekurangan & kelemahan tersebut terkadang kami temukan juga kelebihan & kekuatan lain yang walau mungkin fantasi tersebut terkadang cenderung fiktif namun bisa juga terimprovisasi solutif juga tampaknya. Ada sebuah buku berkesan di masa kecil kami ... sebetulnya ini salah beli buku almarhum orang tua. Alih-alih membelikan kamus bahasa Inggris untuk putera SMPnya beliau memberikan buku filsafat berat berbahasa Inggris (Sydney Hook : Determinism & Freedom in the modern age of science). Bikin kelabakan namun sekaligus penasaran ... via buku tsb kami 'menyelami' bahasa inggris (by product kecakapan) walau tidak sepenuhnya memahami isinya (on process kesadaran). Namun ada satu quote yang kami suka dari buku tsb : Make something happen ... membuat sesuatu (layak) terjadi. Paradigma peniscayaan keberadaan inilah yang kemudian senantiasa men-trigger kami kala menghadapi media problem yang perlu segera diketemukan formulasi solusi tepat untuknya. ... walau berusaha serius namun sayangnya kami akui tidak genius/ cukup taktis untuk menjadi problem solver (terkadang malah jadi trouble maker bagi diri sendiri /plus lainnya?/.... ironis, hehehe ?)Mbulet, ya .. langsung saja 3 Pertanyaan Mendasar = JUST SAY REKAP (pertanyaan eksistensial diri seeker ?)1. WHAT = apa arti hidup ini ,2. WHY = mengapa kehidupan yang tidak pasti seperti ini harus kami jalani dan 3. HOW = bagaimana harusnya kami mengamati, mengalami dan mengatasi grand desain sistem kosmik ini. Itu adalah titik balik diri untuk kembali wajar sebagaimana kebanyakan orang dan juga bahkan untuk menjadi sadar sebagai seorang seeker tentang hakekat permainan kehidupan ini. Susah juga mengutarakan ini Bagaimana kondisi ideal yang perlu terjadi agar evolusi, harmoni & sinergi dalam transendensi keabadian sebagai viator mundi bisa tertuntaskan (cepat, mudah & tepat) sementara kecakapan, kemapanan & kewajaran kita dalam peran eksistensial kita sebagai faber mundi juga bisa terpantaskan sehingga dalam setiap peralihan keberadaan universal (keberadaban spiritualitas , keselarasan universalitas & peradaban eksistensialitas) terlintaskan juga (keberlangsungan terjaga, keberlanjutan terbawa dan kebersesuaian terniscaya).ini lebih ruwet lagi, bro. MAU NGOMONG APA TADI .... Mandala Advaita (mengapa keterniscayaan yang tidak positif ini yang malah terjadi ... bagaimana keterniscayaan yang tidak negatif ini mungkin bisa terjadi ). Dikasih prakata koq malah stuck. payah. Overthinking atau overlapping, nih. Nggak nyambung. Rehat, Relax dulu. Well,Lihat ... walau externally tanpa dihalangi sekalipun kami jujur saja sering terhalang internally ... Mungkin memang diperlukan 'minimal' seorang Buddha (Maeteyya?) untuk membabarkan ini semua (walau jika faktor circumstance masih tidak menunjang cenderung akan relatif sama ajaranNya dengan sebelumnya (Gotama?) dan cenderung akan siklis menurun lagi juga). Namun demikian akan menjadi mudah bagiNya untuk menjabarkan fenomena samsarik karena keberadaanNya yang berada dari wilayah atas (keterjagaan lokuttara) secara utuh menyeluruh ketimbang kami (tepatnya : kita) yang merangkak dari bawah mengatasi faktisitas keterbatasan manusiawi kita (baik secara individual mandiri maupun kolektif bersama ... walau kita sadar untuk konsisten bahwa etika kosmik panentheistik dalam equilibirium desain kosmik homeostasis yang interconnected ini adalah menyadarkan untuk mengarahkan yang didalam dan bukan menyalahkan agar mengalahkan yang diluar) yang mana dalam kebelum-layakan tsb kita mengamati beragam pelangi labirin kemungkinan dan menginferensikan kepastian yang bukan hanya nyata sekedar rasional (sesuai akal yang sehat .... tidak akal-akalan apalagi hanya asal-asalan ... untuk menyibak realitas kebenaran yang maujud dalam fenomena kenyataan sesungguhnya dalam orientasi autentik mementingkan kebenaran universal segalanya bukan manipulatif membenarkan kepentingan eksistensial nafsunya sendiri saja) namun juga bisa menjaga & membawa kita ke level kesadaran / kecakapan / kelayakan yang holistik akan hakekat semua ini ... idealnya yang seharusnya kita jalani dalam penempuhan berikutnya tidak sekedar kita fahami demi khazanah pengetahuan belaka. Guyonannya pada posting Sita Hasitupada ini adalah senyum kecut kami seeker padaparama atas senyum cerah Buddha sang tathagata, hehehe. wah ... kelamaan curhat. Segera buat celah terobosan baru agar arus idea kembali mengalir, bro.
Ini saja dulu ..cari gambar FW Nietzche dulu (maaf, ya ? )Ini filsuf yang saya kagumi karena passion keberaniannya namun sekaligus kurang kami setujui karena motion keterarahannya. Ingat ya, dalam etika panentheistik seharusnya memang tidak ada yang bisa kita cela. Kalaupun ada itu harusnya diri kita sendiri yang tidak cukup arif swadika dalam permainanan kosmik keabadian ini. Orang lain, peristiwa dsb hanyalah media tarbiyah atau trigger pemicu belaka ... baik buruknya (effek kosmik / dampak karmik) nanti tergantung diri kita sendiri bagaimana mensikapi & menjalaninya. Jadi kawan & lawan (kalau bisa kita istilahkan dalam terma dualitas ini) bagi setiap diri adalah dirinya sendiri bukan lainnya. Well, inilah mungkin sebabnya para penempuh umumnya sangat anxious/ curious memperhatikan dirinya (sebagai yang paling ditakuti namun sekaligus yang paling dicintai agar senatiasa terarah tidak menyimpang apalagi melanggar etika dan malah berusaha menermina, mengasihi dan melampaui segalanya demi peniscayaan kesedemikian dalam keseluruhan ini) . Nietzche (filsuf yang kontroversial mematikan 'tuhan' lama demi lahirnya 'tuhan' baru ?) No. Jangan salah sangka dulu (ini usaha buka keran episode samsarik parodi kiasan alien maju yang lalu untuk memahami 3 mengapa yang kami ajukan sebagai pancingan pembuka penalaran & kesadaran kita bersama ... semoga sampai & tidak stuck lagi ). Kita tetap harus respek sakralisasi tuhan lama (karena tampaknya memang ada misunderstanding tentang kaidah kosmik yang berlaku dengan sistem relasi yang terjadi ... bukan kesengajaan pemerdayaan karena niatan semula memang tulus untuk memberdayakan lainnya, koq .... susah ngomongnya, nih) namun perlu respek juga sisi positif mentalitas uebermensch ('tuhan baru?) ini dari sisi keperwiraan untuk menerima segalanya dan kemandirian autentik (bukan mencitra & tanpa meminta namun demikian harusnya/ adanya ) bukan untuk wild wisdom pembenaran addhamma berkuasa atas lainnya (wille zur macht / will to power... pelayakan kekuasaan untuk pemaksaan , penjarahan & penjajahan atas lainnya) ... kalau ini mah sami mawon (sama saja) bahkan lebih parah & payah ... tanpa malu dan tiada ragu menjatuhkan keberadaban spiritualitas manusiawi kita sendiri sehingga tampak semakin jelas/tegas semu, naif & liarnya ... sudah tidak harmonis (cukup tampak beradab di permukaan) apalagi holistik (memang sungguh beradab dalam kenyataan) malah neurotik & lunatik lagi (menyimpang dari kesehatan mental & melanggar bagi kebersamaan keseluruhan). Stabilitas dalam kebersamaan memang faktor penting dalam mengembangkan peradaban eksistensialitas namun perhatikan juga vitalitas kebebasan bagi keselarasan alamiah universal dan terutama pertimbangkan juga integritas keutamaan demi pengembangan ilahiah transenden semuanya (lainnya?) ... So, hindari atau bijaklah dalam menggunakan hegemoni hierarkis kala memaksakan kekuasaan atas lainnya (dalam kekuatan ada arah bagi kebaikan, Dalam kebaikan akan ada kekuatan).
NEXT .... REHAT LAGI. ADA PERLU ... MAPAK ISTRI. NANTI ? LIHAT DRAKOR. BESUK ? JAGONG LAGI. PASTI ADA WAKTU LUANG ... KALAU TIDAK ADA ? YA, LUANGKAN WAKTU YANG ADA. ASAL ARUS IDEA DARINYA MENGALIR YA SALURKAN SAJA .... KAMI CUMA PRALON BUKAN TANDON, KOQNUWUN. MAAF ... R3 (REKAP, REHAT,RELAX) DULU, YA ? Alasannya klasik ... repot eksternal, ribet internal, flow macet, nunggu file baru, dsb... hehehe.LINK SEMENTARA GOOGLE DRIVE =REKAP SD 13072023 OKE (108.79 MB )LINK SEMENTARA GOOGLE DRIVE =EBOOK ABHIDHAMMA BUDDHISME INA (DBS, ETC) = 184.01 MB ?ARCHIVE ORG MENYUSULSkip to main content listing of REKAP SD 14072023 REV.zipBAHASAN LANJUTAN SEE = JUSTSHARE Saling Berbagi Selasa, 11 Juli 2023 LANJUTKAN ,SEEKERSDARI ARCHIVE ORG Skip to main content listing of REKAP SD 14072023 REV.zipSkip to main content listing of PLUS EBOOK 14072023.zipHEHEHE ... TAMBAH AMUNISI BARU UNTUK MELANJUTKAN PEMBAHASAN KITA.disamping REKAP ada EBOOK BARU (BUDDHISM & TAOISM) ... antara lain Abhidhamma DBS yang edisi bukunya sudah kami terima dulu ... ANUMODANA.WELL ... SAMPAI MANA KITA ? Nietzche Mahakarya Nietzche dulu sudah juga kami upload, lho ... coba cari di
REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/3 REKAP/ARCHIVE/TOTAL UPLOAD ARCHIVE 343 SD 08072023 OKE.docx
3271175
REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/3 REKAP/ARCHIVE/TOTAL UPLOAD ARCHIVE 343 SD 08072023 OKE.pdf
39113592
Nietzche ? NIETZSCHE .... wah ralat salah nama lagi, ya ... kurang huruf s. /juga lainnya : ali syariati > shariati ... mistransliterasi: syin > shod ? /Jul 10, 2020NOVELdataPLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE
2020-07-10 16:35
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/53962963-Seruan-Zarathustra-F-nietzsche.pdf
2020-07-03 23:32
1816858
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder
2020-07-11 02:03
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/BEYOND GOOD AND EVIL.docx
2020-07-04 00:48
222981
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/BEYOND GOOD AND EVIL.pdf
2020-07-04 00:49
632780
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/Nurita Meliana 07203241006.pdf
2020-07-03 23:27
6983714
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/THUS SPAKE ZARATHUSTRA.docx
2020-07-03 23:35
398768
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/THUS SPAKE ZARATHUSTRA.pdf
2020-07-03 23:35
1348687
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/Thus-Spoke-Zarathustra-by-F.-Nietzsche.pdf
2020-07-03 23:29
1126018
juga Jul 13, 2020MYSTICSdataSELECT MYSTIC 1/ENG/PHILOSOPHY/Nietzsche's Tuhan Sudah Mati.pdf
2019-01-05 13:51
2293529
Nietzsche (semoga tidak salah ketik lagi) memang figur yang unik ..... Well, ini piyayinya. Sangar, nggih?
REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/3 REKAP/ARCHIVE/TOTAL UPLOAD ARCHIVE 343 SD 08072023 OKE.docx | 3271175 |
REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/3 REKAP/ARCHIVE/TOTAL UPLOAD ARCHIVE 343 SD 08072023 OKE.pdf | 39113592 |
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE | 2020-07-10 16:35 | ||
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/53962963-Seruan-Zarathustra-F-nietzsche.pdf | 2020-07-03 23:32 | 1816858 | |
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder | 2020-07-11 02:03 | ||
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/BEYOND GOOD AND EVIL.docx | 2020-07-04 00:48 | 222981 | |
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/BEYOND GOOD AND EVIL.pdf | 2020-07-04 00:49 | 632780 | |
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/Nurita Meliana 07203241006.pdf | 2020-07-03 23:27 | 6983714 | |
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/THUS SPAKE ZARATHUSTRA.docx | 2020-07-03 23:35 | 398768 | |
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/New folder/THUS SPAKE ZARATHUSTRA.pdf | 2020-07-03 23:35 | 1348687 | |
PLUS NOVELS/ALL/NIETZSCHE/Thus-Spoke-Zarathustra-by-F.-Nietzsche.pdf | 2020-07-03 23:29 | 1126018 |
SELECT MYSTIC 1/ENG/PHILOSOPHY/Nietzsche's Tuhan Sudah Mati.pdf | 2019-01-05 13:51 | 2293529 |
NietZSche dengan jujur (kasar?) mengungkapkan sisi gelap gambaran & impian jurang terdalam batin yang kita sembunyikan dengan topeng agung kepicikan (<kesadaran<kelayakan?) & kelicikan (<kepolosan<ketulusan) kita selama ini? atau dia sengaja/ terpaksa memerankan diri (alih-alih memperdaya mengorbankan lainnya memilih sukarela memberdaya dengan mengorbankan citra dirinya) sebagai antagonis dengan menelanjangi kemunafikan manusiawi kita bagi keautentikan vitalitas naluriah kita sebagaimana yang tersurat diungkapkan dalam tokoh Zarathustra atau demi keholistikan spiritualitas nuraniah lanjutan kita yang tersirat untuk dikembangkan ? Well, by the way ... beliau (dia?) telah berpartisipasi, berkolaborasi & berkontribusi dalam memperkaya khazanah filosofis keberagaman pelangi pemikiran/pandangan manusiawi kita ... Via konsep figur idealnya (Uebermensch) cukup banyak mentrigger filsuf pemikir lain (seperti era lalu : manusia filsuf - Yunani, Insan Kamil /mystics?/- Ibnu Araby, dsb) untuk masa berikutnya : Zorba the Buddha - Osho, Rausyan Fikr - Ali Shariati, Insan Kamil /modern?/ - M. Iqbal dst. etc etc etc THEN, WHAT'S NEXT .......? WAH, TAMPAKNYA BERPUTAR LAGI APA MALAH KESASAR, NIH. MAU MASUK TIMINGNYA SUDAH PAS ATAU BELUM SIH ? RENCANA SEMULA MAU MASUK LEWAT CELAH NIETZSHE UNTUK LANGSUNG BAHAS JAWABAN NAMUN TAMPAKNYA HARUS BAHAS LAINNYA DULU UNTUK KEJELASAN BAHASAN, KELUWESAN OMONGAN ... TUNTAS MASALAH TANPA HARUS BUAT MASALAH BARU (konflik salah faham yang tidak perlu ... ikannya harus dijaring tidak dipancing tampaknya ... itu sanepan (kiasan -jw), bro .... supaya bisa faham tanpa harus salah faham ... ikan pemahaman tetap sehat tak terluka didapat dengan tanpa perlu timbulkan kekeruhan di kolam kebersamaan. Neti neti neti (terma gnosis) arti harfiahnya = bukan seperti itu ... Sering digunakan oleh mistisi kejawen sebagai jane ora ono opo opo sing ono kuwi dudu (sebenarnya tidak ada apa apa , yang ada itu bukan ) . Jadi inget senggakan lagu romo ono maling /guyon, lho/: Ngono yo ngono,Ngona ngono ning ojo ngono… seperti itu ya seperti itu tetapi ya jangan seperti itu ... kalau ini nyemoni /menyindir/ : semono yo semono ning yo ojo semono ... sekian ya sekian tetapi ya jangan sekian. Sudah, ah ... mbanyolnya. Serius. Terjemahan yang tepat seharusnya : ngono yo ngono ning ora ngono (dikatakan demikian bolehlah sebagaimana demikian namun dalam hal ini tidak hanya bahkan bukanlah demikian itu.....). Ini terma dalam harusnya tidak difahami dangkal. Sama dengan konsep anatta ... setelah melampaui eksistensial meng'aku' kita seharusnya universal meng'esa' dan kemudian meniada (walau 'ada'). Transendensi adalah aktualisasi, transformasi & realisasi sejati bukan anihilisasi atas triade diri, alam & inti. kutipan lalu : well ... jadi mudah kopas sekarang (ada di blog akun yang sama ... kumpul di tema JFS ... sementara jangan usil diblok dulu, ya . Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya). Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak & tersekap dalam keterpedayaan yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah). Ini sering terjadi pada kita kala belajar (pengetahuan, penempuhan. penembusan) baru. Aduh ... ngomong apa supaya jelasnya. Dikasih contoh saja. Einstein Scientist genius ketika menghadapi fenomena ketidak-pastian dalam teori fisika quantum agak kesal dan menyatakan walau dia memahami fenomena kerelativitasan namun tidak mau menerimanya dan menyatakan: "Tuhan tidak mungkin bermain dadu". Einstein benar dalam batas pandangan yang difahami tersebut namun demikian permasalahan yang dibahas tidak selalu berada dalam batas pandangan kita semula. Ada sekian banyak kemungkinan yang tidak selalu pasti terjadi sama persis sesuai dengan apersepsi pengetahuan kita semula dikarenakan memang faktor peniscayanya lebih luas & kompleks daripada batas pengetahuan yang sudah kita miliki. Tuhan (atau mungkin tepatnya : kosmik semesta) ini memang tidak berjalan ngawur ... ada kaidah tatanan di dalamnya ... yang sayangnya belum mampu kita fahami. Bahkan formula E = mc2 yang menakjubkan tersebut bisa jadi hanya terpenuhi dalam layer dimensi fisik berfrekuensi energi di bumi/ galaksi/ semesta ini saja ... sementara di layer dimensi fisik lain (apalagi di layer kosmik yang lebih halus , semisal : eteris, astral, kausal, monade, dst) mungkin bisa dan malah pastilah berbeda variabel pangkat c (kecepatan cahaya) >2,dst ... Well, para scholar Buddhism mungkin bisa memahami & menjelaskan lebih baik lagi dikarenakan wawasan serupa juga bukan hanya mereka fahami bahkan yakini ('dadu' life span 31 lokadhatu alam kehidupan yang semakin ke atas/ dalam pasti tidak bahkan memang harus beda .. frekuensi, kalkulasi & formulasinya). kutipan posting lainnya, ya ? referensi sama ... asal copas saja... Kutipan :https://kalamadharma.blogspot.com/2020/06/mbuh.html (Maybe?) you may say I am a dreamer, but I am not the only one.... (Mungkin) anda boleh mengatakan saya adalah pemimpi namun saya bukanlah satu-satunya orang tersebut ... ingat penggalan lyrik lagu Imagine John Lennon Beatles tahun 70-an ini (masih SD, bro?) ?. Kalau saya tidak lupa mengingat referensi lama mungkin Sri Aurobindo seorang mistisi/pemerhati spiritualitas modern India (?) pernah mengungkapkan pernyataan yang berbeda dari kebanyakan pandangan umum yang biasanya kelam/ negatif tentang keberadaan akhir zaman nanti. Ada fitnah besar dan perang hebat antara dualitas yang benar dan salah (yang benar pastinya menjadi pemenang atau yang menang akhirnya dianggap benar ... history atau his story ? ... entahlah ... peristiwa memang terjadi namun sejarah /bisa?/ dicipta) ada juga ini ... fase kappa turun dikarenakan sudah merosotnya etika manusia maka pada masa itu kezaliman menjadi kelaziman bahkan atas nama kebenaran, kebijakan dan kebajikan sekalipun kepalsuan, kebejatan dan kekejaman halal, legal bahkan normal dilakukan hingga jatah usia manusia menjadi susut hingga 10 (sepuluh) tahun ? Walau tidak menafikan mungkin akan terjadi demikian sebagaimana harusnya diterima dan diyakini (demi tetap perlu eksis dan lestarinya siklus permainan samsarik ?), namun demi sinkronisasi pengharapan yang positif ... alih-alih meng-'amin'-i nubuat negatif tersebut, Sri Aurobindo (tolong direcheck namanya ... kalau tidak salah saya baca buku Anand Khrisna antara tahun 1990-an sebelum rehat 'nge-lumrah' menikah th 2000 menjalani kehidupan awam orang kebanyakan) malah menyatakan (positif/ optimis) bahwa ada kemungkinan juga pada saat itu justru terjadi sebaliknya ... Terjadi Pencerahan Total (?). Dalam kebersamaan pemberdayaan kedamaian semesta tersebut tidak ada gunanya fitnah apalagi harus ada perang besar yang bukan hanya secara parah menghancurkan peradaban namun juga melenyapkan keberadaban manusia itu sendiri .... sehingga cukuplah jatah 10 tahun akselerasi taktis masa pencerahan sudah bisa dicapai (?). Manusia saat itu sudah begitu sadar, cakap dan layak untuk saling memberdaya diri sebagai/selayak Ariya puggala baik di level swadika, talenta maupun visekha (istilah pali mungkin Kammavipaka/ kammassakata ?). Tanpa pandangan/niatan/tindakan yang salah dan buruk hindari dari apaya, dengan kebaikan sikap/sifat/amal yang wajar dan murni layakkan surga, dengan perkembangan ke-tihetuka-an mantapkan samadhi layakkan jhana Rupa Brahma 4 sampai moksha anenja ? , dalam kekokohan samadhi tingkatkan panna bagi pencerahan hingga kebebasan ?Ditengah situasi kondisi New Normal yang masih kacau dan tidak bisa diatasi dengan sakau apalagi galau ....sekedar pengalihan stress (galau?) walaupun semu ... bayangkanlah begitu positifnya impian 'gila' ini... pada saat itu dikarenakan bukan hanya keberadaban manusia namun juga peradaban manusia berkembang dengan sangat baiknya (senantiasa ada korelasi kosmik antara perkembangan etika dan peningkatan logika dalam kehidupan ini) ... well, saat itu keberadaban introspektif intrapersonal & interaksi antar personal kondusif berkembang baik sehingga dengan level kesadaran yang tinggi tingkat kecakapan manusia juga meningkat disamping perkembangan level metafisik spiritual juga trick sains teknologi membentuk peradaban juga semakin maju sehingga level kesehatan holistik dan empirik juga terjaga walau ada atau tidak ada pandemi semacam ini. (dengan tatanan sosial yang lebih madani tidak totalitarian seperti New Order novel 1983 1984 George Orwell ... Big Brother ? mari kita tambahkan agar lebih indah dan megah lagi sesuai dengan keinginan kita atau anda ?). Saat itu bukan hanya interaksi kosmik antar galaksi yang jauh terjalin baik bagi manusia bumi (seperti film Star Trex, bro .. bisa bisnis liburan ) namun juga bahkan interaksi metafisik antar wilayah rohaniah samsarik para yogi (seperti Mystics & Buddhist, guys ... bisa amati/singgah ke alam Eteris /apaya - petta - asura - yakha Bhumadeva/, wilayah Astral /surga catumaharajika - tavatimsa - yama ?~ Alakh Niranjan?/ , Dimensi Mental /Tusita- Nimmanarati, Paranimmitavasavatti ? ~ Wisnu, Brahma, Shiva ? : Kal ?/, Monade Kosmik (Para Brahma etc:...yogi penjelajah harus lebih tinggi/murni levelnya ke anenja moksha, bro.) bahkan hingga anatta Nirvanik ? Lebih heboh lagi jika ada Liga Galaksi Semesta di alam fisik & Sangha Antar Dimensi (semacam PBB) untuk harmoni bersama saling memberdaya holistik diri plus duta diplomatiknya. By such mastery, no much mistery ? Wah....sudah terlalu melantur khayalannya,ya ?. Hehehe...Kembali membumi lagi sebelum gila beneran. Well ... walau agak semi guyonan kami utarakan tentang impian akhir zaman posting kami waktu pandemi lalu (bukan hanya menghibur diri & lainnya , lho) sesungguhnya memang kami sengaja mengarah kepada perkembangan yang mungkin saja bisa terjadi pada masa depan (tentu saja variabel peniscayanya harus dipenuhi dulu ... keberadaban spiritualitas/kesadaran kita/ berkembang /berpandangan benar, berpribadi murni & berprilaku mulia/ sehingga dalam keselarasan universalitas tersebut kecakapan kita juga meningkat /media kecerdasan eksistensial, akses kecerdasan universal, insight kecerdasan transendental/ bahkan juga keterjagaan transendental .Itu hanya hipothesis inferensial keterniscayaan kami, lho ,,, hanya fantasi intelektual bukan ramalan apalagi nubuat (jujur saja kami 'kosongan' tanpa perewangan apalagi pewahyuan, wangsit inspiratif dan sejenisnya ) ..Well, walau saat itu dalam evolusi tersebut sinergi kosmik untuk tidak jumawa & semena para suciwan yang tanggap sistem kosmik ..........MASIH BIKIN ALUR UNTUK ARUS IDEA Kemungkinan pencerahan total? sinergi valensi memungkinkan disamping evolusi pribadi sudah terealisasikan & harmoni dimensi terniscayakan dalam perkembangan wilayah eksistensial kita. kemajuan science ? relativitas impossibility ? No. nanti akan ada paradigma sinkronisasi singularitas .... yang memungkinkan bukan hanya pengetahuan namun juga penjelajahan kosmologis (bahkan tidak hanya dalam layer dimensi energi fisik yang sama tetapi juga dalam frekuensi dimensi yang beda ) kemajuan hitech ? biotehc ... nggak cuma AI robotic, lho (nanti itu sudah dianggap jadul, ..cyborg mandiri saja bukan hal aneh nantinya) Well, dulu saja pernah dimitologiskan/ diesoteriskan (contoh : golem lazarus - Kabbala? - juga : absorbsi nutrisi energi - tahapan Taoism ? gampangnya : kiriya yogi Giribala - buku autobiografi yogi paramahansa yogananda;pro kreasi pelestarian manusia via bayi tabung kurava atau sistem pujan pandava; dst. kemajuan metafisik ? sabdo dadi, kun fa ya kun, abrakadabra LOA /so what?/ bisa juga ... tetapi harus juga jaga etika kosmik universal (tidak asal umbar apalagi hanya karena terprovokasi & dimanipulasi kepicikan/kelicikan naluri lintah ego umat pemujanya atau bahkan memang nafs ego yang dipujanya sendiri ... istilah kami sinergi untuk tidak mentang-mentang bisa kuasa/wasesa langsung bisa seenaknya saja melanggar etika kosmik ... bisa menjatuhkan evolusi pribadi dan yang lebih parah/payah lagi mengacaukan harmoni dimensi..Awas : bahkan kutukan kemarahan ibu kurava yang setia dalam sila saja bisa memusnahkan juga keturunan yadava Khrisna avatar ilahiah wisnu ... (kutukan ini juga salah, lho ... bukan pembenaran hanya demi kewaspadaan/ keterjagaan kita walau memang ber'aku' untuk tetap harus meng'esa' ... susah 'meniada' karena kenyataan alamiah memang sebagai 'diri' ?). Sekali lagi kami utarakan pada intinya memang musuh terbesar setiap diri (termasuk kita semua ) adalah egonya sendiri. pergeseran lokadhatu lebih asymptot ? mungkin akan lebih spiral membaik (sehingga paradigma suddhavasa bahkan bisa dilakukan di mayapada ... agak mempermudah pacceka juga sammasambuddha berikutnya dalam samana dhamma : pabajita, pindapata , selibat... bukan hanya delusi sensasi/ fantasi figure namun juga gender kosmik sudah dilampaui, absorbsi nutrisi energi sudah automatically cakap . Prokreasi dimensi ? karena wilayah sudah bergeser.. ekstase emanatif spontan dari dimensi bawah cukuplah sudah ... bagi yang masih belum/ sudah tidak/ bukan lagi anagami arahata ? peradaban hitech / metafisik di atas bisa digunakan asal secara sinergi tidak melanggar etika kosmik atau perlu turun tingkat lagi ke lokadhatu yang lebih rendah ? brahmanda stabil akan delusi fantasi, sensasi, persepsi < kamavacara (atas - platonic < tengah - romantik < bawah - erotic ) < dunia manusia < apaya (hewan moha - petta lobha - niraya dosa ) < lokantarika ( menunggu kejatuhan para abhasara mengilahkan diri, markandeya ? .. babakan baru memulai dagelan nama rupa samsarik versi figur baru ?) nah ... clue jawaban mengapa 3 sudah mulai jelas kan ... nanti kita perjelas lagi dengan bahasan desain kosmik tentang mandala advaita & kaidah sistem niyama dhamma (juga hukum karma citta, lho) ... tanpa perlu kami nyatakan secara eksplisit (karena ewuh, lho) semoga anda faham mengapa ini bisa terjadi, apa yang sebenarnya berlangsung dan sadar bagaimana melalui dan melampauinya .. juga dampak & effek pensikapan kita dan antisipasi tindakan / realisasi lanjutan. Hanya itu tugas saya (?) ngandake ora ngandani ( hanya memberi tahukan berbagi info tanpa sok mulia menasehati apalagi sok kuasa memaksakan .... hehehe, wong saya sendiri tidak selalu bisa mampu/ mau menjalani sepenuhnya ? Rekan SBAR kami akan mengkritisi keras, lho /masih tinggi ego ,bikin murka tuhan, cela dunia, dosa akherat, noda samsarik, etc/ ... Well, namun memang itu kenyataan kita (eh ... saya saja tanpa melibatkan lainnya) sesungguhnya. Namun minimal kita faham sehingga bisa lebih menerima dan pastilah bertanggung jawab jika dampak karmik dari effek kosmik yang kita lakukan yang seharusnya terjadi memang terjadi tanpa menyalahkan siapapun juga kecuali diri sendiri (jika negatif) dan jika positif ? tetap tawadhu tidak ghurur terpedaya dan senantiasa memberdaya diri (jika anda SBAR ? jangan sok namun bersyukur pada Tuhan , jika anda SBNR ? ya respek pada kosmik dengan grand desain yang tertata dalam kaidah akurat Nya ini ) . Ini tidak menyalahi bahkan sudah sesuai dengan komitmen posting semula
Sadhguru Yasudev Quotes : Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them.Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menempuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah mereka
SLOGAN PANENTHEISTIK
See :slogan pacceka Amor Dei, Amor Fati (Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.) Dhammo have rakkhati dhammacarim (Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha (lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga) Appamadena Sampadetha (berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya)
BE RESPONSIBLE bertanggung jawablah BE HUMBLE (dalam) kerendah-hatian BE TRUE (untuk menjadi) sejati
Sikap Batin Dasar : Be Realistics to Realize the Real Menjadi spiritual (kemurnian autentik) tidak sekedar mengemas kesalehan estetik religius Untuk waspada (kaidah keutamaan > konsep kebenaran > trick kelihaian ) Demi konsistensi & kontinuitas 'ovada paccceka? maka Kaidah etika keutamaan tidak sebatas klaim konsep kebenaran apalagi sekedar trick kelihaian pembenaran 'sacred monistics' perlu ditekankan & ditegaskan. Ini dimaksudkan sama sekali bukan untuk menyinggung/ menyangkal kepercayaan normatif religius kita selama ini namun justru demi mendukung bahkan meningkatkan keberdayaan autentik spiritual kita selanjutnya. In short , agar senantiasa terjaga dalam kebenaran evolutif , menjaga kebersamaan semuanya & berjaga dari segala kemungkinan ...... bukannya terjatuh dalam semunya keterpedayaan, naifnya ketersesatan apalagi liarnya pengrusakan bukan hanya diri sendiri namun bahkan juga lainnya. Sacred Monistics ? self term untuk pembenaran anggapan hanya dengan imaginasi / identifikasi bahwa karena telah berpandangan, beranggapan, berkelakuan bahkan pernah mencapai 'pencerahan' / "penyatuan' seseorang merasa sudah berhak merasa suci dan boleh melakukan apapun juga (termasuk kebejatan, kekejaman dsb) terhadap dirinya sendiri maupun orang lain, lingkungan sekitar, dsb. perlu akal sehat, hati nurani & jiwa suci dalam spiritualitas demi kebenaran, kebajikan & kebijakan bukan hanya demi evolusi pribadi kebaikan/perbaikan diri sendiri saja tetapi juga harmoni dimensi kebersamaan & kesemestaan dengan lainnya disamping ... tentu saja ... agape alithea dalam keselarasan Saddhamma di mandala advaita ini.
Be True : x imaginative vs kesemuan : kesombongan berpandangan / beranggapan ( identifikatif ?) mencela itu tercela./mencela itu tercela bukan hanya untuk yang tidak selayaknya dicela bahkan juga jikapun dianggap layak untuk itu awas kesombongan, jaga keseimbangan demi kebijaksanaan akan Kesunyataan holistik /. Adalah keyakinan semu (atta dipatheyya/loka dipatheyya?) yang menyatakan/menghalalkan bahwa kita akan dianggap / dipandang mulia ego kita jika bisa berbangga diri apalagi jika menista lainnya ? Sesungguhnya tidak perlu mengkambing-hitamkan setan, mara & derivatnya (dajjal, lucifer, kafir, etc), karena sejujurnya kenaifan & keliaran ego kita sudah cukup parah & payah untuk merusak diri sendiri dan alam semesta ini tanpa perlu godaan atau cobaan siapapun juga. Well, jika mereka yang "tercela" tersebut memiliki integritas etika yang lebih baik & maju mereka pastilah akan berprihatin dengan kenaifan berpandangan ini ... sebaliknya jika moralitas norma mereka tidak cukup baik mereka tentulah akan tertawa karena kejatuhan bersama akan keliaran prilaku ini.. Kutipan : Well, dunia kehidupan ini sesungguhnya mampu mencukupi semuanya dengan kelimpahan, kedamaian & kebahagiaan namun tidak akan mampu untuk memenuhi keserakahan, kesombongan dan kesewenangan seorang manusia sekalipun. Orang lain (lebih luas makhluk lain) adalah (sebagaimana) diri kita sendiri yang kebetulan saja saat ini menjalankan peran yang berbeda. Dsb Dst Dll (
Kutipan : Keraguan Ehipasiko? Well, just ... Sapere aude (Horace/Kant?) Be wise .. dare to know ... Bijaksanalah untuk berani (menjelajah meng-eksplorasi) untuk mengetahui / menerima (kebenaran pastinya). Tentu saja ini dilakukan tidak dengan asal-asalan apalagi hanya akal-akalan demi tujuan identifikatif (membanggakan keakuan) saja apalagi manipulatif (membenarkan kemauan) belaka... well, sebagaimana konsistensi kaidah kosmik di awal mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus kebenaran. Perlu integritas kesungguhan autentik individual yang personal immanen untuk memahami totalitas keseluruhan holistik universal yang Impersonal Transenden ... sebagai zenka laten deitas putera keabadian untuk menyadari kembali Sentra sejati KeIlahian dengan sigma mandala Kaidah alamiah Saddhamma yang sesungguhnya berlaku nyata walau tanpa perlu pengakuan namun mutlak perlu penempuhan yang selaras denganNya. Ketuklah maka pintu akan dibukakan - demikian kutipan kata Alkitab Kristiani yang pernah kami baca. Itu adalah pintu kebenaran yang sama bagi semua ... pintu tanazul yang menjatuhkan kebodohan/ kepalsuan kita dalam kesemuan, kenaifan dan keliaran permainan samsarik dan sekaligus gerbang taraqi yang mengarahkan kesadaran/ kemurnian kita kembali ke rumah sejati (minimal senantiasa mengingatkan kita akan hakekat segalanya yang murni dalam kesejatianNya dan karenanya dengan kemurnian yang relatif identik sebagai makhluk spiritual apapun label keberadaan & level keberdayaan pada saat lampau, kini & mendatang kita menyelaraskan cara pandang, laku penempuhan dan pelayakan keberdayaannya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada.). Jika zarah /wadah ? memang telah masak & layak segalanya tentunya akan terjadi sebagaimana yang seharusnya terjadi dalam kesedemikianan yang multi dimensional ini ... bukan hanya pada keberadaan eksistensial namun juga kesemestaan universal bahkan hingga kesunyataan transendental.
Be Humble : x identificative vs kenaifan : terjaga untuk terus memberdaya & tidak mudah terpedaya (magga phala & ritual ibadah ?) Untuk menjadi ahli & suci memang mutlak diperlukan kearifan & kebaikan .... namun tidak jaminan setelah level keahlian & kesucian tercapai bisa dipastikan kearifan & kebaikan akan mengikuti. Selama berada dalam kondisi meditative okelah (karena toh dengan tidak melakukan kebodohan/kesalahan/keburukan kepada lainnya sudah termasuk kebaikan) namun apakah bisa dipastikan setelah itu kebijaksanaan & ketawaddhuan terus berlanjut dan tidak justru berubah dengan takabur kesombongan & pembenaran standar ganda kepentingan karena sudah merasa berlabelkan suci tsb (ingat : Ovada patimokha di bulan magha atau khosyiun - daaimun .... kelestarian meditative pada 3 saat sebelum, ketika & setelah meditasi/realisasi/) kutipan : Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya). Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak & tersekap dalam keterpedayaan yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah).
Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ... terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental
Be Responsible : vs keliaran manipulatif : senantiasa terjaga, menjaga & berjaga dari segala kemungkinan( tidak hanya mengandalkan/mengharapkan/membebankan ... maaf 'hanya' ... rahmat pengampunan/penebusan dosa & kemungkinan ahosi karma/ penghalalan 'kiriya' sacred monistik ) Walau memang ada kemungkinan pertolongan eksternal maupun keberuntungan Mahakammavibhanga internal dsb namun demikian demi kebenaran, kebajikan & kebijakan , janganlah melakukan kebodohan internal & pembodohan eksternal apapun juga kepada siapapun saja .... Bahkan kalaupun itu memang kebenaran tersebut ternyata memang demikian kenyataannya namun sikap keutamaan adalah tetap lebih perwira, terjaga dan berdaya dalam segala hal ... bolehlah bertaruh akan 'keajaiban' namun bersiagalah menerima jika yang tak diperkirakan justru yang terjadi. (Be Wise, guys). Latihan aktualisasi murni untuk mampu melampaui faktisitas samsarik tidak sekedar defisiensi perolehan apalagi manipulasi transaksional belaka ?.
Jadi slogan panentheistik seeker kami (being true, humble & responsible) bukan sekedar term untuk keren-kerenan saja. Karena baik dengan sadar ataupun tidak sadar toh kita semua akan menghadapinya juga ... dengan vivekha atau terpaksa. So, percuma saja kita berusaha menyangkal & tidak menerimanya apalagi menjauhi & menghalanginya. Kaidah kosmik Transenden ini memang tidak butuh pengakuan, pembelaan atau pemujaan dari yang immanen... namun dia akan menggilas siapapun yang menentangnya dan menerima siapapun yang mengarah kepadaNya. Dan dia tidak bisa dieksploitasi, diidentifikasi ataupun dialienasikan karena Wujud, Kuasa & KasihNya melingkupi segalanya .... tanpa pandang bulu. Jadi kita? ya sama saja ... dia tidak butuh sekedar kepercayaan (penganggapan/ pengharapan) referensi pengetahuan belaka namun terutama keberdayaan (keselarasan/ kesesuaian) akumulatif aktualisasi penempuhan sejati dari semua. Hanya memegang (mengagungkan?) peta buta perjalanan tidak berarti serta merta kita langsung sudah tiba di tujuan sana, kan ? Itulah mengapa kami menyatakan Well, menerima kenyataan, mengasihi kebenaran & menjalani keutamaan adalah keniscayaan untuk diniscayakan demi keterniscayaan (suchness philosopy) karena itulah yang sudah, sedang dan akan selalu terjadi dalam kesedemikianan keseluruhan ini. tanpa pandang bulu.? jadi inget ... insert video : Bhante Pannavaro tentang keyakinan dulu ... di posting mana, ya ? Ah kelamaan ini saja. (lupa time stamp nya) ADUH . LIBURAN AKAN HABIS MASIH BELUM SELESAI JUGA, NIH ... DICUKUPKAN SEKIAN DULU APA DILANJUTKAN .... MBUHLAH. lanjutkan ah ... mumpung masih ada luang waktu Wah, mati wifi lagi, nih ... rehat , ah. sudah dulu. Menuntaskan & memantaskan yang lain juga. BAHASAN LANJUTAN LINK SEMENTARA GOOGLE DRIVE = REKAP PASKA 16072023 PLUS F3 = FAHRUDIN FAIZ FILES (NGAJI FILSAFAT 10 TAHUN) PLUS ? Sementara belum di Archive Org (masih sungkan belum bisa donasi, ya ? masih bokek/ sudah habisan, nih). Kita selesaikan dulu. Sementara pakai Free Google Drive Storage 7 Akun kami dulu ... walau tidak sepraktis trick archive org kami namun tetap bisa download file terbaru sharing kami, koq ... malah bisa memilih yang diperlukan saja. Lanjutannya mulai dari apa lagi, nih ... Tersela fokus lain jadi disorientasi. Well ... pertama ini dulu.
Syukurlah/ Alhamdulillaah .. Di saat stuck, tandon menyalurkan air bagi pralon untuk segera mengalirkannya. Sebelum diarsipkan kita selesaikan dulu (mulai nanti susah juga . Bersama yang lain kita tampaknya memang perlu / patut untuk kembali (dengan/ tanpa ?) hanyut tenggelam dalam pemantasan/ penuntasan peran figur eksistensial lagi, nih) Untuk gambaran awal sudah kami utarakan pada posting sebelumnya. COPAS SAJA, YA ? Ngejar Deadline
Parama Dharma vs Maha Avidya Realitas Ilahiah & Mandala Advaita Eternal Forever + Formula Swadika
Be Realistics to Realize the Real Bersikap realistis untuk merealisasi yang real NDAGELE SAKMADYO WAEjalani drama kehidupan ini sewajarnya saja Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan.
KUTIPAN = GALAU CORONA
CORONA 1
Terjemahan Lirik Lagu The Sound Of Silence - Simon And Garfunkel
Hello darkness, my old friendHalo Gelap, teman lamaI've come to talk with you againAku datang untuk bicara padamu lagiBecause a vision softly creepingKarena sebuah penglihatan sayup-sayup merayapLeft its seeds while I was sleepingTinggalkan biji-bijinya saat aku tertidurAnd the vision that was planted in my brainDan penglihatan yang tertanam di otakku ituStill remainsMasih tetap adaWithin the sound of silenceDi dalam suara keheningan
In restless dreams I walked aloneDi dalam mimpi-mimpi gelisah, aku berjalan sendirianNarrow streets of cobblestoneJalan-jalan sempit berlapis batako‘Neath the halo of a streetlampDi bawah lingkaran cahaya lampu jalanI turned my collar to the cold and dampKubalik kerahku tuk berlindung dari dingin dan lembabWhen my eyes were stabbed by the flash of a neon lightSaat mataku tertusuk kilatan cahaya neonThat split the nightYang membagi malamAnd touched the sound of silenceDan menyentuh suara keheningan
And in the naked light I sawDan di cahaya telanjang, kulihatTen thousand people, maybe moreSepuluh ribu orang, mungkin lebihPeople talking without speakingOrang-orang berbincang tanpa bicaraPeople hearing without listeningOrang-orang mendengar tanpa mendengarkanPeople writing songs that voices never shareOrang-orang menulis lagu yang tak pernah terbagi oleh suaraNo one dareTak ada yang beraniDisturb the sound of silenceMengganggu suara keheningan
“Fools” said I, “You do not know"Orang-orang bodoh" kataku, "Kalian tak tahuSilence like a cancer growsKeheningan, seperti halnya kanker, tumbuhHear my words that I might teach youDengar kata-kataku hingga aku bisa mengajarimuTake my arms that I might reach you”Raih tanganku hingga aku bisa meraihmu"But my words like silent raindrops fellTapi kata-kataku seperti tetes hujan jatuh tanpa suaraAnd echoed in the wells of silenceDan bergema di sumur-sumur keheningan
And the people bowed and prayedDan orang-orang membungkuk dan berdoaTo the neon god they madePada Tuhan neon yang mereka ciptakanAnd the sign flashed out its warningDan tanda kilatkan peringatanIn the words that it was formingDalam kata-kata yang dibentuknyaAnd the sign said “The words of the prophetsDan tanda itu berkata "Kata-kata para nabiAre written on the subway wallsTertulis di dinding-dinding terowongan bawah tanahAnd tenement hallsDan aula-aula tempat tinggalAnd whispered in the sounds of silence”Dan berbisik dalam suara keheningan" https://terjemah-lirik-lagu-barat.blogspot.com/2016/09/the-sound-of-silence-simon-garfunkel.html
Well, mungkin inilah saatnya bagi kami untuk berbagi bukan lagi sebagai "persona" sebagaimana figur yang seharusnya diperankan (sebagai seorang manusia yang lahir dan hadir di dunia ini dengan segala atribut eksistensial yang ada) namun sebagai sesama zenka "seeker" yang terbang menjelajahi cakrawala pengetahuan keabadian dalam kehidupan ini dengan dua sayap paradoks keterbukaan dan keterjagaan atas dualisme kenyataan menjaga keberimbangan, menjalani keswadikaan dan menggapai kebijaksanaan sebagaimana harusnya ….Sayang sekali walau mungkin cukup sarat akan wawasan pengetahuan namun sangat minim dalam penempuhan sehingga tiada layak dalam tataran penembusan yang seharusnya bisa dicapai. Ini tidak hanya membuat kami risih namun juga riskan. Apalagi bahasan spiritulitas ini tentuna akan menyerempet (melanggar ?) masalah yang bukan hanya sangat krusial namun juga sangat sensitive bukan hanya bagi para Neyya Buddhist namun juga umat agama lain termasuk (terutama?) saudara muslim kami. Disamping kami harus menjaga logika, bahasa dan etika dalam penyampaiannya tampak sangat perlu moderasi keterbukaan pengertian untuk tidak salah faham akan orientasi niatan kami dan juga sikap kritis keterjagaan penalaran anda semua jika memang ada kesalahan pandangan yang kami ajukan. Ini hanyalah kontribusi pandangan untuk memperluas pandangan kita dengan tanpa maksud sama sekali untuk meng-konversi diri sendiri ataupun orang lainnya ke suatu ajaran tertentu namun sekedar masukan wawasan untuk kembali mentriangulasikan paradigma cara pandang kita bukan hanya dalam kehidupan duniawi ini dengan segala problematika figure eksistensial kita yang multi peran namun juga demi keberlanjutan kita mensiagakan diri dengan segala keberdayaan yang diperlukan untuk menghadapi segala dilematika kemungkinan yang ada (bahkan jika itupun ternyata berbeda sama sekali dengan yang telah kita yakini dan persiapkan selama ini). Pada intinya nanti walau dalam leveling pemilahan memang perlu adanya kebaikan untuk melayakkan taraqqi yang lebih baik namun dalam labeling tidak ada yang perlu merasa direndahkan/ ditinggikan karena memang demikianlah desain keberadaan kasunyatan ini memang harusnya/nyatanya tergelar. Segalanya terlingkup sebagai aneka dvaita pelangi kenyataan dari cahaya advaita mentari kebenaran dalam living kosmos kesemestaan homeostatis tunggal yang sama … amala, avimala (prajna paramita hrdaya sutra).
Sadhguru Yasudev Quotes : Whatever you have – your skills, your love, your joy, your ingenuity, your ability to do things – please show it now. Do not try to save it for another lifetime.Apa pun yang Anda miliki - keterampilan Anda, cinta Anda, kegembiraan Anda, kecerdikan Anda, kemampuan Anda untuk melakukan sesuatu - tolong tunjukkan sekarang. Jangan mencoba menyimpannya untuk kehidupan mendatang.
OKAY ...
Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan) dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara: Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.
Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara: Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.
Cobalah untuk tidak merendahkan sesuatu demi meninggikan lainnya (ide atau bahkan ego diri) Untuk beranjak dari eksistensial menjadi transcendental kita harus bersikap universal. (Universalisasi diri sesungguhnya kunci gerbang pertama dan utama spiritualitas transenden) Fahamilah trick rasionalisasi pembenaran / irrasionalitas perendahan yang walau terkadang diakui sebagai kecakapan yang mengagumkan dan menguntungkan bagi sebagian besar kita dalam komunitas kebersamaan namun sesungguhnya dalam pandangan Saddhamma – Dhamma Sejati itu adalah upaya pembodohan yang sangat parah bahkan kebodohan yang amat payah … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). Dalam posting Sita Hasitupada … apakah anda mengira Buddha Gautama tersenyum karena dia bangga akan telah tercapainya kebebasan pencerahannya dan memandang rendah mereka yang masih belum terjaga bahkan lelap bermimpi dalam keterbatasan panna kebijaksanaannya? Kami memandangnya tidak demikian… Dia tidak mungkin transendental mencapai nibbana jika masih ada naifnya keakuan untuk berbangga menyombongkan diri atas lainnya apalagi karena merasa bahagia atas derita makhluk lain yang belum terjaga (malah level eksistensial tidak universal?). Itu adalah senyum murni kearifan sakshin (istilah mistik “penyaksi”?) atas kesedemikianan Realitas Dhamma atas fenomena dhamma yang internal/eksternal – individual/universal – eksistensial/transcendental. Dalam Prajna Paramita Hrdaya Sutra (Mahayana ?) Buddha Avalokitesvara memandang segalanya walau memang beda namun setara tanpa perlu memperbandingkan dualitas pembeda (amala – avimala … suci – tidak suci). Desain advaita memang sedemikian adanya tanpa perlu mana kesombongan identifikasi semu pengakuan diri apalagi autorisasi untuk memanipulasi lainnya sehingga .universalisasi kasih eksistensialitas ‘diri’ para Ariya itu kiriya non karmik .. murni apa adanya sebagai aktualisasi kewajaran (karena memang keterjagaannya) tidak lagi sekedar pelayakan kesadaran (karena perlu keterarahannya) apalagi deficiency pencitraan (karena demi kepamrihannya).
Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya). Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak & tersekap dalam keterpedayaan yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah). So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi. Spiritualitas yang dewasa mutlak memerlukan kelayakan dengan pemastian kehandalan bukan sekedar pelagakan meyakinkan kecitraan belaka. Pencapaian keberdayaan untuk menghadapi segala kemungkinan tidak sekedar menggantungkan pengharapan kepercayaan yang bisa saja semu adanya... kemelekatan fanatis atas dogma justru akan bisa kontraproduktif sebagaimana pelekatan naif lainnya. Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa) Ashin Tejaniya_Don’t Look Down On The Defilements They Will Laugh At You .pdf Chogyam Trungpa_Cutting Through Spiritual Materialism.pdf The Five Ego Traps To Avoid in Meditation print rev.pdf Lima Perangkap Ego yang Harus Dihindari dalam Meditasi.pdf Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ... terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental. SEE = Link : data apa itu kebenaran & Link : video there is no truth Bhante Punnaji.
KUTIPAN : See : apa itu kebenaran Bhante Pannavarro. Lim, kalau kamu bertanya dan mencari kebenaran, kebenaran itu persis seperti panasnya lampu minyak yang barusan kamu rasakan. Ada namun tidak terlihat, terasa namun tak dapat digenggam, mengelilingimu dengan cahayanya namun tak dapat kamu miliki, semua orang merasakan hal yang sama, melihat pancaran lampu tersebut, namun saat ingin dimiliki atau disentuh dia tak tersentuh, namun dapat dilihat dan dirasakan, itulah kebenaran. Kebenaran itu universal Lim, milik penciptanya dan segenap dunia ini, namun saat kebenaran ingin dimiliki oleh satu orang saja atau satu kelompok saja, dia akan langsung menghilang tak berbekas, karena kebenaran itu untuk disadari, dijalani bukan untuk dimiliki oleh makhluk yang Annica ( Tidak kekal) ini, makhluk yang Lobha ( Serakah) ini, makhluk yang penuh Irsia ( Iri hati) ini, makhluk yang penuh dengan Moha ( Kebodohan) ini dan bukan pula punya makhluk yang penuh dengan Dosa (Kebencian) ini. Disaat sebuah kebenaran sudah di klaim oleh orang lain atau hanya milik sebagian kelompok saja, maka kebenaran tersebut akan berubah menjadi pembenaran, menurut dirinya sendiri, menurut maunya sendiri, menurut nafsunya sendiri. Jadi Lim anakku, berjalanlah diatas kebenaran, lakukanlah yang benar benar, namun jangan sekali kali muncul keinginan untuk memiliki kebenaran yang universal tersebut, karena kebenaran itu universal tidak dapat dimiliki oleh siapapun kecuali Sang Pencipta kebenaran itu sendiri. semoga dapat dipahami dan semoga semua makhluk berbahagia lepas dari penderitaan selamanya, Sadhu sadhu sadhu.. Link : video there is no truth Bhante Punnaji. https://www.youtube.com/watch?v=NCS27-M1Cu0&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=43
Parama Dharma vs Maha Avidya Realitas Ilahiah & Mandala Advaita Eternal Forever + Formula Swadika
Parama Dharma vs Maha Avidya
PARAMA DHARMA : Just Idea ...Avijja ... kebodohan ini keburukan atau kebutuhan ?Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian samsarik yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. Well, The Greatest evil is Ignorance Kejahatan terbesar adalah (karena?) Avidya ketidak-tahuanWalau dalam pengetahuan ketidak-tahuan akan realitas (kaidah panentheistik?) ini istilah evil (kejahatan/ keburukan) yang digunakan mistisi Sadhguru Yasudev tersebut tidak terlalu salah sebagaimana juga terma avijja kebodohan yang digunakan Samma Sambuddha Gautama namun demikian dalam realisasi penempuhan holistik demi penembusan, pencapaian & pencerahan yang bukan hanya murni dan benar tetapi juga bijak dan tepat untuk mensikapi itu sebagai 'kewajaran' yang harus diterima untuk dihadapi dan difahami agar secara bijaksana dapat dilampaui dengan kesadaran (terhindar dari jebakan konseptual, jeratan identifikatif & sekapan dualisme inference paradoks spiritual MLD yang sangat mungkin terjadi. Well, untuk keniscayaan dalam kesedemikianan yang terjadi perlu keselarasan akan kelayakan dalam keberadaaan dan keberdayaan yang memadai. (transendensi kebijaksanaan pemberdayaan berkembang & berimbang melampaui pemakluman faktitas eksternal untuk diterima keterbatasan & pembatasannya ). bagaikan menumbuh-kembangkan bunga teratai di kolam lumpur yang keruh.KEDEWASAAN PENCERAHAN The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksanaBAHASAN = TENTANG AVIJJA Walau avijja secara etika kosmik adalah penyimpangan keselarasan namun ini membuat keberagaman (seperti biasan pelangi dari cahaya mentari yang sama)Mungkin sangat sensitif dan agak provokatif jika kami menyatakan ... ADA SESUATU YANG MUNGKIN BELUM DIKETAHUI KITA SEMUANYA TERMASUK JUGA YANG BELUM DISADARI PARA TUHAN, DIHAYATI PARA BRAHMA BAHKAN DIFAHAMI PARA BUDDHA SEKALIPUN ..... DALAM PERMAINAN DRAMA DALAM DARMA DARI KEAZALIAN HINGGA KEABADIAN YANG SUDAH, SEDANG DAN AKAN BERLANGSUNG SELAMA INI .... Triade labirin paradoks diri - alam - inti dalam drama abadi dari fase azali hingga nanti ini (label eksistensial - layer universal - level transendental) dengan 'maha avijja' sebagai skenario samsariknya dan 'parama dhamma' sebagai desain holistiknya memang sangat complicated (jangankan untuk dilampaui dalam penembusan , untuk dijalani dalam penempuhan bahkan difahami dalam pengetahuan saja sulit & rumit ) Sial .. kenapa terasa/ terkesan sombong dan lancang ... padahal ini hanya asumsi filosofis yang berdasarkan inferensi belaka ( bisa jadi hanya imaginasi bahkan halusinasi bukan realisasi empiris sebagaimana harusnya ? ... Tampaknya memang wadah batin ini memang kacau ... sesungguhnya bukan hanya kesungkanan (keresahan karena rendah hati atau mungkin tepatnya rendah diri ... minder akan kualifikasi ideal untuk membabarkan dhamma ) apalagi keriskanan (kecemasan tersudutkan sebagai public enemy bahkan cosmic enemy karena membeberkan avijja) namun disamping ruwet & rumitnya permasalahan banyak kekesalan di dalam (pantas ... baru bicara jika marah rasionalisasi pembenaran karena dibodohi, dijahili & dizalimi ? ... Spiritualitas walau dalam perspektif holistik sesungguhnya memang sederhana namun dalam kerinduan beraktualisasi selaras denganNya tidaklah gampang ... Well, susah juga untuk mukhlish murni , begitu mudah untuk muflis bangkrut nantinya)
Avijja ... kebodohan berpandangan - kepicikan berpribadi - kesalahan berprilaku ? Demi kearifan teratai dalam pemberdayaan (menerima - mengasihi - melampaui) anggap Avijja kewajaran & dampaknya kelayakan?
GAMBAR SHUNYA (~) - HEKSAGRAM - SKETSA (E)
dualitas Yin Yang Taoism ?heksagram bintang daud .... symbol Zionis, nih ? No, ini nanti gambaran segitiga ke atas (Parama Dhamma) & segitiga ke bawah (Maha Avidya) swastika .... symbol Nazisme ? No, ini juga gambaran putar kanan & putar kiri dari hal yang sama Dalam orientasi meniscayakan kelayakan evolusi 10 laten deitas diri berikutnya (satu nol atau sepuluh ?) dihadapan kaidah kosmik impersonal transenden advaita niyama dhamma (0 nol) agar senantiasa selaras terarah kepada Sentra segalaNya (1 satu) , sesungguhnya bukan hanya sungkan namun juga sangat riskan untuk menyela apalagi mencela desain permainan bukan hanya kehidupan namun juga skenario samsarik keabadian ini... Well, avijja kebodohan dan pembodohan dalam dagelan nama rupa ini memang adalah kewajaran yang perlu dilampaui dengan dharma kesadaran yang bukan hanya tepat namun juga sehat bagi semua dimanapun layerNya, sebagai figur apapun diriNya dan dalam situasi external/ kondisi internal apapun juga adaNya.. Mungkin malah terkesan sombong dan terdengar lancang apa yang kami utarakan sebelumnya walau tiada niatan sama sekali untuk melakukan itu actually; verbally bahkan mentally. Ada harmoni kebersamaan yang harus kita jaga dan sinergi kesemestaan yang mutlak perlu terjaga demi keselarasan dan keterarahan evolusi berikutnya.
Realitas Ilahiah & Mandala Advaita
Wei Dan : Limbah Hikmah : E 16 The Great Show ( Wi Dae Han Show ) – Drakor
00:02:32 --> --> 00:02:59Life is about choices.And those choices...come with responsibilities.This is the time...for me to bear that responsibility. 00:02:32 --> --> 00:02:59Hidup adalah tentang pilihan.Dan pilihan itu ...datang dengan tanggung jawab.Inilah saatnya ...untukku memikul tanggung jawab itu.
00:02:32 --> --> 00:02:59 Life is about choices. And those choices... come with responsibilities. This is the time... for me to bear that responsibility. | 00:02:32 --> --> 00:02:59 Hidup adalah tentang pilihan. Dan pilihan itu datang dengan tanggung jawab. Inilah saatnya untukku memikul tanggung jawab itu. |