Senin, 10 Juli 2023

RESET IDEA PLUS (JUST FOR SEEKER) SD 23072023


coba style :

Be Realistics to Realize the Real  
Bersikap realistis untuk merealisasi yang real 
NDAGELE SAKMADYO WAE
jalani drama kehidupan ini sewajarnya saja  
Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan.

Well, mungkin inilah saatnya bagi kami untuk berbagi bukan lagi sebagai "persona" sebagaimana figur yang seharusnya diperankan (sebagai seorang manusia yang lahir dan hadir di dunia ini dengan segala atribut eksistensial yang ada) namun sebagai sesama zenka "seeker" yang terbang menjelajahi cakrawala pengetahuan keabadian dalam kehidupan ini dengan dua sayap paradoks keterbukaan dan keterjagaan atas dualisme kenyataan menjaga keberimbangan, menjalani keswadikaan dan menggapai kebijaksanaan sebagaimana harusnya ….Sayang sekali walau mungkin cukup sarat akan wawasan pengetahuan namun sangat minim dalam penempuhan sehingga tiada layak dalam tataran penembusan yang seharusnya bisa dicapai. Ini tidak hanya membuat kami risih namun juga riskan. Apalagi bahasan spiritulitas ini tentuna akan menyerempet (melanggar ?) masalah yang bukan hanya sangat krusial namun juga sangat sensitive bukan hanya bagi para Neyya Buddhist namun juga umat agama lain termasuk (terutama?) saudara muslim kami. Disamping kami harus menjaga logika, bahasa dan etika dalam penyampaiannya tampak sangat perlu moderasi keterbukaan pengertian untuk tidak salah faham akan orientasi niatan kami dan juga sikap kritis keterjagaan penalaran anda semua jika memang ada kesalahan pandangan yang kami ajukan. Ini hanyalah kontribusi pandangan untuk memperluas pandangan kita dengan tanpa maksud sama sekali untuk meng-konversi diri sendiri ataupun orang lainnya ke suatu ajaran tertentu namun sekedar masukan wawasan untuk kembali mentriangulasikan paradigma cara pandang kita bukan hanya dalam kehidupan duniawi ini dengan segala problematika figure eksistensial kita yang multi peran namun juga demi keberlanjutan kita mensiagakan diri dengan segala keberdayaan yang diperlukan untuk menghadapi segala dilematika kemungkinan yang ada (bahkan jika itupun ternyata berbeda sama sekali dengan yang telah kita yakini dan persiapkan selama ini). Pada intinya nanti walau dalam leveling pemilahan memang perlu adanya kebaikan untuk melayakkan taraqqi yang lebih baik namun dalam labeling tidak ada yang perlu merasa direndahkan/ ditinggikan karena memang demikianlah desain keberadaan kasunyatan ini memang harusnya/nyatanya tergelar. Segalanya terlingkup sebagai aneka dvaita pelangi kenyataan dari cahaya advaita mentari kebenaran dalam living kosmos kesemestaan homeostatis tunggal yang sama … amala, avimala (prajna paramita hrdaya sutra). 

Sadhguru Yasudev Quotes : 
Whatever you have – your skills, your love, your joy, your ingenuity, your ability to do things – please show it now. Do not try to save it for another lifetime.
Apa pun yang Anda miliki - keterampilan Anda, cinta Anda, kegembiraan Anda, kecerdikan Anda, kemampuan Anda untuk melakukan sesuatu - tolong tunjukkan sekarang. Jangan mencoba menyimpannya untuk kehidupan mendatang.
OKAY ...
Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan)  dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi  bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau  mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi  pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara:  Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi  keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.

LANGSUNG SAJA, YA ......

Sadhguru Yasudev Quotes : 
Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them.
Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menempuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah mereka
SUCHNESS PHILOSOPHY = PARAMA DHARMA , MANDALA ADVAITA & FORMULA SWADIKA ?
singkatnya begini ... Adalah Sentra Dhyana bak Wujud mentari keber-Ada-an yang memunculkan Parama Dharma azali corona energi (jadi inget term pandemi kemarin, ya ? ) maka tergelarlah dalam keniscayaan ketiadaan murni azali menjadi samudera sigma kuanta materi cahaya dalam segala layer dimensi wilayah mandala advaita demikianlah kesedemikianan itu tergelar sebagai desain sistem yang homeostatis interconnected equilibirium bagi setiap diri cahaya tersebut untuk beraktualisasi sesuai di dalamnya atau untuk pulang kembali dalam kemurnian azalinya dalam formula swadika yang tepat. 
KOK RIBET BEGINI GAMBARANNYA 


DESAIN FORMAT 
PRAKATA
PROLOG 
MONOLOG 
EPILOG 
PENUTUP

FORMAT 
PRAKATA
DIBLOK LANJUT 

BAHASAN LANJUTAN 
SEE = JUSTSHARE Saling Berbagi Selasa, 11 Juli 2023  LANJUTKAN ,SEEKERS

LANJUT ....

JUST SHARE Saling Berbagi Selasa, 11 Juli 2023  LANJUTKAN , SEEKERS

PRAKATA
LANJUTAN PASKA DIBLOK 
Selamat datang kembali, phoenix ~ burung yang lahir dan bangkit kembali dari kematian

referensi total & halal (.) =  Rekap Idea atau 
referensi legal & halal  (!) = REMIX IDEA PLUS
referensi total (+ haram?)  = RESET IDEA PLUS (JUST FOR SEEKER)
kalau ini .... referensi (tidak hanya) legal (namun juga) haram ? 
Hebat ... sedangkan Tuhan seakan membiarkan kenaifan, kesemuan & keliaran kita bebas mewujud dalam kenyataan mengapa upaya sebaliknya justru dihalangi ? SPAG ... Stop playing as God (Berhentilah berlagak seakan menyamai /menyaingi /melebihi Tuhan) jika suara & kata ini memang bukan untuk telinga & mata anda. 
Sebagaimana kami yang berusaha arif mensikapinya ... semoga anda juga bisa menjalaninya.  

MASIH ADA ? ( sudah genap satu bulan tidak diblok ... Nekat juga ... baiklah lanjutkan )

Sudah melewati sebulan (bahkan hampir satu minggu lebihnya, bro).  Well, tanpa niatan mengkhianati amanah atas komitmen janji semula namun sungguh masih repot / ribet nih ... masih tuntaskan tugas eksternal plus tunggu tayangan video pak Hans ELA + pak Faiz MJS akhir minggu ini (untuk slides) & file Pure Dhamma terkini lagi. Liburan minggu depan semoga bisa, nggih ? Sementara ini dulu via Google Drive ... kalau sudah lengkap nanti via Archive.Org seperti biasanya ... plus posting. Capek & mbulet gaya induktif  bidan socrates ... so, nanti kita coba deduktif langsungan saja walau riskan juga namun untuk mempermudah dioperasi caesar saja bayi pandangan tersebut (susah harus mengingat/ mencari pijakan referensi autentik akuratnya, sih ...). Namun tampaknya banyak tayangan yang arahnya ke sana juga ... jadi nggak ewuh lagi sekarang. Well, walau mungkin bungkam memang aman & nyaman tidak perlu menyusahkan diri sendiri saat ini namun bisa jadi justru akan membiarkan rusak kecenderungan keseluruhannya termasuk bagi kelanjutan diri dan lainnya nanti (bukan hanya paska pralaya kematian individual namun bisa jadi yang lebih besar dari itu semua ... jika inferensi pandangan ini benar. Walau mungkin tidak mudah difahami dan susah dijalani toh kita nantinya harus arif menerima jika itu terjadi .... jadi, ya ... Amor Dei, Amor Fati ..... Que sera sera - Pantha Rei ). Kok jadi lebai serius amat sih ... segalanya memang harus tetap mengalir begini dalam peniscayaan kesedemikianannya (baik terungkap maupun tidak .... tanpa peduli diterima atau ditolak ... tanpa masalah dijalankan atau diabaikan).  
Well, Semoga nantinya saya bisa tidak asal ngomong namun bisa ngemong tanpa harus mencela ide / ego lainnya untuk dianggap/menganggap mulia .... tanpa berlagak seakan berlabel demikian yang justru akan menjadikan diri terniscayakan nista adanya dalam hakekat di saat ini dan dampak lanjutnya nanti . Bukan dalam busa ego seakan uebermensch , rausyan fikr, atau aneka label megah lainnya ... namun hanya sebagai sesama air belaka di semesta materi keberadaan, dalam samudera energi keilahian dan bahkan esensi kesunyataan yang sama ... (tetap berusaha) tanpa buih untuk sekedar berbagi.... tanpa niatan menjaring hati, membentuk opini dan mencari legitimasi untuk menghibur diri, mencari kuasa dan saling menyesatkan (seakan mencerahkan?) diri dan lainnya. Meminjam terma tokoh agama Abrahamik tanpa merasa semulia Musa yang walau tetap harus dalam kelembutan menghadapi Firaun (QS 20 : 44 = khotib ulama vs Al Makmun , Cak Nun vs Jokowi ?, etc)  karena ini lebih seperti Yunus yang merasa tidak pantas (karena level diri atau zhon lainnya ?) namun tetap merasa perlu bicara sekedar menuntaskan amanah dan menghindarkan diri dan lainnya dari bencana yang mungkin akan namun tidak perlu terjadi dan untuk kebaikan yang mungkin perlu dijalani dan mampu dicapai. Ah ... kok jadi ikutan berlagak sebagai/ seperti lainnya ... Just Be yourself (Cukup jadi dirimu sendiri saja ... seburuk / serendah apapun itu karena memang hanya itu saja yang nyata autentik untuk diarahkan peniscayaan kelayakan nantinya). Dan ini bukan manuver politik lho (pemilu 2024 ? ... apa perlu golput lagi agar tiada yang berghibah & memfitnah lagi (inget dampak lanjut, bro ... vires (pandemi) atau cures (musnah)  mauNya ... agar bisa ndemit bersama di alam barzah hingga qiyamah?  tidak masalah .. bahkan maaf, kalaupun kami memang ternyata mampu berbelok diitikungan, Ashin ... itu tidak akan kami lakukan karena kami merasa perlu bahkan patut untuk singgah ke sana juga bahkan hingga apaya lokantarika bersama para badut kosmik lainnya paska mahapralaya wilayah pecandu sensasi kebahagiaan eksternal kamavacara tanpa balance keberdayaan internal brahmanda apalagi tiada keterjagaan azaliah esensial lokuttara hingga bentukan mandala semesta baru untuk romantika pagelaran kisah kasih nama rupa baru di sini atau di lokadhatu lainnya ? )
keceplosan lagi ?  ah .... biar saja. Kalau diblok lagi kan ada alasan untuk kembali bungkam ?
playlist  LINK CAESAR 
PLUS CAESAR 
plus antitesisnya juga, ya (sebagai penyeimbang, pengujian dan pengutuhannya)
Agung Webe sepertinya adalah rekan seeker kami puluhan tahun yang lalu (paska reformasi pra menikah) yang sehari bersama ke Anand Ashram dan bersama adik pernah bermalam di rumahnya /pramugara MNA dari Bekasi? ..... Atau mungkin ini orang yang beda. / ....  Well, By the way ... kami cukup tanggap akan ketulusan niatan baik dibalik rhetorika provokatif dalam memerankan dirinya sebagai gadfly ala Socrates atau Osho saat ini karena memang susah membangunkan kita yang masih tertidur dan lelap bermimpi ? /jadi inget istri yang terpaksa harus keras 'bernyanyi' bangunkan suami & putera-puterinya yang semuanya hobi suka begadang dan baru ambruk tertidur larut malam /menjelang pagi hingga selalu bangun kesiangan./  hehehe... nggak semuanya lelap tertidur, bro ... bahkan ada yang sudah terjaga untuk kemudian juga menumbuh-kembangkan kefahaman/ kesadaran / kelayakan dirinya walau memang kebanyakan masih seperti kami ... masih kacau kewalahan, galau kelayapan dan sakau bermalasan ditengah kerepotan eksternal/ keribetan internal dari episode keabadian yang bernama kehidupan hingga kematian nanti (?). .... Hanya berlibur, terhibur dan dikubur sebagai manusia saja ? Harusnya tidak. 

MASIH NEKAT ... (dasar mental petaruh ... sudah tahu pasti dikalahkan & disalahkan tetap maju terus, hehehe) . Di akun induk saja, capek & ribet bolak balik alih 7 akun. Berbagi (sebagai media kosmik) /walau tanpa niatan menguntungkan sama sekali bahkan sesungguhnya malah menyusahkan diri pribadi saja?/ sebenarnya tidak akan rugi demi peniscayaan inner growth di dalam walau mungkin tidak dipuji (aleman/ anggepan amat, bro) bahkan bisa saja malah dimaki lainnya (semoga tidak terlalu tranyakan kulak perkoro) , hehehe.

Postingan ini tidak dipublikasikan karena melanggar Pedoman Komunitas Blogger. Untuk memublikasikan ulang, perbarui konten agar mematuhi pedoman.
Well ... Sejujurnya kami tidak tahu dimana pelanggaran kami atas notifikasi tsb ... mungkinkah memang posting tersebut memang tidak tepat untuk audiens, waktu & tempatnya ? padahal kami sudah sampaikan/ingatkan sebelumnya 

kutipan : http://teguhqi.blogspot.com/2020/11/just-seeker.html Kutipan ini tidak atau belum (?) diblok, lho
So, ini Hanya untuk para penjelajah sejati bukan untuk yang hanya asal / ikut percaya (terpaksa ?) karena sebagai arus kesadaran abadi sebagaimana juga lainnya setiap kita bertanggung jawab atas diri sendiri dalam peran eksistensial, universal dan transendental pada perjalanan bersama ini. (dengan selaras melayakan peniscayaan kesedemikianannya tidak sekedar percaya / terpaksa menerima kepastian permainan keabadian ini)  Kesemua ini hanyalah referensi yang tetap harus diteliti, diuji dan direvisi sesuai dengan  faktitas keberadaan  diri. & realitas kenyataan yang sesungguhnya terjadi. Sekedar  dimaksudkan sebagai sharing masukan bagi pemberdayaan dan tidak untuk memperdayakan  Semoga ini tidak menjadi/dijadikan belenggu penjerat & bumerang penyesat bagi diri sendiri dan lainnya .dsb.Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif).  Jika menyimpang dengan saddha/ iman anda sebaiknya dibuang atau diabaikan saja ... "Kembali ke Jalan yang Benar" istilah agamanya begitu, hehehe. (Atau baikan nggak usah diteruskan membacanya saja ... daripada ribet & risky untuk semua nantinya). Well, posting ini memang spesial untuk para truth seeker bukan true seeker apalagi faith believer. Ini memang perlu ekstra kecerdasan, kedewasaan dan kebijaksanaan untuk difahami dan disikapi sebagai sharing idea gnosis philosophy/ cara wisdom psychology belaka bukan dogma untuk diyakini apalagi harus dijalani. 
WELL, Langsung saja ... lewati kutipan konsideran for readers (kebijaksanaan bagi seekers /pemakluman untuk non seekers) .... ribet & capek.(yang penting & mendesak saja dulu untuk hal baru)

Dicoba lagi, nggih ....
Audience , Waktu & tempat ? susah juga ....  
Audience ? idealnya para pemerhati spiritual yang walau tidak terlalu cakap (faham abhidhamma misalnya) namun perlu moderat (bisa menerima pandangan yang berbeda tanpa harus percaya begitu saja apalagi langsung menyela & mecela jika berbeda ... well, SBNR sekuler tampaknya akan lebih baik namun SBAR pluralis bolehlah jika sudah cukup mampu memandang adanya keselarasan, keterpaduan dan keterarahan pelangi perbedaan akan/atas mentari kebenaran yang sama ...  plus kejanggalan penyimpangan untuk dimaklumi/ dihindari & kemungkinan pengembangan melalui/ melampauinya). Mistik kejawen ? okelah ... namun perlu kami tekankan ini adalah masalah pengembangan kesadaran spiritual on process bukan pemanfaatan kecakapan metafisik by product (sebagai padaparama jujur saja kami tidak mampu ... bahkan kalaupun mampu kami seharusnya tetap juga seharusnya tidak perlu tersekap di dalamnya )
Waktu ? seharusnya ini hanya baru akan bisa terungkap di masa depan itupun jika dalam laju lineariras waktu yang dijalaninya manusia sudah tumbuh berkembang secara spiral membaik/maju meningkat tidak siklis berbalik/mundur terjatuh sebagaimana kecenderungan episode samsarik yang walau sebetulnya mampu dilampaui namun susah juga terjadi (apalagi jika ada vandalisme pemaksaan / penyesatan/ kelengahan yang menghancurkan / memundurkan perkembangan proses keberadaban & peradaban yang sedang berjalan baik internal maupun eksternal ?) ... Kebenaran, kebajikan & kebijakan itu walau merupakan keutamaan yang seharusnya secara sadar & wajar dijalani namun dalam bumi kenyataan ini sesungguhnya memang lemah &  rapuh (mudah hancur dan dihancurkan oleh keganasan yang semu, naif & liar, Osho ?) apalagi jika semakin rendah layer dimensi semestanya & semakin dangkal level pribadi penghuninya,  
Tempat ?  lokadhatu duniawi saat ini mungkin belum tepat walau tidak terlalu tidak tepat. konsideransi ? 
kutipan : Keberadaan sebagai manusia di mayapada dunia ini memang tidaklah seindah surga Devata kamavacara atau semulia jhana moksha para Brahma, namun demikian walaupun tidaklah sekondusif wilayah antara suddhavasa tetapi keberadaan mediocre ini justru bisa menjadi effektif bagi pertumbuhan dan perkembangan spiritualitasnya jika cukup reseptif menghayati, menjalani dan melampauinya secara benar , sehat dan tepat … tidak hanyut dalam arus eksistensi namun tidak juga teralienasi.
Secara ideal audience, waktu & tempat memang tidak ada dan tidak akan pernah ada bagi evolusi, harmoni & sinergi bagi spiritualitas untuk mudah tumbuh dan berkembang karena kita bukan hanya harus autentik menerima fakta kenyataan secara  sesuai namun juga ada level kebenaran yang harus dilalui secara harmonis dan stage keutamaan yang harus holistik dilampaui . Namun demikian justru karena adanya faktor negatif yang ada tersebut yang postif  akan bisa diwujudkan. Lagipula, segalanya memang harus dimulai dari diri kita ini, disini dan saat ini ... apapun level pribadi, situasi & kondisi semulanya.
So, Perlu pandangan yang utuh totalitas, pragmatis berguna & konsisten berlanjut dalam mandala yang homeostatis interconnected, equilibirium bagi keseluruhan / keselarasan / kesedemikiannya bagi aktualisasi yang autentik, harmonik & holistik (tidak layak identifikatif , tidak perlu alienatif  dan tidak patut eksploitatif).
Quantum leap bagi paradigm shift dalam stagnansi keberagaman filsafat & psikologi di era post modern ini dst ? 
Fase Religius Soren Kierkegard < Positivistik Auguste Comte < .... ?  (estetis-etis-religius)< (teologis-metafisis-positivist) < ... ?
langsung saja ?: Panen-istics atas triade diri , alam & inti ?
Panen-ego-istics ? panentheisme Hyang Esa 
Panen-geo-istics ? panentaoistic Hyang Ika
Panen-deo-istics ? panentheistics Hyang Ada
Masih, mbulet ya ? rehat dulu lagi saja ... cari familiaritas akurat diksi kata/ wacana idea yang mudah/ tepat agar lebih jelas/dekat  sesuai maksud kami).

ikutan agak tricky cari celah demi diterima di Indonesia, hehehe ? (keTuhanan yang Maha Esa, Bhineka Tunggal Ika ... apalagi, ya ? Cahaya Pancasila ? ... wah, kok jadi lebai berlebihan melampaui batas begini ? ... padahal kebenaran sejati itulah yang hakiki selalu terjadi walau tidak butuh diakui atau disetujui siapapun juga ) Jadi inget adaptasi / adoptasi istilah Ashin Jinarakita tentang Keilahian tanpa klaim yang tidak lazim untuk keilahian impersonal Buddhisme di Indonesia sebagai Hyang Adi Buddha atau para Theosofi Sufisme bagi Tuhan Transpersonal yang (tidak mudah namun perlu) dikenal atas Tuhan Personal yang sudah 'akrab' dikenal (Nous = Nur Muhammad etc untuk filosofi Plotinus tentang Logos Tohen bagi desain tanazul taraqqi ekstase atas emanasi penempuhan transendensi keIlahian, Suhrawardi ?). Well ... kami tanggap itu dimaksudkan untuk mensublimasi kemuliaan tidak dalam niatan mendegradasikan atas konsep/ figure yang dimaksud demi transendensi ke wilayah samudera keilahian yang lebih terarah murni tanpa perlu menyimpang (lampaui faktisitas pembatasan atau keterbatasan istilah ?).

atau dari kutipan posting lalu : Rekap Idea atau https://just2share4seekersall.blogspot.com/2022/12/rekap-idea-sd-11122022.html tidak atau belum (?) diblok juga, lho
  
Panen-ego-istics ? panentheisme Hyang Esa .... Kasih
Jadi  turun level agak romantis lagi, nih .... ingat refleksi pribadi "Kun Saidan" (Berbahagialah - Anisah May dari Tasauf Modern Hamka ) ... Just loving the Love. Cintailah Cinta (Sumber Sejatinya bukan sekedar Media Obyeknya). Cintailah Tuhan (baca: Kebenaran) sebagaimana kehendakNya bukan hanya sekedar untuk mengumbar kepentingan ego yang selfish. Karena apapun yang diberikanNya (sekalipun seburuk atau seberat apapun itu tampaknya di permukaan) adalah tetap yang terbaik bagi kita ... karena itu demi kebaikan pemberdayaan kita bukan untuk memperdayakan kita. Atau dalam Mistik Theosofi dikatakan Tuhan menjadikan ini semua dengan cinta oleh karenanya dengan cintalah hendaknya kita menempuhnya untuk memahami dan mencintai kebenaran itu sebagaimana adanya..
3 dantien = akal - hati - pusat (tidak ada yang salah dari semuanya jika selaras terpadu ?)
Wah, agak melantur tampaknya bahasan kearifan samsarik & curhat pribadi ini. Semoga para Neyya (terutama para pabajita) tetap mampu waspada terjaga dan tidak hanyut terbawa arus idea ini. Para Mistisi (Tantrik Osho, Taoism ?) kadang terjebak dan tersekap dalam labirin sex - cinta - kasih ini. Sex atau birahi (kama) bersifat nafsu sensual, cinta (sneha) bersifat personal , sedangkan kasih (metta) bersifat kosmik impersonal. Ini kami ungkapkan bukan hanya karena kami memandang tetap perlunya pembabaran Saddhamma yang walau memang ditempuh secara eksistensial hendaknya juga melampaui universal untuk menjangkau transendental demi transformasi pencerahan spiritual yang dijalani. Alasan lain adalah dikarenakan kami memandang living kosmik ini utuh dalam keseluruhan (katakanlah semacam organisma besar) maka perlu perimbangan kemurnian nirvanik yang arif/kuat mengatasi kecenderungan alami samsarik yang 'naif/liar' untuk membuatnya cukup 'sehat/ tepat' agar tetap mantap bertahan dan lancar berjalan. Jikapun tidak memungkinkannya dalam keterjagaan pencerahan total keseluruhannya minimal tidak membuatnya jatuh terpuruk dalam kehancuran. Meminjam istilah Sadhguru Yasudev (?), Karma samsarik sesungguhnya tidak hanya berdampak sebatas pada pribadi eksistensial pemerannya saja namun juga bereffek pada wadah arena semesta universal yang menampungnya. Atau menganalogikan dalam Mistik Hinduism (day & night of Brahman ) seandainya samsara ini hanya Ke-Esa-an yang terlelap bermimpi, maka jika beliau terjaga semoga senantiasa lebih segar karena kecerahan tidur tanpa "mimpi buruk"nya ....mungkin perumpamaan itu bisa menjadi pemicu baru mengapa transendensi eksistensial evolusi pribadi perlu dijalankan dan transendensi universal harmoni dimensi perlu diusahakan ... (sekedar tambahan terma filsafat theosofist ini : eros - filia - agape ? cinta sensual - altruisme kemanusiaan - kasih keIlahian ) 
So, Be Selfless (not  selfish ? ) 

Panen-geo-istics ? panentaoistic Hyang Ika.... Kuasa 
Bagaimana dengan Tao ?
Tao sering didefinisikan sebagai Roh Universal yang berada dalam segalaNya ... Kesempurnaan azali yang terus menyempurnakan kesempurnaan abadiNya.
Konsep absurd : Tao adalah Tao – jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao. 
Well ... Paradigma Panen-Tao-istics mungkin bisa juga digunakan SBNR karena ini walau sekuler namun akan lebih ilmiah ketimbang panen-Theis-tics SBNR yang kami ajukan karena lebih autentik & holistik tersentralisasi untuk aktualisasi penjelajahan tanpa terbelenggu sakralisasi ... namun jaga keberimbangan & keseimbangan dalam pertumbuhan perkembangannya agar tetap teraktualisasi sempurna dalam pengetahuan, penempuhan & penembusannya .
Wah .. paramitta Boddhisatta 3 layer untuak akselerasi pelayakan keniscayan diri  jadi boleh dilakukan bagi evolusi pribadi namun tetap jaga harmoni kebersamaan dan sinergi kesemestaan jika tercapai kelayakan untuk tidak jatuh apalagi menjatuhkan lainnya. 
Be True, Humble & Responsible ? harusnya lebih tepat/ nekat lagi ... True dimaknai sejati tidak sekedar dalam laku kejujuran namun asli autentik dalam kemurnian, humble menghampa untuk sempurna merengkuh segalanya tidak sekedar merendahkan hati untuk reseptif meninggikan kelayakan diri & responsible karena memang itu keniscayaan yang terjadi, kan ? (Jadi tidak lagi perlu benalu pengharapan  yang akan merendahkan kelayakannya apalagi penganggapan konyol keakuan yang justru bukan hanya memandekan namun bisa saja menyesatkan dan menjatuhkan level realitas ... labirin paradoks papanca input karena output ?) Just Wei Wu Wei ... hanya persembahan keutamaan (wah ...  termanya lebai banget ... untuk sekedar pengetahuan bolehlah tetapi untuk menghindari klaim penghebohan kepekokan bagi penempuhan untuk penembusan risih juga,nih ... main kepekaan rasa tidak asal klaim idea saja, bro ... hanya ada tindakan kebaikan tanpa keakuan yang ingin pengakuan apalagi pemujian/ pemujaan dan tiada kemauan untuk mementahkan kelayakan peniscayaan yang seharusnya memang sudah pasti .. Meminjam istilah Panen-Theistics SBAR kami : kita hanyalah ketiadaan murni yang seharusnya selaras mengada dihadapanNya tanpa harus mengada-ada dalam keakuan tiada perlu meng-ada adakan dengan kemauan .... apa yang layak akan terlayakkan pada saatnya karena itu kaidah Dhamma kebenaran di setiap dhamma kenyataan sesuai dengan kepastian Dhamma dari DhyanaNya.
SegalaNya (Laten DeitasNya) bermula, berada dan kembali kepadaNya (triade : diri – alam – inti )
Bermula karena katalisasi peniscayaan keberadaan > emanasi keilahian brahman > prokreasi penciptaan ketuhanan
Berada dalam kaidah kosmik (Parama Dhamma akan advaita niyama dharma : keutamaan > kebenaran > kenyataan )
Kembali kepada mandala advaita ( segalanya berada dalam sigma kewilayahan yang sama dari ketidak-terhinggaan yang bukan hanya mungkin memang sudah ada namun juga belum ada , akan ada bahkan susah ada karena konfigurasi peniscayaan yang sudah/belum/akan/tidak terpenuhi.) 
Gradasi tidak hirarki ? karena walau beda level , layer & label keberadaannya berada dalam kealamian, keilahian & kemurnian advaita mandala yang sama
Ah ... Susah juga memadukan apalagi mengungkapkan (terlebih lagi merealisasikan) paradigma kebijaksanaan kesedemikianan demi keselarasan bagi keseluruhan. Maaf, Socrates ... terpaksa untuk mempermudah & memperjelas paradigma kesedemikian ini kami ajukan framework deduktif  tidak lagi induktif majeutike terus ... walau bukan hanya sungkan, riskan & kompleks rintisan pandangan ini.
.

Panen-Deo-istics ? panentheistics Hyang Ada.... Wujud
MANDALA SEMESTA 

Desain kosmik mandala ini memang kelihatan aneh & unik ... banyak paradoks & labirin dalam sistemNya. Well ... mentari Dhamma kebenaran transendental yang tidak hanya translingual  namun juga transrasional mungkin memang harusnya demikian agar ada ruang / peluang bagi avidya kebodohan secara semu, naif bahkan liar membiaskan pelangi semu keberagaman ... agar bisa makin mengesankan (juga mengenaskan) kepekokan & lebih mengasyikan (juga mengesalkan) kehebohan  dagelan nama rupa samsarik di dalamnya, hehehe .
Secara mikrokosmik jika diri bertransendensi semakin ke atas & ke dalam (realisasi> aktualisasi x defisiensi) justru secara makrokosmos semakin luas wilayahnya (bukan hanya memungkinkan kemantapan saat ini namun juga melayakan peniscayaan fase berikutnya disamping  melingkupi permukaan yang di bawah & di luar sebelumnya) ... So, triade realisasi evolutif (zenka keberadaan diri), aktualisasi harmonis (sigma kebersamaan alam) dan sinergi holistik (sentra kesedemikianan inti) mutlak secara simultan progresif difahami , dijalani dan dilampaui untuk tidak stagnan tumbuh berkembang tanpa harus tersesat dalam labirin apalagi tergelincir dalam kejatuhan (saran ideal bagi kita yang idiot, bro)

INFERENSI DIMENSI = 
urut dari bawah gradasi vs MLD avijja diri (dampak karmik & effek kosmik)

NO

WILAYAH

LAYER

ORIENTASI

MODE

SIFAT

TERM

TYPE

 DIRI ?

 TATARAN 

1

Kamavacara

Eksistensial

Kebahagiaan

Eksploitasi

Transaksi

Lillah

Persona

Mengaku (sebagai aku)

Personal

2

Brahmanda

Universal

Kesemestaan

Interkoneksi

Harmoni

Billah

Monade

Mengesa (sebagai kita)

Transpersonal

3

Lokuttara

Transendental

Keadvaitaan

Aktualisasi

Sinergi

Fillah

Sakshin

Meniada (sebagai dia)

Impersonal

Selesai ? masih belum .... orientasi kebijaksananaan kesedemikianan kita adalah keselarasan bukan kesempurnaan, bro (ingat : kode etika 10 Ali Shariati  )
Jadi, Gnoti Seauton (Kenalilah dirimu /sebagai makhluk ?/) karena Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu hanya dengan mengenal diri (dengan segala keterbatasan makhlukiyahnya betapapun hebat pencapaian dan megah pengakuannya) maka kita akan mengenal Tuhan (Hyang Maha Sempurna dan SegalaNya). Ini adalah orientasi keyakinan awal dan juga realisasi kebenaran akhir. Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya.  Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi  realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada.  Dia adalah  Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.)  Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya)

Mandala Samsarik Buddhisme (31 alam kehidupan) 

atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 
Skema Wilayah Tanazul Genesis & Taraqi Ekstasis meniscayakan keterrealisasinya transendensi impersonal bagi evolusi pribadi demi harmoni dimensi  

 

Wilayah

1

2

3

Transendental

Nibbana ‘sentra’ ?

Belum diketahui ? 7

Tidak diketahui ? 8

Tanpa diketahui ? 9

 

Nibbana ‘sigma’?

Belum mengakui ? 4

Tidak mengakui ? 5

Tanpa mengakui ? 6

 

Nibbana ‘zenka’ ?

Arahata 1

Pacceka 2

Sambuddha 3

Universal

Brahma Murni  (Suddhavasa)

Anagami 7 (aviha Atappa)

Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

Anagami  9(Akanittha)

 

Brahma Stabil (Uppekkha )

jhana 4 (Vehapphala)

Asaññasatta 5 (rupa > nama)

Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

 

Brahma mobile (nama & rupa)

Jhana 1 (Maha Brahma)

Jhana 2 (Abhassara)

Jhana 3 (Subhakinha)

Eksistensial

Trimurti LokaDewa

Vishnu 7 (Tusita)

Brahma 8 (Nimmãnarati)

Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

 

Astral Surgawi

Yakha  (Cãtummahãrãjika) 4

Saka  (Tãvatimsa) 5

Yama (Yãma)6 

 

Materi Eteris

Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) 
+ flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)
2
Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 
3

Secara filosofis (hanya inferensi hipotetis, lho) tampaknya masih ada 2 (dua) level tataran keberadaan diri paska Asekha (Arahata, Paccekka, Sambuddha ) yang belum diungkapkan (mungkin akan dicapai) Buddha Gautama di wilayah transenden lokuttara dimana kebijaksanaan Sakshin akan keannattaan diri dari dagelan nama rupa  samsarik bukan hanya layak dalam notion berpandangan namun juga  dalam pencapaian via realisasi penempuhan tidak sekedar referensi pengetahuan belaka.
- Asekha = telah bajik terjaga ( namun dengan klaim mandiri tersucikan ... keakuan azaliah zenka nirvanik ?) 
See : Aneka Jati (Dhammapada 153 -154) Udana Vatthu
- Advaita = telah bijak terjaga (tanpa klaim kesudah-sucian pribadi ... keesaan azaliah sigma mandala ) 
See : amala avimala ( Prajna Paramitta Hrdaya Sutta ) 
- Adibuddha : telah benar terjaga 
See : Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam (Udana 5.3 Parinibbana )
Sudah selesai ? 
Walau dalam mandala zenka keberadaan diri mungkin sudah cukup namun masih belum untuk wawasan/ tataran kesedemikianan keseluruhan sigma & sentraNya. Memang agak spekulatif  jika kita lanjutkan bahasan alternatif  multiverse sigma & Maha Sentra.
multiverse sigma = 
Mandala wilayah keberadaan yang kita huni ini mungkin hanya satu dari sekian banyak lokadhatu serupa yang ada. Tidak sekedar dimensi kamavacara bawah  dunia  fisik ini saja  (quantum paralel) namun bahkan hingga seluruh mandala keberadaan spiritual zenka keberadaan diri bahkan hingga lokuttara. Mungkin ada wilayah yang lebih luhur namun ada juga yang lebih parah dari mandala spiritual kita. Yang paling luhur asymptot berada mendekati Maha Sentra Azaliah SegalaNya yang paling parah kualitas kemurnian spiritualitas terlempar menjauh dariNya ( Walau kesemua yang immanen bagiNya tetap terlingkup dalam Wujud, Kuasa & Kasih TransendenNya).

Maha Sentra = Dhamma Dhyana segalaNya 
Dhyana Dharma Keberadaan :
Fase 1 :  Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi  ( Dhyana ® Swadika ! )
Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi  ( Dharma ® Kehendak Ilahi )
Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
Dharma Dhyana Keberadaan :
Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )
Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )

Dhamma Dhyana akhir segalaNya ? Dhamma & Dhyana adalah state keberadaan abadi sejak azali Tuhan ? Ini agak susah diungkapkan ... bahkan jujur saja ini imaginasi intelektual yang agak kami paksakan karena sudah terlalu sulit bagi kami meng-inferensikan kemungkinan tertinggi hanya dengan apersepsi pengetahuan tanpa aktualisasi penempuhan apalagi realisasi penembusan. Mungkin agak mirip (tapi harus dengan inferensi kedalam/atas bukan analogi keluar/bawah, lho ... supaya tetap murni naik tidak jatuh karena klaim semu )  dengan Hipotesa Saguna-Niskala pada Brahma Vidya mistik Hinduisme  atau ibarat baskom air jernih yang merefleksikan matahari di atasnya seperti mistik kejawen ... Seluruh keberadaan ini adalah refleksi semu belaka dari wujud keberadaan, kehendak dan kasih sayang Causa Prima azali, Sentra Segala Abadi & Destinasi Orientasi dalam kesedemikiananNya (mumkimul wujud atas wajibul wujud Sufisme).  Jadi, Tuhan transenden suci dari segala kenaifan, kesemuan & keliaran deifikasi, identifikasi & eksploitasi kita (bahkan seharusnya jika itu hanyalah figure/ konsep laten deitas keilahian immanenNya saja ) dan tidak mungkin bahkan tiada layak bagi kita untuk menjadikanNya ( menjerat /memperalat ?) demi bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnnya ... Walau Buddha memaklumi  keilahian kamavacara (masih mendamba terdefisiensi pada sensasi kebahagiaan eksternal pengakuan kekuasaaan atas lainnya ? yakha , dewata etc... see : ratana sutta & khanda paritta) namun tidak untuk level brahmanda (yang seharusnya sudah stabil mandiri akan kebahagiaan intenal atas fantasi keberdayaan energi ilahiahNya ... see : Brahma Baka ... mengapa ?)namun Beliau respek akan keilahian pada level lokuttaraNya (ajatan, abhutan, ashankata .. Hyang memang seharusnya sudah bukan hanya bijak, bajik namun benar  terjaga dalam esensi level murniNya tanpa klaim label keakuan apalagi pengakuan & pemujaan akan dagelan nama rupa kosmik ini ?). Well, kami agak menyayangkan pernyataan sejumlah tokoh (Osho,etc) terkadang terlalu berani mengkritisi term sensitif  Tuhan ini yang dideifikasikan dalam sakralisasi agama atau direalisasikan  dalam identifikasi kesatuan mistik ... Mohon berempatilah dalam dillema kosmik ini. Janganlah mencela (bahkan kalaupun itu memang tercela apalagi untuk yang tidak sepantasnya dicela  .... awas labirin paradoks pengetahuanm penempuhan & penembusan dalam triade evolusi-harmoni-sinergi)  ..
Terbabarnya Kaidah kosmik yang realistis ini sesungguhnya yang dinanti para genius scientist selama ini (Einstein, dsb). Kaidah Universal bagi semua tanpa ternodai klaim trium falisme (pembanggaan lebih baik dari lainnya hanya karena untuk anggapan sudah terlegitimasi ?) , standar ganda (karena merasa lebih baik maka apapun pandangan/pribadi/prilaku seburuk apapun itu harus diakui baik oleh lainnya) apalagi pembenaran addhamma bagi lainnya (pelaziman kezaliman karena klaim merasa lebih baik berhak melakukan ketidak-baikan kepada yang tidak baik) ... Berempatilah agar tidak tersekap pada logical/ ethical fallacy semacam ini. Desain kosmik sudah hancur sejak dahulu jika Kaidah Kosmik ini diakidahkan apalagi didaulahkan dan didiniahkan kacau seperti ini ... jangankan surga kamavacara (apalagi moksha Brahmanda atau Nibbana lokuttara), dunia manusiapun (bahkan Brahmanda bawah, wilayah kamavacara hingga apaya lokantarika) akan tidak layak baginya walau segala wilayah mandala ini  'terpaksa' tetap harus menerimanya sebagai laten deitas keberadaanNya dengan segala konsekuensi logis beban pralayanya. / Istilah religius SBARnya muflisin yang mustarohun minhu ? Orang fasik yang sudah tidak hanya pailit nol amal kebajikannya namun masih boleh dibangkrutkan lagi karena full noda kejahilan & dosa kezalimannya pada lainnya sehingga di wilayah manapun dia berada menyebabkan setiap diri dan alamnya berharap untuk segera bisa beristirahat dari kesombongan, keserakahan dan kedurjanaannya /  
Diperlukan Ariya Dhamma bukan apaya Dhamma bagi perbaikan x kejatuhan manusia   
Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikiran

 
https://www.youtube.com/watch?v=tig-9g5RYrc&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=63&t=34m55s
Link Data: www.tiny.cc/dhammapada-183Bro Billy Tan (p. 12 - 20)
Jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinya, Jalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya (Dhammapada : 183). Itulah paradigma (yang walau tampak terdengar "sederhana" namun sesungguhnya sangat sempurna / bijaksana ) wejangan para Buddha untuk bukan hanya melalui namun juga melampaui samsara menuju Nibbana yang direalisasikan dalam keterarahan /keselarasan simultan triade pemurnian Sila - Samadhi - Panna.

Agama Masa Depan adalah Agama Kosmik (berkenaan dengan Alam Semesta atau Jagad Raya). Melampaui Tuhan sebagai suatu pribadi serta menghindari Dogma dan Teologi (ilmu ketuhanan). Meliputi yang Alamiah maupun yang Spiritual, Agama yang seharusnya berdasarkan pada Pengertian yang timbul dari Pengalaman akan segala sesuatu yang Alamiah dan Perkembangan Rohani, berupa kesatuan yang penuh arti. ( ALBERT EINSTEIN )
Buddhism sesuai dengan Pemaparan ini. Jika ada agama yang sejalan dengan kebutuhan Ilmu Pengetahuan Modern, maka itu adalah Ajaran Buddha
Promo Buddhism kami hapus ya, bro.... Bukan karena kami berlabel Non Buddhist.  Ini sama sekali bukan masalah konversi penganutan agama eksistensial tetapi murni aktualisasi penempuhan Dhamma Universal. Faham , ya ... bahayanya klaim (just idea  ... alagadupama sutta ?)
Kami berharap kalian SBNR bukan kami yang mengungkapkan berdasarkan bukti realisasi bukan sekedar hujjah sakralisasi apalagi opini referensi belaka  (tanggap ya ... mengapa kami tak menjawab 'mengapa' dan 'bagaimana' selama ini). Bukan hanya karena sungkan karena kebelum-layakan level padaparama kami namun yang paling utama riskan untuk mengkhianati keberadaan SBAR kami plus segala dampak resiko yang tetap perwira kami terima . 
Tanpa kedengkian untuk menghalangi (dan juga bukan manuver untuk mengerjai dalam kejahilan pembodohan eksternal, kefasikan pembenaran memperdaya diri internal apalagi kezaliman untuk menghancurkan keseluruhannya) ... Jika kami SBAR belum bisa atau tampak pasrah saja bukan berarti SBNR juga harus diam tidak perlu bisa, kan ?  

rehat dulu ... biasa (nggak fokus lagi internally ... gangguan/ panggilan externally)

atau langsung yang kontroversial & provokatif sekalian seperti ini sebagai awalannya

PROLOG

PARAMA DHARMA : Just Idea ...
Avijja ... kebodohan ini keburukan atau kebutuhan ?
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian samsarik yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. 
Well, The Greatest evil is Ignorance  Kejahatan terbesar adalah (karena?) Avidya ketidak-tahuan
Walau dalam pengetahuan ketidak-tahuan akan realitas (kaidah panentheistik?) ini istilah evil (kejahatan/ keburukan) yang digunakan mistisi Sadhguru Yasudev tersebut tidak terlalu salah sebagaimana juga terma avijja kebodohan yang digunakan Samma Sambuddha Gautama namun demikian dalam realisasi penempuhan holistik demi penembusan, pencapaian & pencerahan yang bukan hanya murni dan benar tetapi juga bijak dan tepat untuk mensikapi itu sebagai 'kewajaran' yang harus diterima untuk dihadapi dan difahami agar secara bijaksana dapat dilampaui dengan kesadaran (terhindar dari jebakan konseptual, jeratan identifikatif & sekapan dualisme inference paradoks spiritual MLD yang sangat mungkin terjadi. Well, untuk keniscayaan dalam kesedemikianan yang terjadi perlu keselarasan akan kelayakan dalam keberadaaan dan keberdayaan yang memadai. (transendensi kebijaksanaan pemberdayaan berkembang & berimbang melampaui pemakluman faktitas eksternal untuk diterima keterbatasan & pembatasannya ). bagaikan menumbuh-kembangkan bunga teratai di kolam lumpur yang keruh.
KEDEWASAAN PENCERAHAN 
The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.
The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.
Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.
so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.
Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.
Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. 
Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.
Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksana
BAHASAN =  TENTANG AVIJJA 
Walau avijja secara etika kosmik adalah penyimpangan keselarasan namun ini membuat keberagaman (seperti biasan pelangi dari cahaya mentari yang sama)
Mungkin sangat sensitif dan agak provokatif jika kami menyatakan ... ADA SESUATU YANG MUNGKIN BELUM DIKETAHUI KITA SEMUANYA TERMASUK JUGA YANG BELUM DISADARI PARA TUHAN, DIHAYATI PARA BRAHMA BAHKAN DIFAHAMI PARA BUDDHA SEKALIPUN ..... DALAM PERMAINAN DRAMA DALAM DARMA DARI KEAZALIAN HINGGA KEABADIAN YANG SUDAH, SEDANG DAN AKAN BERLANGSUNG SELAMA INI ....  Triade labirin paradoks diri - alam - inti dalam drama abadi dari fase azali hingga nanti ini (label eksistensial - layer universal - level transendental) dengan 'maha avijja' sebagai skenario samsariknya dan 'parama dhamma' sebagai desain holistiknya memang sangat complicated (jangankan untuk dilampaui dalam penembusan , untuk dijalani dalam penempuhan bahkan difahami dalam pengetahuan saja sulit & rumit ) 
Sial .. kenapa terasa/ terkesan sombong dan lancang ... padahal ini hanya asumsi filosofis yang berdasarkan inferensi belaka ( bisa jadi hanya imaginasi bahkan halusinasi bukan realisasi empiris sebagaimana harusnya ? ...   Tampaknya memang wadah batin ini memang kacau ... sesungguhnya bukan hanya kesungkanan (keresahan karena rendah hati atau mungkin tepatnya rendah diri ... minder akan kualifikasi ideal untuk membabarkan dhamma ) apalagi keriskanan (kecemasan tersudutkan sebagai public enemy bahkan cosmic enemy karena  membeberkan avijja) namun disamping ruwet & rumitnya permasalahan banyak kekesalan di dalam (pantas ... baru bicara jika marah rasionalisasi pembenaran karena dibodohi, dijahili & dizalimi ? ... Spiritualitas walau dalam perspektif holistik sesungguhnya memang sederhana namun dalam kerinduan beraktualisasi selaras denganNya tidaklah gampang ... Well, susah juga untuk mukhlish murni , begitu mudah untuk muflis bangkrut  nantinya)

rehat lagi , ah .... makin mbulet . Kalau ini jujur saja stuck macet .... murni overthinking internal bukan karena gangguan eksternal sama sekali. zazen batin kacau karena fokus terus beralih ? habis yasinan/ takbiran . (ah ... jangan nyalahin yang di luar karena  yang di dalam memang ruwet), REHAT .... Rekap yang ada dulu.... revisi lagi lanjutannya nanti ... jika batin sudah mood untuk  flow lagi.  Dulu arus idea tampak jelas tertata di dalam ketika harus diungkapkan ke luar selalu berputar tidak karuan begini. 
Kami bukanlah (atau tepatnya saya walau mungkin cenderung dipandang negatif agak  introvert /?/... padahal walau canggung sudah berusaha harmonis, lho .. well, memang terlihat tidak mampu luwes simpatik .. namun sesungguhnya tidaklah terlalu) membenci diri sendiri (self hatred ... karena kesenjangan antara idealitas yang kami fahami dengan yang sudah dijalani apalagi mampu dicapai ) apalagi harus membenci yang lain sesama pendagel yang berperan dalam episode kehidupan abadinya masing-masing (agar senantiasa menerima & mengasihi segalanya demi mampu melampaui faktisitas avidya diri sendiri /bukan untuk membandingkan / mengungguli lainnya, lho ... bumerang mana pembandingan buih air samudera keazalian / bagi layak terniscayanya kesedemikianan dharma ini sebagai kesadaran pandangan yang harusnya dilakukan sebagai kewajaran dalam kesedemikianan yang interconnected demi equilibirium keharmonisan keseluruhan dalam desain kosmik yang homeostatis ini ). Walau harus kami akui agak mencemaskan diri juga ..sejujurnya  figur yang kami (dan seharusnya juga yang lain ?) takuti adalah diri kita sendiri ? Kitalah penentu sesungguhnya peniscayaan yang akan terjadi karena segalanya akan berbalik lagi ke diri sendiri ... dikarenakan kita sesungguhnya berada dalam sekian layer tubuh dimensi diri (fisik, eteris , astral, kaustal,monade, kosmik, nirvanik, dst ) yang terpantau berkaitan dalam seluruh wilayah kesemestaan Mandala advaitaNya  (tergurat jelas dalam atsar./ antah karana/ alaya vinnana, etc batin kosmik kita untuk sesungguhnya bukan hanya yang dilakukan dalam tindakan aktual fisik, ucapan verbal bahkan terbetik pada benak kesadaran kita di kedalaman ?)... well, jadi fahami & sadari sebenarnya tiada mungkin bagi kita untuk menipu/ menjahili/ menzalimi diri /apalagi lainnya/, meninggikan hati /bukan hanya yang layak dihormati namun juga keberadan lainnnya yang seharusnya tetap kita hargai serendah apapun mereka dipandang/ dan lari dari tanggung jawab / baik yang sudah kita sadari maupun yang belum kita fahami karena level kesadaran kita memang belum mampu mencapainya  untuk perlu menghadapi & melampauinya/ akan Parama Dhamma ketentuanNya .... apalagi membandingkan, bersaingan, merasa setara (sok akrab/kuasa agar bisa tranyakan mengeksploiTasi lainnya walau yang pasti dirinya sendiri) atau bahkan jumawa seakan mampu melebihi Wujud Sentra Segala Nya  Hyang tidak sekedar personal immanen laten deitasNya namun Impersonal Transenden yang melampaui dan melingkupi seluruh wilayah dan pribadi di dalam kuasa, kasih & wujudNya? ).
Well ... sebetulnya memang ada yang perlu saya katakan berkaitan dengan itu semuanya ... episode samsarik yang sudah, sedang dan akan kita jalani  jika saja inferensi saya atas segala referensi yang ada ternyata benar  ..... walau sesungguhnya saya berharap tidak demikian adanya . Singkatnya  (mudahnya  tiga ini saja) :
1. Mengapa Buddha ada menyatakan sebagian besar dari kita (baik yang beragama & berTuhan ataupun yang tidak ?) terhalang menuju jangankan Nibanna pembebasan, atau lolos ke Brahmanda Jhana 4 (vs Mahapralaya kamavacara ) bahkan untuk ke surga Kamavacara (vs Pralaya Mayapada dunia) bahkan kemudian susah menjadikan kamavacara bawah (yakha, asura, manusia,) justru malah apaya (hewan.petta , niraya) bahkan lokantarika seakan menjadi hunian layak berikutnya /niyata miccha ditthi?/. 
2. Mengapa Buddha perlu menyadarkan Brahma Baka (yang nota bene lebih tinggi level keilahianNya dibandingkan Personal God kamavacara cakkavati di bawahNya) untuk tidak meng-Ilah-kan diriNya  dan itupun beliau lakukan dengan sedikit pelanggaran sinergi atas Dhamma Kosmik dengan mengalahkannya dengan abhinna keunggulan adikodrati yang dalam level keterjagaan nirvanikNya beliau sadar sebaiknya tidak di gunakan di wilayah mimpi samsarik (Buddha bahkan sebelum pencerahanNya sudah mampu ke maqom ke"ilahi'an yang lebih tinggi ... tidak hanya mampu berkeseimbangan di rupa Jhana bahkan hingga Arupa Jhana ).
3. Mengapa Buddha harus mengumpulkan & memberikan wejangan ovada patimokha di bulan Magha untuk tetap terjaga,berjaga dan menjaga diri kepada 1250 Arahat (Apakah Magga Phala pencerahan Nirvanik yang sesungguhnya melebihi sekedar Jhana Vasi pencapaian Brahmanda tidaklah permanen & bukan sertifikat garansi kosmik kebebasan ) ?  
Apa yang akan kami katakan nanti mungkin bisa akan sangat menyinggung semuanya dan bisa jadi akan menyudutkan lainnya ..... Haruskah kami utarakan (tepatnya kita bahas ) untuk melalui  batu ujian SBAR yang krusial ini untuk melanjutkan ke tahap berikutnya (Bagaimana melalui & melampauinya ) ? 
Jangan berprasangka buruk dulu ... ini bukan berkaitan dengan memperdayakan (bahkan kalaupun itu sebelumnya ternyata keterpedayaan) namun untuk segera memberdayakan meniscayakan kesedemikianan dalam keseluruhan tidak sekedar mengandalkan kemungkinan yang secara obyektif /holistik menyimpang adanya..... keperwiraan beraktualisasi merealisasikan  yang saling mencerahkan/menguatkan nantinya tidak sekedar defesiensi pembebanan yang saling menyusahkan/ menjatuhkan akhirnya. Ini tegasnya tidak dimaksudkan untuk secara konyol memporak-porandakan kemapanan tatanan yang sudah ada apalagi mengobrak-abrik respek sakralisasi selama ini ... bumerang kamikaze / genosida bagi semua, bro. Ini jelasnya dimaksudkan untuk on ptocess menyelaraskan kembali keberadaban spiritualitas kita yang juga by product akan mengembangkan peradaban eksistensialitas berikutnya....ubah orientasi keselarasanNya saja (selera fashion ~ arah passion) , tak perlu ganti asesories apalagi buat pakaian yang baru (hanya akan ulangi kepekokan & kehebohan lama akan kecenderungan siklus kejatuhan ajaran : Saddhamma > mistik > lokiya > pseudo >addhamma,dst...tidak usah lagi mencari apalagi menjadi 'Tuhan' baru bagi lainnya dengan segala atribut pemikat & penjeratnya/ dogma, agent, power < force < squad etc/ ). Segalanya harus dimulai sebagaimana diri kita disini dan saat ini dengan segala faktisitas keterbatasan yang ada untuk diarahkan .... tanpa harus melagakkan diri seakan diri lain yang sudah berbeda (intinya ulat harus meniscayakan kesedemikianan sebagai kupu-kupu dengan tahapan proses metamorfosis kepompong yang sejati & mandiri tanpa membebankan apalagi menjatuhkan ulat yang memang masih liar bahkan kupu muda yang masih naif tampaknya.) .... Berusaha sebaiknya walau hasil mungkin belum sempurna.   
Hehehe ..... ini guyonan jangan serius : alien maju dari galaksi / dimensi lain mungkin agak heran memantau kita disini yang begitu lambat nyaris stagnan bahkan cenderung mundur perkembangan evolusi, harmoni & sinergi kosmik kita (keberadaban spiritualitas , keselarasan universalitas & peradaban eksistensialitas) dan senantiasa menyukai, melekati & menikmati dukkha kegalauan, kesakauan dan kekacauannya dagelan kita memerankan diri di planet bumi ini. Sejarah mengajarkan kepada kita satu hal utama bahwa kita tidak pernah belajar dari sejarah ... selalu mengulangi kebodohan, kesalahan dan keburukan yang sama disetiap vatta pembentukan , yuga perjalanan & pralaya penggulungan.
Kisah ini semula akan kami kembangkan semacam parodi kiasan namun stuck kemarin (parah!) dan lupa lagi saat ini (payah!) jadi ya ... daripada bicara salah & ndabyah tidak berguna dan malahan membuat resah/sesat lainnya yang otomatis juga mengakibatkan noda batin kosmik diri .maka sementara...Wasalam dulu.  
alurnya demikian si alien tsb ... 
pesan moralnya .....
kutipan lampau ...:
disimpan di akhir saja ... amrih entuk iwak tanpo butek banyune. (menghindari salah faham karena pandangan yang menyeluruh belum dimengerti ... atau tepatnya tidak mudah disampaikan ). Susahnya jadi introvert pembelajar autodidak visual yang tidak cakap berkomunikasi verbal.

Well ... apa ini saja dulu sebagai awalan pembuka keran ... 

 

Agama =
Dilema Junaid al-Baghdadi atas shatahat Mansur al-Hallaj (Ana’l Haqq = akulah kebenaran/Tuhan) :  “Berdasarkan syari’at, ia bersalah. Menurut hakikat, Allah Yang Maha Mengetahui.” 
Al-Junaid dikenal sebagai tokoh sufi yang sangat menekankan pentingnya keselarasan antara praktik dan doktrin tasawuf dengan kaidah-kaidah syari’at. Salah satu ungkapan Al-Junaid tentang ilmu tasawuf yang dikutip oleh al-Kūrânī dalam Itḥâf al-dhakī adalah ucapannya: “pengetahuan kami ini terikat dengan al-Qur’an dan al-Sunnah.” Dengan ini mengindikasikan bahwa ajaran tasawuf menurut Al-Junaid haruslah tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah. 
Mistik =
Simran Panca Nama Sant Mat = zikir respek mantra terhadap 5 "Tuhan" penguasa wilayah rohani kamavacara & brahmanda ? = Niranjan, Om, Soham, Shakti and Rarankar (Alakh Niranjan /surga astral?/ - Omkar /layer kausal = Brahm/mara?) etc )
Dhamma =
kutipan lampau 
(ah ... repot ; mau copas ada di blog akun lain. Di blog akun induk banyak yang diblok, sih ..... Coba kutip lagi saja.  Plus file referensi terupdate selama ini di google drive ) .... apa bisa selesai di liburan ini, ya ? Ah... dicoba saja sebisanya.  Ini bukan sekedar projek liburan tetapi program seluruh kehidupan bahkan sepanjang keabadian diri.  Seharusnya tidak sekedar referensi pengetahuan tetapi realisasi penempuhan. Sesungguhnya tidak hanya diperbincangkan (walau diperlukan?) tetapi harus dilaksanakan (untuk peniscayaan). 
atau langsung saja ...
Tuhan ? Walaupun yang Mutlak memang ada (jika Sentra Sejati yang transenden tidak ada bagaimana mungkin sigma dimensi mandala  semesta tergelar dengan aneka zenka keberadaan di dalamnya) namun dalam mandala samsara immanen ini banyak petta, asura, yakha, dewata, brahma bahkan nafs ego yang  mengidentifikasi diri berkompetisi, berinteraksi ,bertransaksi saling mengeksploitasi / mengaktualisasi diri. 
Tuhan (atau ketuhanan tepatnya) adalah konsep bagi samudera energi keberadaan yang kemudian diklaim sebagai entitas figure diri yang disakralisasikan secara personal bagi agama (perlu kebajikan eksistensial untuk perolehan kebahagiaan eksternal) & sebagai keberadaan transpersonal bagi mistisi untuk direalisasikan (perlu kebijakan universal untuk pencapaian keholistikan internal).... bagi Dhamma entitas yang masih berklaim tersebut dipandang masih bersifat samsarik demi transendensi azali nirvanik yang lebih murni (perlu kebenaran spiritual demi pencerahan keterjagaan esensial) ?
Dalam pandangan kami konsep/figure Tuhan seharusnya tidaklah sedangkal itu ....kami menggeser tepatnya memperluasnya dalam ketak-terhinggaan yang tidak mungkin terjangkau apapun impersonal infinitum indefinite ( see : bahasan di atas). Bahkan jikapun dalam kenyataannya mungkin demikian kita tetap memerlukan sesuatu yang tak terhingga untuk tumbuh berkembang lebih terarah & terpadu demi sinkronisasi kebenaran dan bagi integrasi keutamaan yang dapat direalisasikan dari, oleh & untuk semua (wah ... kok seperti slogan demokrasi massa (kualitas>mayoritas?) tidak oligarki mafia macam khilafah theokrasi / politbiro komunisme atau monarki kesewenangan karena susah untuk aufklarung keberdayaan bersama , Aristoteles?)... paradigma yang naif  untuk didengarkan atau arif untuk dikembangkan ?
Mungkin agak nggege mongso walau operasi caesar mungkin memang perlu dilakukan. Agar dari bayi prematur paradigma yang belum tiba saatnya ini akan menjadi prototype bagi intelgensi kecerdasan manusiawi kita dalam berfilsafat tidak lagi stagnan & 'mbulet' dan kembali berkembang membaik untuk kehadiran bayi pandangan baru (baca: paradigma sintesa) yang lebih sehat, tepat dan hebat berikutnya. 
menerima /kenyataan/, mengasihi /kebenaran/ & melampaui /keutamaan/ karena Realitas di kedalaman yang terniscaya sebagai fenomena ke permukaan tsb gradatif (walau memang hirarkis namun tunggal adanya), dinamis (kesempurnaan absolut tidak stagnan namun semakin baik berkembang karena kearifan, kesucian & keutuhanNya) dan integrated (segalanya interconnected demi equilibirium bagi desain kosmik yang homeostasis) 
keterniscayaan ?  prokreasi penciptaan (materi) < emanasi keberadaan (energi) < katalisasi kemungkinan (esensi)    
Ini memang idea baru yang sama sekali tidak akan pernah menguntungkan ego penganut, penempuh & penembusnya ... tanpa klaim identifikatif/ eksploitatif/ alienatif bagi pembenaran trium falisme, standar ganda dan pembenaran addhama demi kekuasaan eksternal atas lainnya karena .... well, walaupun sebenarnya penyesatan sebagaimana pencerahan memang memungkinkan ada sebagaimana juga kesadaran parama dharma dan maha avidya ini namun demikian ..... pengkhianatan terbesar kita sesungguhnya menyangkal kenyataan, mengabaikan kebenaran dan mengacuhkan keutamaan yang digariskanNya bukan hanya demi evolusi, harmoni & sinergi individualitas 'tan-diri' kita namun juga bagi keberlangsungan, keberlanjutan dan kebersesuaian equilibirium bagi kaidah sistem atas desain kosmik yang homeostasis & interconnected mandala semesta ini dan segalanya seharusnya semakin menghampa sebagai ketiadaan murni dari keberadaan sejatiNya. Kenyataan sejati, Kebenaran abadi & Keutamaan azali ini akan selalu terjadi walau kita tidak mampu memahamiNya, walau kita tidak mau mengakuiNya & walau kita (bukan hanya tidak menjalani namun malah ) berusaha menjauhiNya .  
Geser kutipan : Berhadapan dengan ketidak-terhinggaan ... bagi setiap pemberdaya ... langit senantiasa tiada batas umtuk senantiasa tumbuh berkembang dalam keberdayaan melampaui segala labirin keterpedayaan & pemerdayaan yang senantiasa ada mengintai dalam setiap evolusi, harmoni & dimensi yang diskenariokanNya. Aktualisasi holistik Kusala Kiriya para Sakshin Ariya tanpa perlu mengalienasi , mengidentifikasi apalagi mengeksploitasi (bukan hanya internal namun juga eksternal ... demi eksistensialitas, universalitas & transendentalitas yang terrniscayakan via kefahaman, kecakapan & kelayakan ... sebagai kesadaran dalam kewajaran sebagaimana adaNya ... lillah, billaah, fillaah .... Wei Wu Wei  (Just action .. without acting & actor ?)

AH . REHAT LAGI ... JAGONG DULU. MEMANTASKAN KERUKUNAN < MENUNTASKAN KEBUTUHAN.  NUWUN.

PROLOG 

APERSEPSI = PANENTHEISTICS 3
Panen-ego-istics ? panentheisme Hyang Esa (Realitas sebagai organisme besar diri ?) .... kesemestaan 
Panen-geo-istics ? panentaoistic Hyang Ika (Realitas sebagai tatanan agung alam ?) .... keselarasan 
Panen-deo-istics ? panentheistics Hyang Ada (Realitas sebagai biasan nyata inti ?) .... keterpaduan 
MONOLOG 
AKTUALISASI = GNOSIS WISDOM Parama Dharma  dalam Mandala Advaita dengan Formula Swadika 
Beretika atas kesemestaan (Being true , humble, responsible = nobody deserve everything ... just be no fake one in the Real One)
Berdaya dengan keselarasan (pengarahan keabadian, pencakapan kehidupan, peralihan kematian)
Bersiaga dalam keterpaduan (terjaga sbg esensi transendental, menjaga sbg media universal, berjaga sbg figur eksistensial)
EPILOG 
ANTISIPASI = EPISODE SAMSARIK 
a quest for secret global ? Be lonely as chickenlish eagle in the trully crowd of  eaglelish chicken ... secret in hidden but sincere in real ? ( Bangunlah peradaban eksistensialitas via keberadaban spiritualitas dalam keselarasan universalitas : hitech science empiris / interkoneksi lintas kosmik / bersama saling memberdaya menuju asymptot kesejatian segalanya ) x delusi penguasa semu dunia eksternal tetapi kehilangan segalanya (internal diri sejatinya sendiri) ... harga yang terlalu mahal untuk kedunguan ... walau memang seakan terkesan tampak lebih hebat dari mereka (tepatnya mungkin juga kita semua)  yang masih terlelap dalam anggapan naif, harapan liar dan pandangan semu. 
paradoks terbesar keabadian : nobody really deserve everything meanwhile somebody only possess nothing (keterjagaan > keberdayaan> kebahagiaan)
Quo vadis : mendekati yang adibuddha di lokuttara atau memerani 'markandeya' di lokantarika untuk kembali mendagel di samsara, zachner ? ( bersegera dalam keterniscayaan transenden atau masih penasaran dengan penjelajahan universal atau memang kecanduan dengan permainan eksistensial ?)
PENUTUP
SELESAI 


WELL ... LANJUTKAN LAGI. ... 

INPUT VLOG 

welcome to the earth SUDAH KAMI GANTI 
tolong ... jangan dipermasalahkan lagi .... tiada niatan sedikitpun dari kami untuk merampas/melanggar hak cipta baik secara eksistensial apalagi finansial. Murni hanya sekedar ingin berbagi referensi berkualitas dari, demi & bagi  kita semua .... untuk kutipan Welcome to the Earth (selamat datang di planet bumi) - the last scene of the Secret - LOA movies 2006  berikut 
1.   EH  = You may be feeling that it would be easier to be hearing these words if they had come to you the first day of your experience upon this earth. And if we were talking to you on your first day of physical life experience, we would say to you, Welcome to planet Earth. There is nothing that you cannot be or do or have. You are magnificent creator, and you are here by your powerful and deliberate wanting to be here. Go forth, giving thought to what you are wanting, attracting life experience to help you decide what you want, and once you have decided, giving thought only unto that. Most of your time will be spent collecting data, data that will help you decide what it is you want. But your real work is to decide what you want and then to focus upon it. For it is through focusing upon what you want you will attract it. That is the process of creating.
Anda mungkin akan merasa lebih mudah untuk mendengar kata-kata ini. Seandainya disampaikan kepada anda pada hari pertama anda hadir di bumi ini. Dan jika seandainya kita dapat berbicara pada anda, saat anda pertama sekali hadir secara fisik di dunia ini, kami akan berkata : selamat datang di bumi . Tak ada satupun yang tidak dapat anda kerjakan, menjadi atau memiliki. Anda adalah Pencipta yang hebat. Dan anda ada disini dikarenakan kekuatan dan keinginan anda untuk ada disini. Maju terus, fikirkanlah apa yang anda inginkan. “Tariklah” pengalaman hidup untuk membantu anda menentukan apa yang anda inginkan, Dan sekali anda telah memutuskan apa yang anda inginkan, fikirkanlah hal tersebut saja. Sebagian besar waktu anda akan dipakai untuk mengumpulkan semua data, data yang akan membantu anda menentukan apa yang anda inginkan. Tetapi, tugas anda yang sebenarnya adalah menentukan apa yang anda inginkan dan lalu fokuskan ke hal yang anda inginkan. Karena melalui pemfokusan ke hal yang anda inginkan akan “menarik” hal yang anda inginkan. Itulah yang disebut proses penciptaan.
2.   MB = I believe that you're great, that there's something magnificent about you. Regardless of what has happened to you in your life. Regardless of how young or old you think you might be. The moment you begin to "think properly," this something that's within you, this power within you that's greater than the world, it will begin to emerge. It will take over your life. It will feed you. It will clothe you. It will guide you, protect you, direct you, sustain your very existence. If you let it Now that is what I know, for sure.
Saya percaya anda adalah hebat, bahwa ada sesuatu yang luar biasa tentang anda. Tanpa menghiraukan apa yang terjadi dalam hidupmu,terlepas dari betapa muda atau tuanya anda, pada saat anda mulai dapat berfikir sebaik-baiknya:ada sesuatu di dalam, kekuatan di dalam diri anda ,yang bahkan lebih kuat dari dunia ini,kekuatan ini akan mulai muncul,kekuatan ini akan menguasai hidup anda. Dia akan menghidupi anda,memberi anda pakaian,membimbing anda, melindungi anda, mengarahkan anda,mempertahankan eksistensi anda …. Jika anda mengizinkannya. Hanya itulah yang saya tahu … yang sebenarnya.
Mama this will help
(Mama,ini akan membantu );
FEEL GOOD=
Merasa Baik ( Nyamankanlah diri anda )

Kalau ini seakan 'lagu wajib' kutipan kami selama ini di seluruh vlog yang ada. Terima kasih atas izin pemaklumannya selama ini.
My Favorite Video 
AWAKEN - SAMADHI TRAILER
Samadhi - Film Trailer [9 minute excerpt from film]
Reupload :
1.     1 Akun :  teguh.qi@gmail.com 
AWAKEN - SAMADHI TRAILER (Eng-Ina sub) ReUpload = https://www.youtube.com/watch?v=nRzpWuoSvws&t=162s
2.     1 Akun :   maxwellseeker@gmail.com  maxwell seeker atau https://www.youtube.com/channel/UC-rkgGCcpqG-R-AWRA4OBOQ 
AWAKEN SAMADHI TRAILER Eng Ina sub =  https://www.youtube.com/watch?v=04EXAAxcdBE&t=274s
3.     1 Akun :  englishindonesian11@gmail.com EnglishIndonesian atau https://www.youtube.com/channel/UCoyZ6llUIUekhkNZInq7npg 
AWAKEN - SAMADHI TRAILER (Eng-Ina sub) = https://www.youtube.com/watch?v=3CnCSHVAT_k&t=30s
4.     1 Akun : dhammaseeker79@gmail.com DhammaSeeker atau https://www.youtube.com/channel/UCbvmNk761y4BIkqocr-V7_A 
AWAKEN SAMADHI TRAILER Eng Ina sub ReUpload Again = https://www.youtube.com/watch?v=0INHo70k5Qc&t=52s
5.     1 Akun :  dhammasikkha1@gmail.com Dhamma Sikkha atau https://www.youtube.com/channel/UCOvUi8WXDetP3E0OL2rdCRg
AWAKEN SAMADHI TRAILER Eng Ina sub = https://www.youtube.com/watch?v=nNYuBa2JWGk&t=75s
AND
6.     1 Akun :  teguhkiyatno42@guru.smp.belajar.id  Teguh Kiyatno atau https://www.youtube.com/channel/UCsWSJ-yGYcqJSm7qUKB-KwA
AWAKEN SAMADHI TRAILER (Eng Ina sub) = ? https://youtu.be/mYHySklmy6g
7.     1 Akun :  masterteguh788@gmail.com  Master Teguh atau https://www.youtube.com/channel/UC2QA4Md6ml5JQOFQPFHumzQ
AWAKEN SAMADHI TRAILER Eng Ina subtitle = https://www.youtube.com/watch?v=qXZUyoISXfs&ab_channel=MasterTeguh 

PLUS LAGI 
Transkrip  Awaken Samadhi Trailer (Uniion Mystics )
AWAKEN SAMADHI TRAILER
(Original Source - Copy Right) https://www.youtube.com/watch?v=dqGdWoW-GT8

If you hold this feeling of “I” long enough and strongly enough the false “I”will vanish, leaving only the unbroken awareness of the real immanent “I” or consciousness itself ~ Sri Ramana Maharshi.
"Jika Anda memegang perasaan 'aku'  ini cukup lama dan cukup kuat, maka 'aku' yang semu akan lenyap, hanya menyisakan kesadaran tak terputus yang nyata, keberadaan imanen 'aku', atau kesadaran itu sendiri." ~ Sri Ramana Maharshi
Samadhi is an ancient Sanskrit word which means Union. It is the union of individual persona, the egoic self with something greater, something unfathomable to the mind. Samadhi is a surrendering, a humbling of Individual mind to the Universal mind. The purpose of Meditation, Yoga, Prayer, Chantings and all Spiritual practices is one and that is Samadhi. In the language of Christian mystics it is humbling oneself before God. Samadhi is realized through what Buddha called the middle way or what in Taoism is called the balance of ying and yang. In the yogic traditions it is called the marriage of Shiva and Shakti.
Samadhi adalah kata Sansekerta kuno yang berarti Persatuan. Ini adalah penyatuan persona individu, diri egois dengan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tak terduga bagi pikiran. Samadhi adalah penyerahan, merendahkan pikiran Individu ke pikiran Universal. Tujuan dari Meditasi, Yoga, Doa, Nyanyian dan semua praktik Spiritual adalah satu dan itu adalah Samadhi. Dalam bahasa mistik Kristen, itu berarti merendahkan diri di hadapan Tuhan. Samadhi diwujudkan melalui apa yang disebut Buddha sebagai jalan tengah atau yang dalam Taoisme disebut keseimbangan ying dan yang. Dalam tradisi yoga, ini disebut perkawinan Siwa dan Shakti. 
When Samadhi is perfect, it is wisdom of the great ultimate reality. An understanding of the relationship between form and emptiness, relative and absolute, its a coming into one's true nature. Samadhi begins with a leap in to the unknown.
Ketika Samadhi sempurna, itu adalah kebijaksanaan dari realitas tertinggi yang agung. Pemahaman tentang hubungan antara bentuk dan kekosongan, relatif dan absolut, yang masuk ke dalam sifat sejati seseorang. Samadhi dimulai dengan lompatan ke hal yang tidak diketahui.
In order to realize Samadhi, one must turn consciousness away from all known objects, from all external phenomena, conditioned thoughts and sensations towards consciousness itself. Towards the inner source, the heart of  essence of one's being.
Untuk mewujudkan Samadhi, seseorang harus mengalihkan kesadaran dari semua objek yang diketahui, dari semua fenomena eksternal, pikiran dan sensasi terkondisi menuju kesadaran itu sendiri. Menuju sumber batin, inti dari keberadaan seseorang.
The source of all existence is not a thing or object that one can see like in these physical world we do. It is perfect emptiness or stillness itself. It is the emptiness which is the source of all things.
Sumber dari semua keberadaan bukanlah hal atau objek yang dapat dilihat seseorang seperti di dunia fisik yang kita lakukan ini. Itu adalah keheningan atau keheningan sempurna itu sendiri. Kekosongan itulah yang menjadi sumber segala sesuatu.
This union cannot be understood with the limited individual mind. It is only directly realized when the mind becomes still. There is no Self that awakens. There is just ‘you' that awakens. What you are awakening from is the illusion of the separate self from the dream of the limited ‘you'. The World that now you think you are living in is actually ‘you'. It is your higher self or the selfless self. Annata.... No Self.
Persatuan ini tidak dapat dipahami dengan pikiran individu yang terbatas. Itu hanya disadari secara langsung ketika pikiran menjadi tenang. Tidak ada Diri yang terbangun. Hanya ada 'kamu' yang terbangun. Dari mana Anda terbangun adalah ilusi dari diri yang terpisah dari impian 'Anda' yang terbatas. Dunia yang sekarang Anda pikir Anda tinggali sebenarnya adalah 'Anda'. Itu adalah diri Anda yang lebih tinggi atau diri yang tanpa diri/tidak mementingkan diri sendiri. Tanpa aku ... Tiada diri
Samadhi is so simple that when you are told that what is it and how to realize it, your mind will always miss it because the mind is what needs to be stopped before it is realized. It is not a ‘happening' at all. It is the surrendering of the individual mind to the higher mind or big mind..
Samadhi begitu sederhana sehingga ketika Anda diberitahu bahwa apa itu dan bagaimana merealisasikannya, pikiran Anda akan selalu merindukannya karena pikiran adalah apa yang perlu dihentikan sebelum disadari. Ini sama sekali bukan 'terjadi'. Ini adalah penyerahan pikiran individu ke pikiran yang lebih tinggi atau fikiran besar.
The most important teaching of Samadhi is perhaps found in this phrase:- “Be Still & get Know”.
Pengajaran paling singkat dari Samadhi mungkin dapat ditemukan dalam frase ini: "Diamlah dalam keheningan dan ketahuilah Hal tersebut."
Silence is the language of God. All else is poor translation. - Rumi
(Keheningan adalah bahasa Ilahi. Semua hal lainnya hanyalah 'terjemahan' belaka yang tidak memadai. – Rumi)
How can we use words and images to convey stillness? How can we convey silence by making noise? Rather than talking about Samadhi as an intellectual concept. this film is a radical call to INACTION. A call to stillness. A call to meditation and inner silence. A call to STOP.
Bagaimana kita dapat menggunakan kata atau gambar untuk menjangkau keheningan ? Bagaimana kita dapat menyampaikan keheningan dengan membuat kebisingan ? Film ini ditujukan sebagai suatu panggilan radikal untuk "tanpa-aksi". Suatu panggilan untuk menuju keheningan. suatu panggilan untuk meditasi dan keheningan di kedalaman. Suatu panggilan untuk Berhenti
Stop everything that is driven by the pathological egoic mind. Be still and know.
Hentikanlah segala sesuatu yang dibawa oleh fikiran diri yang sakit. Berdiamlah dan Ketahui
No one can tell you what will emerge from the stillness. It is a call to act from the spiritual heart.
Tidak ada yang bisa memberitahu Anda apa yang akan muncul dari keheningan. Ini adalah panggilan untuk bertindak dari jantung spiritual.
Samadhi is not some mystical 'altered' state of being. It is simply one's natural state of presence, of consciousness unmediated by thought, unmediated by an egoic identity.
Samadhi bukanlah sejumlah tahap perubahan keberadaan yang bersifat mistis. Ini hanyalah keberadaan alamiah kehadiran seseorang. yang kesadarannya tidak terpisahkan oleh fikiran, tidak terpisahkan oleh identitas suatu diri pribadi.
Most of humanity is in an altered state all the time... A state of egoic identification with form and thought. When one is in a state of natural presence and non-resistance, Prana flows more freely through the inner world. This pranic stream which is prior to the nervous system, prior to the senses and thinking,becomes a new interface with reality. Literally a new level of consciousness or new way of being in the world.
Sebagian besar umat manusia dalam keberadaan yang terpisahkan sepanjang waktu … Suatu keberadaan beridentifikasi diri dengan bentuk dan pikiran. Ketika seseorang dalam keadaan kehadiran alamiah dan tanpa tekanan, Prana mengalir lebih bebas melalui dunia batin. Aliran prana ini yang sebelumnya menuju ke sistem saraf. sebelumnya menuju indrawi dan fikiran, menjadi antarmuka baru dengan kenyataan, Secara harfiah suatu tingkat kesadaran yang baru atau cara baru keberadaan di dunia.
It is through the ancient teachings of Samadhi, the humanity will begin to understand the common source of all the religions and to come into alignment once again with the spiral of life …. Great Spirit, Dhamma, or the Tao.
Ini melalui pengajaran Samadhi kuno bahwa umat manusia akan mulai memahami sumber umum dari semua agama dan untuk datang ke dalam keselarasan sekali lagi dengan spiral kehidupan Roh Agung, Dhamma, atau Tao.
Samadhi is the 'gateless gate’ and ‘pathless path' and it is the identification with the self structure which separates our Inner and Outer worlds.
Samadhi adalah 'gerbang tanpa gerbang' dan 'jalan tanpa jalan' dan itu adalah identifikasi dengan struktur diri yang memisahkan dunia Batin dan Luar kita.

WELL ... LANJUTKAN LAGI. ... 

TAMBAHAN KUTIPAN  LAMA  
(Dicheck & recheck jika ada yang melanggar pedoman komunitas .... hehehe, jadi inget bimbingan konsultasi thesis dulu, hampir 2 tahun penuh ... tapi nggak apa-apa. niatan bikin makalah tidak nyari masalah ? ) 
backup lintas blog =JUST IDEA FOR SEEKERS ....https://teguhkiyatno.blogspot.com/2022/10/just-idea-for-seekers.html
Well, Susah juga ndagel patut (berperan tepat dalam figur eksistensial insaniah multi peran dalam faktisitas / kompleksitas keberadaan duniawi samsarik) ... Masih 2.5 tahun lagi baru bisa tergenapi pensiun pembebasan kedinasan /kualitas kinerja menurun kuantitas waktu belum tuntas/, nih ( masa pandemi Corona yang sudah berlalu tidak lagi bikin galau namun semoga bisa ngelumrah tanpa masalah umtuk Husnul khotimah tanpa harus kacau dan tidak perlu sakau dengan segala keribetan & perepotan yang ada). Setiap kita memang perlu melalui dan melampaui setiap episode permainan keabadian yang disebut kehidupan (hingga kematian ... pasti. namun tetap tanpa kedewasaan pencerahan lagi karena asyik mbadut dalam dagelan nama rupa samsarik ? hehehe  ) ini. Semoga berkah tetap mampu dijalani ... minimal bubrah tak perlu kita lakukan bukan hanya pada diri sendiri apalagi kepada semesta kebersamaan dan sentra keseluruhan segalaNya ... tahu diri hanya sebagai setitik air impersonal reality di samudera raya keberadaan untuk sekedar selaras wajar meng-ada tanpa perlu pekok meng-ada ada apalagi heboh meng-ada ada kan. (tanpo ngumpluk ... kegeden anggep & kakehan karep ? - jw). 
Semoga janji sharing idea bisa tuntas segera ... kalau belum ? Ya .. lanjutkan paska pensiun nanti saja (jika sempat waktu hidup , ada energi intelgensi, komitmen niatan berbagi lagi  dsb, lho)
POSTING LAMA DI BLOG INI JUGA (BELUM DIBLOK, LHO..... JADI HALAL & LEGAL DIGUNAKAN LAGI) COPAS SAJA ... PILAH NANTI 
WAH ... KOQ KEMBALI KUTIP MENGUTIP POSTING LAMA ... IDEA BARU PENUNTASANNYA SUSAH MASUK LAGI, NIH.  
ARUS IDEA BARU MALAH JADI MAMPET TERTUTUP LAGI , NIH 
Plus Idea (Curhat ?)
Imaginasi kami memang sangat liar .. pantas susah menjadi meditatif (proliferasi arus batin papanca ? Beta blocking bagi gelombang alpha ?). Bukan type filsuf cerdas yang akurat dalam detail renungan / pemikiran intelektual yang mendalam apalagi gyani yang senantiasa terjaga vivekha & terarah vairagya ... (jadi inget impian masa kecil jadi komikus cerita fantastis, hehehe). Namun demikian dari kekurangan & kelemahan tersebut terkadang kami temukan juga kelebihan & kekuatan lain yang walau mungkin fantasi tersebut terkadang cenderung fiktif  namun bisa juga terimprovisasi solutif juga tampaknya. 
Ada sebuah buku berkesan di masa kecil kami ... sebetulnya ini salah beli buku almarhum orang tua. Alih-alih membelikan kamus bahasa Inggris untuk putera SMPnya beliau memberikan buku filsafat berat berbahasa Inggris (Sydney Hook : Determinism & Freedom in the modern age of science). Bikin kelabakan namun sekaligus penasaran ... via buku tsb kami 'menyelami' bahasa inggris (by product kecakapan) walau tidak sepenuhnya memahami isinya (on process kesadaran). Namun ada satu quote yang kami suka dari buku tsb : Make something happen ... membuat sesuatu (layak) terjadi. Paradigma peniscayaan keberadaan inilah yang kemudian senantiasa men-trigger kami kala menghadapi media problem yang perlu segera diketemukan formulasi solusi tepat untuknya. ... walau berusaha serius namun sayangnya kami akui tidak genius/ cukup taktis untuk menjadi problem solver  (terkadang malah jadi trouble maker bagi diri sendiri /plus lainnya?/.... ironis, hehehe ?)
Mbulet, ya .. langsung saja 
3 Pertanyaan Mendasar = JUST SAY REKAP   (pertanyaan eksistensial diri seeker ?)
1. WHAT = apa arti hidup ini ,
2. WHY = mengapa kehidupan yang tidak pasti seperti ini harus kami jalani dan 
3. HOW = bagaimana harusnya kami mengamati, mengalami dan mengatasi grand desain sistem kosmik ini. 
Itu adalah titik balik diri untuk kembali wajar sebagaimana kebanyakan orang dan juga bahkan untuk menjadi sadar sebagai seorang seeker tentang hakekat permainan kehidupan ini. Susah juga mengutarakan ini Bagaimana kondisi ideal yang perlu terjadi agar evolusi, harmoni & sinergi dalam transendensi keabadian sebagai viator mundi bisa tertuntaskan (cepat, mudah & tepat) sementara kecakapan, kemapanan & kewajaran kita dalam peran eksistensial kita sebagai faber mundi juga bisa terpantaskan sehingga dalam setiap peralihan keberadaan universal (keberadaban spiritualitas , keselarasan universalitas & peradaban eksistensialitas) terlintaskan juga (keberlangsungan terjaga, keberlanjutan terbawa dan kebersesuaian terniscaya).ini lebih ruwet lagi, bro. MAU NGOMONG APA TADI .... Mandala Advaita (mengapa keterniscayaan yang tidak positif ini yang malah terjadi ... bagaimana keterniscayaan yang tidak negatif ini mungkin bisa terjadi ). Dikasih prakata koq malah stuck. payah. Overthinking atau overlapping, nih. Nggak nyambung. Rehat, Relax dulu. 
Well,Lihat ... walau externally tanpa dihalangi sekalipun kami jujur saja sering terhalang internally ... Mungkin memang diperlukan 'minimal' seorang Buddha (Maeteyya?) untuk membabarkan ini semua (walau jika faktor circumstance masih tidak menunjang cenderung akan relatif sama ajaranNya dengan sebelumnya (Gotama?) dan cenderung akan siklis menurun lagi juga). Namun demikian akan menjadi mudah bagiNya untuk menjabarkan fenomena samsarik karena keberadaanNya yang berada dari wilayah atas (keterjagaan lokuttara) secara utuh menyeluruh ketimbang kami (tepatnya : kita) yang merangkak dari bawah mengatasi faktisitas keterbatasan manusiawi kita (baik secara individual mandiri maupun kolektif bersama ... walau kita sadar untuk konsisten bahwa etika kosmik panentheistik dalam equilibirium desain kosmik homeostasis yang interconnected ini adalah menyadarkan untuk mengarahkan yang didalam dan bukan menyalahkan agar mengalahkan yang diluar) yang mana dalam kebelum-layakan tsb kita mengamati beragam pelangi labirin kemungkinan dan menginferensikan kepastian yang bukan hanya nyata sekedar rasional (sesuai akal yang sehat .... tidak akal-akalan apalagi hanya asal-asalan ... untuk menyibak realitas kebenaran yang maujud dalam fenomena kenyataan sesungguhnya dalam orientasi autentik mementingkan kebenaran universal segalanya bukan manipulatif membenarkan kepentingan eksistensial nafsunya sendiri saja) namun juga bisa menjaga & membawa kita ke level kesadaran / kecakapan / kelayakan yang holistik akan hakekat semua ini ... idealnya yang seharusnya kita jalani dalam penempuhan berikutnya tidak sekedar kita fahami demi khazanah pengetahuan belaka. Guyonannya pada posting Sita Hasitupada ini adalah senyum kecut kami seeker padaparama atas senyum cerah Buddha sang tathagata, hehehe. 
wah ... kelamaan curhat. Segera buat celah terobosan baru agar arus idea kembali mengalir, bro.

Ini saja dulu ..
cari gambar FW Nietzche dulu (maaf, ya ? )
Ini filsuf yang saya kagumi karena passion keberaniannya namun sekaligus kurang kami setujui karena motion keterarahannya. Ingat ya, dalam etika panentheistik seharusnya memang tidak ada yang bisa kita cela. Kalaupun ada itu harusnya diri kita sendiri yang tidak cukup arif swadika dalam permainanan kosmik keabadian ini. Orang lain, peristiwa dsb hanyalah media tarbiyah atau trigger pemicu belaka ... baik buruknya (effek kosmik / dampak karmik) nanti tergantung diri kita sendiri bagaimana mensikapi & menjalaninya. Jadi kawan & lawan (kalau bisa kita istilahkan dalam terma dualitas ini) bagi setiap diri adalah dirinya sendiri bukan lainnya. Well, inilah mungkin sebabnya para penempuh umumnya sangat anxious/ curious memperhatikan dirinya (sebagai yang paling ditakuti namun sekaligus yang paling dicintai  agar senatiasa terarah tidak menyimpang apalagi melanggar etika dan malah berusaha menermina, mengasihi dan melampaui segalanya demi peniscayaan kesedemikian dalam keseluruhan ini) . 
Nietzche (filsuf yang kontroversial mematikan 'tuhan' lama demi lahirnya 'tuhan' baru ?) No. Jangan salah sangka dulu (ini usaha buka keran episode samsarik parodi kiasan alien maju yang lalu untuk memahami 3 mengapa yang kami ajukan sebagai pancingan pembuka penalaran & kesadaran kita bersama  ... semoga sampai & tidak stuck lagi ). Kita tetap harus respek sakralisasi tuhan lama (karena tampaknya memang ada misunderstanding tentang kaidah kosmik yang berlaku dengan sistem relasi yang terjadi ... bukan kesengajaan pemerdayaan karena niatan semula memang tulus untuk memberdayakan lainnya, koq .... susah ngomongnya, nih) namun perlu respek juga sisi positif mentalitas uebermensch ('tuhan baru?) ini dari sisi keperwiraan untuk menerima segalanya dan kemandirian autentik (bukan mencitra & tanpa meminta namun demikian harusnya/ adanya ) bukan untuk wild wisdom pembenaran addhamma berkuasa atas lainnya (wille zur macht / will to power... pelayakan kekuasaan untuk pemaksaan , penjarahan & penjajahan atas lainnya) ... kalau ini mah sami mawon (sama saja) bahkan lebih parah & payah ... tanpa malu dan tiada ragu menjatuhkan keberadaban spiritualitas manusiawi kita sendiri sehingga tampak semakin jelas/tegas semu, naif & liarnya ... sudah tidak harmonis (cukup tampak beradab di permukaan) apalagi holistik (memang sungguh beradab dalam kenyataan) malah neurotik & lunatik lagi (menyimpang dari kesehatan mental & melanggar bagi kebersamaan keseluruhan). Stabilitas dalam kebersamaan memang faktor penting dalam mengembangkan peradaban eksistensialitas namun perhatikan juga vitalitas kebebasan bagi keselarasan alamiah universal dan terutama pertimbangkan juga integritas keutamaan demi pengembangan ilahiah transenden semuanya (lainnya?) ... So, hindari atau bijaklah dalam menggunakan hegemoni hierarkis kala memaksakan kekuasaan atas lainnya (dalam kekuatan ada arah bagi kebaikan, Dalam kebaikan akan ada kekuatan).

NEXT .... REHAT LAGI. ADA PERLU ... MAPAK ISTRI. NANTI ? LIHAT DRAKOR. BESUK ? JAGONG LAGI. 
PASTI ADA WAKTU LUANG ... KALAU TIDAK ADA ? YA, LUANGKAN WAKTU YANG ADA. 
ASAL ARUS IDEA  DARINYA MENGALIR YA SALURKAN SAJA .... KAMI CUMA PRALON BUKAN TANDON, KOQ
NUWUN.  
MAAF ... R3 (REKAP, REHAT,RELAX) DULU, YA ? 
Alasannya klasik ... repot eksternal, ribet internal, flow macet, nunggu file baru, dsb... hehehe.
LINK SEMENTARA GOOGLE DRIVE =REKAP SD 13072023 OKE (108.79 MB )
LINK SEMENTARA GOOGLE DRIVE =EBOOK ABHIDHAMMA BUDDHISME INA (DBS, ETC) = 184.01 MB ?
ARCHIVE ORG MENYUSUL
DARI ARCHIVE ORG 
REKAP SD 14072023 REV by BLOG Uploaded byteguh.qion July 13, 2023
Skip to main content listing of REKAP SD 14072023 REV.zip

file

size

REKAP SD 14072023 REV/

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/1 RUTIN/

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/1 RUTIN/ANEKA/

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/1 RUTIN/ANEKA/000 MASTER REKAP.zip

6568

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/1 RUTIN/ANEKA/LINK DOWNLOAD BUDDHISM (DBS PLUS).docx

51366

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/1 RUTIN/ANEKA/LINK DOWNLOAD BUDDHISM (DBS PLUS).pdf

478707

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/1 RUTIN/PURE DHAMMA/

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/1 RUTIN/PURE DHAMMA/INFO/

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/1 RUTIN/PURE DHAMMA/INFO/Pure Dhamma BLOG.docx

40654

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/1 RUTIN/PURE DHAMMA/INFO/Pure Dhamma BLOG.pdf

313455

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/1 RUTIN/PURE DHAMMA/Pure-Dhamma-11July2023.pdf

22177669

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/1 RUTIN/SADHGURU YASUDEV QUOTE/

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/1 RUTIN/SADHGURU YASUDEV QUOTE/73 SADHGURU YASUDEV QUOTES 08072023 sd 14072023.docx

2862732

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/1 RUTIN/SADHGURU YASUDEV QUOTE/73 SADHGURU YASUDEV QUOTES 08072023 sd 14072023.pdf

539965

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/1 RUTIN/SADHGURU YASUDEV QUOTE/INFO/

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/1 RUTIN/SADHGURU YASUDEV QUOTE/INFO/SADHGURU YASUDEV FILES SD 72 QUOTES 08072023.docx

61229

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/1 RUTIN/SADHGURU YASUDEV QUOTE/INFO/SADHGURU YASUDEV FILES SD 72 QUOTES 08072023.pdf

516634

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/2 EXTRA/

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/2 EXTRA/SLIDE/

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/2 EXTRA/SLIDE/FAIZ MJS/

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/2 EXTRA/SLIDE/FAIZ MJS/Ngaji Filsafat 392 - Maria Montessori - Filosofi Pendidikan Anak.pdf

1847141

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/2 EXTRA/SLIDE/FAIZ MJS/Ngaji Filsafat 392 - Maria Montessori - Filosofi Pendidikan Anak.pptx

2805220

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/2 EXTRA/SLIDE/FAIZ MJS/Ngaji Filsafat 392 - Maria Montessori - Filosofi Pendidikan Anak OK.zip

1266121

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/2 EXTRA/SLIDE/HANS ELA/

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/2 EXTRA/SLIDE/HANS ELA/282. Psikologi TAO 45- TELESKOP UNTUK MELIHAT JIWA.pdf

3126873

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/2 EXTRA/SLIDE/HANS ELA/282. Psikologi TAO 45- TELESKOP UNTUK MELIHAT JIWA.pptx

5119319

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/2 EXTRA/SLIDE/HANS ELA/282. Psikologi TAO 45- TELESKOP UNTUK MELIHAT JIWA.zip

4584823

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/2 EXTRA/SLIDE/HANS ELA/283. Psikologi TAO 46 SENANG YANG SEHAT & SENANG YANG SAKIT.pdf

2987521

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/2 EXTRA/SLIDE/HANS ELA/283. Psikologi TAO 46 SENANG YANG SEHAT & SENANG YANG SAKIT.pptx

4834852

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/2 EXTRA/SLIDE/HANS ELA/283. Psikologi TAO 46 SENANG YANG SEHAT & SENANG YANG SAKIT.zip

4701765

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/2 EXTRA/SLIDE/MASTER SLIDE.pdf

196216

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/2 EXTRA/SLIDE/MASTER SLIDE.pptx

41510

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/3 REKAP/

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/3 REKAP/ARCHIVE/

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/3 REKAP/ARCHIVE/TOTAL UPLOAD ARCHIVE 343 SD 08072023 OKE.docx

3271175

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/3 REKAP/ARCHIVE/TOTAL UPLOAD ARCHIVE 343 SD 08072023 OKE.pdf

39113592

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/3 REKAP/UPDATE/

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/3 REKAP/UPDATE/UPDATE ARCHIVE BLOG VLOG PASKA 14072023 OKEY.docx

94480

REKAP SD 14072023 REV/1 DATA/3 REKAP/UPDATE/UPDATE ARCHIVE BLOG VLOG PASKA 14072023 OKEY.pdf

482516

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/1 BLOG/

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/1 BLOG/DATA/

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/1 BLOG/DATA/01 TQ Teguh.Qi - Sharing Forever 12072023 NEXT R3 (REKAP, REHAT,RELAX) = SD 13072023.docx

1353283

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/1 BLOG/DATA/01 TQ Teguh.Qi - Sharing Forever 12072023 NEXT R3 (REKAP, REHAT,RELAX) = SD 13072023.pdf

4338976

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/1 BLOG/IDEA/

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/1 BLOG/IDEA/01 TQ JUST SHARE 11072023 LANJUTKAN , SEEKERS OKE rev.docx

727506

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/1 BLOG/IDEA/01 TQ JUST SHARE 11072023 LANJUTKAN , SEEKERS OKE rev.pdf

813776

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/1 BLOG/IDEA/01 TQ SADHAR 09072023 REMIX IDEA PLUS REV.docx

7390032

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/1 BLOG/IDEA/01 TQ SADHAR 09072023 REMIX IDEA PLUS REV.pdf

7749738

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/1 BLOG/IDEA/01 TQ SHARE2SEEKER 10072023 RESET IDEA PLUS (JUST FOR SEEKER) REV.docx

8128176

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/1 BLOG/IDEA/01 TQ SHARE2SEEKER 10072023 RESET IDEA PLUS (JUST FOR SEEKER) REV.pdf

7236655

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/1 BLOG/IDEA/01TQ NEW_SHARE 15042023 PROLOG NON SEEKER (KUTIPAN 3 POSTING BERMASALAH).docx

9114932

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/1 BLOG/IDEA/01TQ NEW_SHARE 15042023 PROLOG NON SEEKER (KUTIPAN 3 POSTING BERMASALAH).pdf

10183497

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/1 BLOG/REKAP/

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/1 BLOG/REKAP/REKAP SD 08072023 by BLOG Uploaded byteguh.docx

23011

REKAP SD 14072023 REV/2 IDEA/1 BLOG/REKAP/REKAP SD 08072023 by BLOG Uploaded byteguh.pdf

142868

PLUS EBOOK 14072023 by GNOSIS Uploaded byteguh.qion July 14, 2023
Skip to main content listing of PLUS EBOOK 14072023.zip

file

size

PLUS EBOOK 14072023/

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/OKE/

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/OKE/BELUM/

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/OKE/BELUM/Manual Abhidhamma Bab 4 Proses Kognitif (BELUM).docx

219541

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/OKE/BELUM/Manual Abhidhamma Bab 4 Proses Kognitif (BELUM).pdf

232817

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/OKE/Manual Abhidhamma Bab 1 Kesadaran.pdf

26093978

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/OKE/Manual Abhidhamma Bab 2 Faktor-Faktor Mental.pdf

29546573

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/OKE/Manual Abhidhamma Bab 3 Serbaneka.pdf

19579744

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/OKE/Manual Abhidhamma Bab 5 Terbebas dari Proses.pdf

30103113

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/OKE/Manual Abhidhamma Bab 6 Materi.pdf

11853984

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/OKE/Manual Abhidhamma Bab 7A - Kategori-Kategori.pdf

6331755

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/OKE/Manual Abhidhamma Bab 7B - Kategori-Kategori.pdf

5300261

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/OKE/Manual Abhidhamma Bab 8 - Kondisi-Kondisi.pdf

13377585

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/PLUS/

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/PLUS/AA03. Sejarah Abhidhamma.pdf

7027774

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/PLUS/AA06 Mengungkap Misteri Batin dan Jasmani.pdf

5880739

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/PLUS/AA09 PAṬṬHĀNA 24 Kondisi.pdf

6842376

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/PLUS/KAMMA - Pusaran Kelahiran _ Kematian Tanpa Awal.pdf

14896897

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/DBS/PLUS/SLIDE_PS_2022_K36_DHAMMAPADA179, 180, 183-185.pdf

1324935

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/ETC/

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/ETC/BRAHMAJALA/

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/ETC/BRAHMAJALA/25.2-Brahmajala-S-d1-Sutta-piya.pdf

534301

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/ETC/BRAHMAJALA/BRAHMAJALA SUTTA DhammaCitta.docx

75252

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/ETC/BRAHMAJALA/BRAHMAJALA SUTTA DhammaCitta.pdf

904140

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/ETC/BRAHMAJALA/bp209s-Bodhi_All-Embracing-Net-Of-Views.pdf

2317999

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/ETC/Guru Para Dewa.pdf

798092

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/ETC/Komentar Anattalakkhana Sutta dan Malukyaputta Sutta.pdf

2193182

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/ETC/MKWU4104-M1.pdf

1574671

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/ETC/Prasyarat dalam pencapaian pembebasan.pdf

992077

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/ETC/ZEN KLASIK.pdf

11247692

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/SSS/

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/SSS/ABHIDHAMMA/

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/SSS/ABHIDHAMMA/Final BAB 1 CITTA.pdf

7313897

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/SSS/ABHIDHAMMA/Final BAB 2 CETASIKA.pdf

5618874

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/SSS/ABHIDHAMMA/Final BAB 4 CITTA VITHI.pdf

10252828

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/SSS/ABHIDHAMMA/Final BAB 5 VITHI MUTTA.pdf

5403880

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/SSS/ABHIDHAMMA/final BAB 3 PAKINNAKA.pdf

9044627

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/ETC/SSS/ABHIDHAMMA/final BAB 6 RUPA dan NIBBANA.pdf

6098957

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/LINK DOWNLOAD DBS SD 12072023.docx

90902

PLUS EBOOK 14072023/BUDDHISM/LINK DOWNLOAD DBS SD 12072023.pdf

434925

PLUS EBOOK 14072023/TAOISM/

PLUS EBOOK 14072023/TAOISM/ENG/

PLUS EBOOK 14072023/TAOISM/ENG/Daode_Jing_2011.pdf

746444

PLUS EBOOK 14072023/TAOISM/INA/

PLUS EBOOK 14072023/TAOISM/INA/Tao Te Ching INA.docx

122653

PLUS EBOOK 14072023/TAOISM/INA/Tao Te Ching INA.pdf

189713

HEHEHE ... TAMBAH AMUNISI BARU UNTUK MELANJUTKAN PEMBAHASAN KITA.
disamping REKAP ada EBOOK BARU (BUDDHISM & TAOISM) ... antara lain Abhidhamma DBS yang edisi bukunya sudah kami terima dulu ... ANUMODANA.
WELL ... SAMPAI MANA KITA ? Nietzche  
Mahakarya Nietzche dulu sudah juga kami upload, lho ... coba cari di 
Nietzche  ? NIETZSCHE .... wah ralat salah nama lagi, ya ... kurang huruf s. /juga lainnya : ali syariati > shariati ... mistransliterasi:  syin > shod ? /
Jul 10, 2020NOVELdata
Jul 13, 2020MYSTICSdata

SELECT MYSTIC 1/ENG/PHILOSOPHY/Nietzsche's Tuhan Sudah Mati.pdf

2019-01-05 13:51

2293529

Nietzsche (semoga tidak salah ketik lagi) memang figur yang unik ..... Well, ini piyayinya. Sangar, nggih?

 
NietZSche dengan jujur (kasar?) mengungkapkan sisi gelap gambaran & impian jurang terdalam batin yang kita sembunyikan dengan topeng agung kepicikan (<kesadaran<kelayakan?) & kelicikan (<kepolosan<ketulusan) kita selama ini? atau dia sengaja/ terpaksa memerankan diri (alih-alih memperdaya mengorbankan lainnya memilih sukarela memberdaya dengan mengorbankan citra dirinya) sebagai antagonis dengan menelanjangi kemunafikan manusiawi kita bagi keautentikan vitalitas naluriah kita sebagaimana yang tersurat diungkapkan dalam tokoh Zarathustra atau demi keholistikan spiritualitas nuraniah lanjutan kita yang tersirat untuk dikembangkan ?  Well, by the way ... beliau (dia?) telah berpartisipasi, berkolaborasi & berkontribusi dalam memperkaya khazanah filosofis keberagaman pelangi pemikiran/pandangan manusiawi kita ... Via konsep figur idealnya (Uebermensch) cukup banyak mentrigger filsuf pemikir lain (seperti era lalu : manusia filsuf - Yunani,  Insan Kamil /mystics?/- Ibnu Araby, dsb) untuk  masa berikutnya : Zorba the Buddha - Osho, Rausyan Fikr - Ali Shariati, Insan Kamil /modern?/ - M. Iqbal dst. 
etc etc etc 
THEN, WHAT'S NEXT .......? WAH, TAMPAKNYA BERPUTAR LAGI APA MALAH KESASAR, NIH.
MAU MASUK TIMINGNYA SUDAH PAS ATAU BELUM SIH ? RENCANA SEMULA MAU MASUK LEWAT CELAH NIETZSHE UNTUK LANGSUNG BAHAS JAWABAN NAMUN TAMPAKNYA HARUS BAHAS LAINNYA DULU UNTUK KEJELASAN BAHASAN, KELUWESAN OMONGAN ... TUNTAS MASALAH TANPA HARUS BUAT MASALAH BARU (konflik salah faham yang tidak perlu ... ikannya harus dijaring tidak dipancing tampaknya ... itu sanepan (kiasan -jw), bro .... supaya bisa faham tanpa harus salah faham ... ikan pemahaman tetap sehat tak terluka didapat dengan tanpa perlu timbulkan kekeruhan di kolam kebersamaan. 
Neti neti neti (terma gnosis) arti harfiahnya = bukan seperti itu  ... Sering digunakan oleh mistisi kejawen sebagai jane ora ono opo opo sing ono kuwi dudu (sebenarnya tidak ada apa apa , yang ada itu bukan ) . Jadi inget senggakan lagu romo ono maling /guyon, lho/: Ngono yo ngono,Ngona ngono ning ojo ngono… seperti itu ya seperti itu tetapi ya jangan seperti itu ... kalau ini nyemoni /menyindir/ : semono yo semono ning yo ojo semono ... sekian ya sekian tetapi ya jangan sekian. Sudah, ah ... mbanyolnya. Serius. Terjemahan yang tepat seharusnya : ngono yo ngono ning ora ngono (dikatakan demikian bolehlah sebagaimana demikian namun dalam hal ini tidak hanya bahkan bukanlah demikian itu.....). Ini terma dalam harusnya tidak difahami dangkal.  Sama dengan konsep anatta ... setelah melampaui eksistensial meng'aku' kita seharusnya universal meng'esa' dan kemudian meniada (walau 'ada').  Transendensi adalah aktualisasi, transformasi & realisasi sejati bukan anihilisasi atas triade diri, alam & inti.
kutipan lalu : well ... jadi mudah kopas sekarang (ada di blog akun yang sama ... kumpul di tema JFS ... sementara jangan usil diblok dulu, ya .  
Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan  sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).
Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak &  tersekap dalam keterpedayaan  yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah).
Ini sering terjadi pada kita kala belajar (pengetahuan, penempuhan. penembusan) baru. Aduh ... ngomong apa supaya jelasnya. Dikasih contoh saja. Einstein Scientist genius ketika menghadapi fenomena ketidak-pastian dalam teori fisika quantum agak kesal dan menyatakan walau dia memahami fenomena kerelativitasan namun tidak mau menerimanya dan menyatakan: "Tuhan tidak mungkin bermain dadu". Einstein benar dalam batas pandangan yang difahami tersebut namun demikian permasalahan yang dibahas tidak selalu berada dalam batas pandangan kita semula. Ada sekian banyak kemungkinan yang tidak selalu pasti terjadi sama persis sesuai dengan apersepsi pengetahuan kita semula dikarenakan memang faktor peniscayanya lebih luas & kompleks daripada batas pengetahuan yang sudah kita miliki. Tuhan (atau mungkin tepatnya : kosmik semesta) ini memang tidak berjalan ngawur ... ada kaidah tatanan di dalamnya ... yang sayangnya belum mampu kita fahami. Bahkan formula  E = mc2  yang menakjubkan tersebut bisa jadi hanya terpenuhi dalam layer dimensi fisik berfrekuensi energi di bumi/ galaksi/ semesta ini saja ... sementara di layer dimensi fisik lain (apalagi di layer kosmik yang lebih halus , semisal : eteris, astral, kausal, monade, dst) mungkin bisa dan malah pastilah berbeda variabel pangkat c (kecepatan cahaya) >2,dst ... Well, para scholar Buddhism mungkin bisa memahami & menjelaskan lebih baik lagi dikarenakan wawasan serupa juga bukan hanya mereka fahami bahkan yakini ('dadu' life span 31 lokadhatu alam kehidupan yang semakin ke atas/ dalam pasti tidak  bahkan  memang harus beda ..  frekuensi, kalkulasi & formulasinya)
kutipan posting lainnya, ya ? referensi sama ... asal copas saja... Kutipan :https://kalamadharma.blogspot.com/2020/06/mbuh.html
(Maybe?) you may say I am a dreamer, but I am not the only one.... (Mungkin)  anda boleh mengatakan saya adalah pemimpi namun saya bukanlah satu-satunya orang tersebut ... ingat penggalan lyrik lagu Imagine John Lennon Beatles tahun 70-an ini (masih SD, bro?) ?. Kalau saya tidak lupa mengingat referensi lama mungkin Sri Aurobindo seorang mistisi/pemerhati spiritualitas modern India (?) pernah mengungkapkan pernyataan yang berbeda dari kebanyakan pandangan umum yang biasanya kelam/ negatif tentang keberadaan akhir zaman nanti. Ada fitnah besar dan perang hebat antara dualitas yang benar dan salah (yang benar pastinya menjadi pemenang atau yang menang akhirnya dianggap benar ... history atau his story ? ... entahlah ... peristiwa memang terjadi namun sejarah /bisa?/ dicipta) ada juga ini ... fase kappa turun dikarenakan sudah merosotnya etika manusia maka pada masa itu kezaliman menjadi kelaziman bahkan atas nama kebenaran, kebijakan dan kebajikan sekalipun kepalsuan, kebejatan dan kekejaman halal, legal bahkan normal dilakukan hingga jatah usia manusia menjadi susut hingga 10 (sepuluh) tahun ? Walau tidak menafikan mungkin akan terjadi demikian sebagaimana harusnya diterima dan diyakini (demi tetap perlu eksis dan lestarinya siklus permainan samsarik ?), namun demi sinkronisasi pengharapan yang positif  ... alih-alih meng-'amin'-i nubuat negatif tersebut, Sri Aurobindo (tolong direcheck namanya ... kalau tidak salah saya baca buku Anand Khrisna antara tahun 1990-an sebelum rehat 'nge-lumrah' menikah th 2000 menjalani kehidupan awam orang kebanyakan) malah menyatakan (positif/ optimis) bahwa ada kemungkinan juga pada saat itu justru terjadi sebaliknya ... Terjadi Pencerahan Total (?). Dalam kebersamaan pemberdayaan kedamaian semesta tersebut tidak ada gunanya fitnah apalagi harus ada perang besar yang bukan hanya secara parah menghancurkan peradaban namun juga melenyapkan keberadaban manusia itu sendiri .... sehingga cukuplah jatah 10 tahun akselerasi taktis masa pencerahan sudah bisa dicapai (?). Manusia saat itu sudah begitu sadar, cakap dan layak untuk saling memberdaya diri sebagai/selayak Ariya puggala baik di level swadika, talenta maupun visekha (istilah pali mungkin Kammavipaka/ kammassakata ?). Tanpa pandangan/niatan/tindakan yang salah dan buruk hindari dari apaya, dengan kebaikan sikap/sifat/amal yang wajar dan murni layakkan surga, dengan perkembangan ke-tihetuka-an mantapkan samadhi layakkan jhana Rupa Brahma 4 sampai moksha anenja ? , dalam kekokohan samadhi tingkatkan panna bagi pencerahan hingga kebebasan ?
Ditengah situasi kondisi New Normal yang masih kacau dan tidak bisa diatasi dengan sakau apalagi galau ....sekedar pengalihan stress (galau?) walaupun semu ... bayangkanlah begitu positifnya impian 'gila' ini... pada saat itu dikarenakan bukan hanya keberadaban manusia namun juga peradaban manusia berkembang dengan sangat baiknya (senantiasa ada korelasi kosmik antara perkembangan etika dan peningkatan logika dalam kehidupan ini) ... well, saat itu keberadaban introspektif intrapersonal & interaksi antar personal kondusif berkembang baik sehingga dengan level kesadaran yang tinggi tingkat kecakapan manusia juga meningkat disamping perkembangan level metafisik spiritual juga trick sains teknologi membentuk peradaban juga semakin maju sehingga level kesehatan holistik dan empirik juga terjaga walau ada atau tidak ada pandemi semacam ini.  (dengan tatanan sosial yang lebih madani tidak totalitarian seperti New Order novel 1983 1984 George Orwell ... Big Brother ? mari kita tambahkan agar lebih indah dan megah lagi sesuai dengan keinginan kita atau anda ?). Saat itu bukan hanya interaksi kosmik antar galaksi yang jauh terjalin baik bagi manusia bumi (seperti film Star Trex, bro .. bisa bisnis liburan ) namun juga bahkan interaksi metafisik antar wilayah rohaniah samsarik para yogi (seperti Mystics & Buddhist, guys ... bisa amati/singgah ke alam Eteris /apaya - petta - asura - yakha Bhumadeva/, wilayah Astral /surga catumaharajika - tavatimsa - yama ?~ Alakh Niranjan?/ , Dimensi Mental /Tusita- Nimmanarati, Paranimmitavasavatti ? ~ Wisnu, Brahma, Shiva ? : Kal ?/, Monade Kosmik (Para Brahma etc:...yogi penjelajah harus lebih tinggi/murni levelnya ke anenja moksha, bro.) bahkan hingga anatta Nirvanik ? Lebih heboh lagi jika ada Liga Galaksi Semesta di alam fisik & Sangha Antar Dimensi (semacam PBB) untuk harmoni bersama saling memberdaya holistik diri plus duta diplomatiknya. By such mastery, no much mistery ? Wah....sudah terlalu melantur khayalannya,ya ?. Hehehe...Kembali membumi lagi sebelum gila beneran.
Well ... walau agak semi guyonan kami utarakan tentang impian akhir zaman posting kami waktu pandemi lalu (bukan hanya menghibur diri & lainnya , lho) sesungguhnya memang kami sengaja mengarah kepada perkembangan yang mungkin saja bisa terjadi pada masa depan (tentu saja variabel peniscayanya harus dipenuhi dulu ... keberadaban spiritualitas/kesadaran kita/ berkembang /berpandangan benar, berpribadi murni & berprilaku mulia/ sehingga dalam keselarasan universalitas tersebut kecakapan kita juga meningkat /media kecerdasan eksistensial, akses kecerdasan universal, insight kecerdasan transendental/ bahkan juga keterjagaan transendental .Itu hanya hipothesis inferensial keterniscayaan kami, lho ,,, hanya fantasi intelektual bukan ramalan apalagi nubuat (jujur saja kami 'kosongan' tanpa perewangan apalagi pewahyuan, wangsit inspiratif dan sejenisnya )
..Well,  walau saat itu dalam evolusi tersebut sinergi kosmik untuk tidak jumawa & semena para suciwan yang tanggap sistem kosmik 
..........MASIH BIKIN ALUR UNTUK ARUS IDEA
Kemungkinan pencerahan total? 
sinergi valensi memungkinkan disamping evolusi pribadi sudah terealisasikan & harmoni dimensi terniscayakan dalam perkembangan wilayah eksistensial kita. 
kemajuan science ? relativitas impossibility ? No. nanti akan ada paradigma sinkronisasi singularitas .... yang memungkinkan bukan hanya pengetahuan namun juga  penjelajahan kosmologis (bahkan tidak hanya dalam layer dimensi energi fisik yang sama tetapi juga dalam frekuensi dimensi yang beda ) 
kemajuan hitech ? biotehc ... nggak cuma AI robotic, lho (nanti itu sudah dianggap jadul, ..cyborg mandiri saja bukan hal aneh nantinya) Well, dulu saja pernah dimitologiskan/ diesoteriskan (contoh : golem lazarus - Kabbala? - juga : absorbsi nutrisi energi - tahapan Taoism ? gampangnya : kiriya yogi Giribala - buku autobiografi yogi paramahansa yogananda;pro kreasi pelestarian manusia via bayi tabung kurava atau sistem pujan pandava; dst. 
kemajuan metafisik ? sabdo dadi, kun fa ya kun, abrakadabra LOA /so what?/ bisa juga ... tetapi harus juga jaga etika kosmik universal (tidak asal umbar apalagi hanya karena terprovokasi & dimanipulasi kepicikan/kelicikan naluri lintah ego umat pemujanya atau bahkan memang nafs ego yang dipujanya sendiri ... istilah kami sinergi untuk tidak mentang-mentang bisa kuasa/wasesa langsung bisa seenaknya saja melanggar etika kosmik ... bisa menjatuhkan evolusi pribadi dan yang lebih parah/payah lagi mengacaukan harmoni dimensi..Awas : bahkan kutukan kemarahan ibu kurava yang setia dalam sila saja bisa memusnahkan juga keturunan yadava Khrisna avatar ilahiah wisnu ... (kutukan ini juga salah, lho ... bukan pembenaran hanya demi kewaspadaan/ keterjagaan kita walau memang ber'aku' untuk tetap harus meng'esa' ... susah 'meniada' karena kenyataan alamiah memang sebagai 'diri' ?). Sekali lagi kami utarakan  pada intinya memang  musuh terbesar setiap diri (termasuk kita semua ) adalah egonya sendiri.  
pergeseran lokadhatu lebih asymptot ? mungkin akan lebih spiral membaik (sehingga paradigma suddhavasa bahkan bisa dilakukan di mayapada ... agak mempermudah pacceka juga sammasambuddha berikutnya dalam samana dhamma : pabajita, pindapata , selibat... bukan hanya delusi sensasi/ fantasi figure namun juga gender kosmik sudah dilampaui, absorbsi nutrisi energi sudah automatically cakap . Prokreasi dimensi ? karena wilayah sudah bergeser.. ekstase emanatif spontan dari dimensi bawah cukuplah sudah ... bagi yang masih belum/ sudah tidak/ bukan lagi  anagami arahata ? peradaban hitech / metafisik di atas bisa digunakan asal secara sinergi tidak melanggar etika kosmik atau perlu turun tingkat lagi ke lokadhatu yang lebih rendah ? brahmanda stabil akan delusi fantasi, sensasi, persepsi <  kamavacara (atas - platonic < tengah - romantik < bawah - erotic ) < dunia manusia < apaya (hewan moha - petta lobha - niraya dosa ) < lokantarika ( menunggu kejatuhan para abhasara mengilahkan diri, markandeya ?  .. babakan baru memulai dagelan nama rupa samsarik versi figur baru ?)
nah ... clue jawaban mengapa 3 sudah mulai jelas kan ... nanti kita perjelas lagi dengan bahasan desain kosmik tentang mandala advaita & kaidah sistem niyama dhamma (juga hukum karma citta, lho) ... tanpa perlu kami nyatakan secara eksplisit (karena ewuh, lho) semoga anda faham mengapa ini bisa terjadi, apa yang sebenarnya berlangsung dan sadar bagaimana melalui dan melampauinya .. juga dampak & effek pensikapan kita dan antisipasi tindakan / realisasi lanjutan. Hanya itu tugas saya (?) ngandake ora ngandani ( hanya memberi tahukan  berbagi info tanpa sok mulia menasehati apalagi sok kuasa memaksakan .... hehehe, wong saya sendiri tidak selalu bisa mampu/ mau menjalani sepenuhnya ? Rekan SBAR kami akan mengkritisi keras, lho /masih tinggi ego ,bikin murka tuhan, cela dunia, dosa akherat, noda samsarik, etc/ ... Well, namun memang itu kenyataan kita (eh ... saya saja tanpa melibatkan lainnya) sesungguhnya. Namun minimal kita faham sehingga bisa lebih menerima dan pastilah bertanggung jawab jika dampak karmik dari effek kosmik yang kita lakukan yang seharusnya terjadi memang terjadi tanpa menyalahkan siapapun juga kecuali diri sendiri (jika negatif) dan jika positif ? tetap tawadhu tidak ghurur terpedaya dan senantiasa memberdaya diri (jika anda SBAR ? jangan sok namun bersyukur pada Tuhan , jika anda SBNR ? ya respek pada kosmik dengan grand desain yang tertata dalam kaidah akurat Nya ini ) . Ini tidak menyalahi bahkan sudah sesuai dengan komitmen  posting semula 

Sadhguru Yasudev Quotes : 
Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them.
Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menempuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah mereka

SLOGAN PANENTHEISTIK
DARI : FILE DASAR PLUS 

See :slogan pacceka 
Amor Dei, Amor Fati  
(Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.)  
Dhammo have rakkhati dhammacarim 
(Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya ) 
Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha 
(lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)  
Appamadena Sampadetha 
(berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya)  

BE RESPONSIBLE  bertanggung jawablah 
BE HUMBLE (dalam) kerendah-hatian 
BE TRUE  (untuk menjadi) sejati

Sikap Batin Dasar : Be Realistics to Realize the Real 
Menjadi spiritual (kemurnian autentik) tidak sekedar mengemas kesalehan estetik religius
Untuk waspada (kaidah keutamaan > konsep kebenaran > trick kelihaian ) 
Demi konsistensi & kontinuitas 'ovada paccceka? maka Kaidah etika  keutamaan tidak sebatas klaim konsep kebenaran apalagi sekedar trick kelihaian pembenaran 'sacred monistics' perlu ditekankan & ditegaskan. Ini dimaksudkan sama sekali bukan untuk menyinggung/ menyangkal kepercayaan normatif religius kita selama ini namun justru demi mendukung bahkan meningkatkan keberdayaan autentik spiritual kita selanjutnya. In short , agar senantiasa terjaga dalam kebenaran evolutif , menjaga kebersamaan semuanya & berjaga dari segala kemungkinan ...... bukannya terjatuh dalam semunya keterpedayaan, naifnya ketersesatan apalagi liarnya pengrusakan bukan hanya diri sendiri namun bahkan juga lainnya. 
Sacred Monistics ? self term untuk pembenaran anggapan hanya dengan imaginasi / identifikasi bahwa karena telah berpandangan, beranggapan, berkelakuan bahkan pernah mencapai 'pencerahan' / "penyatuan' seseorang merasa sudah berhak merasa suci dan boleh melakukan apapun juga (termasuk kebejatan, kekejaman dsb) terhadap dirinya sendiri maupun orang lain, lingkungan sekitar, dsb. 
perlu akal sehat, hati nurani & jiwa suci dalam spiritualitas demi kebenaran, kebajikan & kebijakan bukan hanya demi evolusi pribadi kebaikan/perbaikan diri sendiri saja tetapi juga  harmoni dimensi kebersamaan & kesemestaan dengan lainnya disamping ... tentu saja ... agape alithea dalam keselarasan Saddhamma di mandala advaita ini.

Be True :  x  imaginative
vs kesemuan : kesombongan berpandangan / beranggapan ( identifikatif ?)
mencela itu tercela./mencela itu tercela bukan hanya untuk yang tidak selayaknya dicela bahkan juga jikapun dianggap layak untuk itu awas kesombongan, jaga keseimbangan demi kebijaksanaan akan Kesunyataan holistik /. Adalah keyakinan semu (atta dipatheyya/loka dipatheyya?) yang menyatakan/menghalalkan bahwa kita akan dianggap / dipandang mulia ego kita jika bisa berbangga diri apalagi jika menista lainnya ? 
Sesungguhnya tidak perlu mengkambing-hitamkan setan, mara  & derivatnya (dajjal, lucifer, kafir, etc), karena sejujurnya kenaifan & keliaran ego kita sudah cukup parah & payah untuk merusak diri sendiri dan alam semesta ini tanpa perlu godaan atau cobaan siapapun juga. Well, jika mereka yang "tercela" tersebut memiliki integritas etika yang lebih baik & maju mereka pastilah akan berprihatin dengan kenaifan berpandangan ini ... sebaliknya jika moralitas norma mereka tidak cukup baik mereka tentulah akan tertawa karena kejatuhan bersama akan keliaran prilaku ini..
Kutipan :
Well, dunia kehidupan ini sesungguhnya mampu mencukupi  semuanya  dengan kelimpahan, kedamaian & kebahagiaan namun tidak akan mampu untuk memenuhi keserakahan, kesombongan dan kesewenangan seorang manusia sekalipun. 
Orang lain (lebih luas makhluk lain) adalah (sebagaimana) diri kita sendiri yang kebetulan saja saat ini menjalankan peran yang berbeda.
Dsb Dst Dll  

Kutipan : Keraguan Ehipasiko? 
Well, just ... Sapere aude (Horace/Kant?) Be wise .. dare to know ... Bijaksanalah untuk berani (menjelajah meng-eksplorasi) untuk mengetahui / menerima (kebenaran pastinya). Tentu saja ini dilakukan tidak dengan asal-asalan apalagi hanya akal-akalan demi tujuan identifikatif (membanggakan keakuan) saja apalagi manipulatif (membenarkan kemauan) belaka... well, sebagaimana konsistensi kaidah kosmik di awal mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus  kebenaran.  Perlu integritas kesungguhan autentik individual yang personal immanen untuk memahami totalitas keseluruhan holistik universal yang Impersonal Transenden ... sebagai zenka laten deitas putera keabadian untuk menyadari kembali Sentra sejati KeIlahian dengan sigma mandala Kaidah alamiah Saddhamma yang sesungguhnya berlaku nyata walau tanpa perlu pengakuan namun mutlak perlu penempuhan yang selaras denganNya.  Ketuklah maka pintu akan dibukakan - demikian kutipan kata Alkitab Kristiani yang pernah kami baca. Itu adalah pintu kebenaran yang sama bagi semua ... pintu tanazul yang menjatuhkan kebodohan/ kepalsuan kita dalam kesemuan, kenaifan dan keliaran permainan samsarik dan sekaligus gerbang taraqi yang mengarahkan kesadaran/ kemurnian kita kembali ke rumah sejati (minimal senantiasa mengingatkan kita akan hakekat segalanya yang murni dalam kesejatianNya dan karenanya dengan kemurnian yang relatif identik sebagai makhluk spiritual apapun label keberadaan & level keberdayaan pada saat lampau, kini & mendatang kita menyelaraskan cara pandang, laku penempuhan dan pelayakan keberdayaannya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada.).  Jika zarah /wadah ? memang telah masak & layak segalanya tentunya akan terjadi sebagaimana yang seharusnya terjadi dalam kesedemikianan yang multi dimensional ini ... bukan hanya pada keberadaan eksistensial namun juga kesemestaan universal bahkan hingga  kesunyataan transendental.

Be Humble :  x identificative
vs kenaifan : terjaga untuk terus memberdaya & tidak mudah terpedaya (magga phala & ritual ibadah ?)
Untuk menjadi ahli & suci memang mutlak diperlukan kearifan & kebaikan .... namun tidak jaminan setelah level keahlian & kesucian tercapai bisa dipastikan kearifan & kebaikan akan mengikuti. 
Selama berada dalam kondisi meditative okelah (karena toh dengan tidak melakukan kebodohan/kesalahan/keburukan kepada lainnya sudah termasuk kebaikan) namun apakah bisa dipastikan setelah itu kebijaksanaan & ketawaddhuan terus berlanjut dan tidak justru berubah dengan takabur kesombongan & pembenaran standar ganda kepentingan karena sudah merasa berlabelkan suci tsb (ingat : Ovada patimokha di bulan magha atau khosyiun - daaimun .... kelestarian meditative pada 3 saat sebelum, ketika & setelah meditasi/realisasi/)
kutipan : 
Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan  sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).
Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak &  tersekap dalam keterpedayaan  yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah). 

Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh  namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ...  terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental

Be Responsible :  
vs keliaran manipulatif : senantiasa terjaga, menjaga & berjaga dari segala kemungkinan( tidak hanya mengandalkan/mengharapkan/membebankan ... maaf 'hanya' ... rahmat pengampunan/penebusan dosa & kemungkinan ahosi karma/ penghalalan 'kiriya' sacred monistik )
Walau memang ada kemungkinan pertolongan eksternal maupun keberuntungan Mahakammavibhanga internal dsb namun demikian demi kebenaran, kebajikan & kebijakan , janganlah melakukan kebodohan internal & pembodohan eksternal apapun juga kepada siapapun saja .... Bahkan kalaupun itu memang kebenaran tersebut ternyata memang demikian kenyataannya namun sikap keutamaan adalah tetap lebih perwira, terjaga dan berdaya dalam segala hal ... bolehlah bertaruh akan 'keajaiban' namun bersiagalah menerima jika yang tak diperkirakan justru yang terjadi. (Be Wise, guys). Latihan aktualisasi murni untuk mampu melampaui faktisitas samsarik tidak sekedar defisiensi perolehan apalagi manipulasi transaksional belaka ?.

Jadi slogan panentheistik seeker kami (being true, humble & responsible) bukan sekedar term untuk keren-kerenan saja. Karena baik dengan sadar ataupun tidak sadar toh kita semua akan menghadapinya juga ... dengan vivekha atau terpaksa. So, percuma saja kita berusaha menyangkal & tidak menerimanya apalagi menjauhi & menghalanginya. Kaidah kosmik Transenden ini memang tidak butuh pengakuan, pembelaan atau pemujaan dari yang immanen... namun dia akan menggilas siapapun yang menentangnya dan menerima siapapun yang mengarah kepadaNya. Dan dia tidak bisa dieksploitasi, diidentifikasi ataupun dialienasikan karena Wujud, Kuasa & KasihNya melingkupi segalanya .... tanpa pandang bulu. Jadi kita? ya sama saja ... dia tidak butuh sekedar kepercayaan (penganggapan/ pengharapan) referensi pengetahuan belaka namun terutama keberdayaan (keselarasan/ kesesuaian) akumulatif aktualisasi penempuhan sejati dari semua. Hanya memegang (mengagungkan?) peta buta perjalanan tidak berarti serta merta kita langsung sudah tiba di tujuan sana, kan ?  Itulah mengapa kami menyatakan Well, menerima kenyataan, mengasihi  kebenaran & menjalani keutamaan adalah keniscayaan untuk diniscayakan demi keterniscayaan (suchness philosopy) karena itulah yang sudah, sedang dan akan selalu terjadi dalam kesedemikianan keseluruhan ini. 
tanpa pandang bulu.? jadi inget ... insert video : Bhante Pannavaro tentang keyakinan dulu ... di posting mana, ya ? Ah kelamaan ini saja. (lupa time stamp nya)
ADUH . LIBURAN AKAN HABIS MASIH BELUM SELESAI JUGA, NIH ... DICUKUPKAN SEKIAN DULU APA DILANJUTKAN  .... MBUHLAH.
lanjutkan ah ... mumpung masih ada luang waktu  Wah, mati wifi  lagi, nih ... rehat , ah. sudah dulu. Menuntaskan & memantaskan yang lain juga.
BAHASAN LANJUTAN 
SEE = JUSTSHARE Saling Berbagi Selasa, 11 Juli 2023  LANJUTKAN ,SEEKERS
LINK SEMENTARA GOOGLE DRIVE = REKAP PASKA 16072023
PLUS F3 = FAHRUDIN FAIZ FILES (NGAJI FILSAFAT 10 TAHUN)
PLUS ? Sementara belum di Archive Org (masih sungkan belum bisa donasi, ya ? masih bokek/ sudah habisan, nih). Kita selesaikan dulu. Sementara pakai Free Google Drive Storage 7 Akun kami dulu ... walau tidak sepraktis trick archive org kami namun tetap bisa download file terbaru sharing kami, koq ... malah bisa memilih yang diperlukan saja. Lanjutannya mulai dari apa lagi, nih ... Tersela fokus lain jadi disorientasi. 
Well ... pertama ini dulu.
sumber wikipedia

Syukurlah/ Alhamdulillaah .. Di saat stuck, tandon menyalurkan air bagi pralon untuk segera mengalirkannya. Sebelum diarsipkan kita selesaikan dulu (mulai nanti susah juga . Bersama yang lain kita tampaknya memang perlu / patut untuk kembali (dengan/ tanpa ?) hanyut tenggelam dalam pemantasan/ penuntasan peran figur eksistensial lagi, nih)  Untuk gambaran awal sudah kami utarakan pada posting sebelumnya. COPAS SAJA, YA ? Ngejar Deadline 

Parama Dharma vs Maha Avidya 
Realitas Ilahiah & Mandala Advaita
Eternal Forever + Formula Swadika  



Be Realistics to Realize the Real  
Bersikap realistis untuk merealisasi yang real 
NDAGELE SAKMADYO WAE
jalani drama kehidupan ini sewajarnya saja  
Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaan.

KUTIPAN = GALAU CORONA 

CORONA 1 

MUSICS

 QUOTES




 Klik Songs video : The Sound of Silence

 Klik pdf Quotes : Sadhguru Yasudev


Terjemahan Lirik Lagu The Sound Of Silence - Simon And Garfunkel

Hello darkness, my old friend
Halo Gelap, teman lama
I've come to talk with you again
Aku datang untuk bicara padamu lagi
Because a vision softly creeping
Karena sebuah penglihatan sayup-sayup merayap
Left its seeds while I was sleeping
Tinggalkan biji-bijinya saat aku tertidur
And the vision that was planted in my brain
Dan penglihatan yang tertanam di otakku itu
Still remains
Masih tetap ada
Di dalam suara keheningan

In restless dreams I walked alone
Di dalam mimpi-mimpi gelisah, aku berjalan sendirian
Narrow streets of cobblestone
Jalan-jalan sempit berlapis batako
‘Neath the halo of a streetlamp
Di bawah lingkaran cahaya lampu jalan
I turned my collar to the cold and damp
Kubalik kerahku tuk berlindung dari dingin dan lembab
When my eyes were stabbed by the flash of a neon light
Saat mataku tertusuk kilatan cahaya neon
That split the night
Yang membagi malam
And touched the sound of silence
Dan menyentuh suara keheningan

And in the naked light I saw
Dan di cahaya telanjang, kulihat
Ten thousand people, maybe more
Sepuluh ribu orang, mungkin lebih
People talking without speaking
Orang-orang berbincang tanpa bicara
People hearing without listening
Orang-orang mendengar tanpa mendengarkan
People writing songs that voices never share
Orang-orang menulis lagu yang tak pernah terbagi oleh suara
No one dare
Tak ada yang berani
Disturb the sound of silence
Mengganggu suara keheningan

“Fools” said I, “You do not know
"Orang-orang bodoh" kataku, "Kalian tak tahu
Silence like a cancer grows
Keheningan, seperti halnya kanker, tumbuh
Hear my words that I might teach you
Dengar kata-kataku hingga aku bisa mengajarimu
Take my arms that I might reach you”
Raih tanganku hingga aku bisa meraihmu"
But my words like silent raindrops fell
Tapi kata-kataku seperti tetes hujan jatuh tanpa suara
And echoed in the wells of silence
Dan bergema di sumur-sumur keheningan

And the people bowed and prayed
Dan orang-orang membungkuk dan berdoa
To the neon god they made
Pada Tuhan neon yang mereka ciptakan
And the sign flashed out its warning
Dan tanda kilatkan peringatan
In the words that it was forming
Dalam kata-kata yang dibentuknya
And the sign said “The words of the prophets
Dan tanda itu berkata "Kata-kata para nabi
Are written on the subway walls
Tertulis di dinding-dinding terowongan bawah tanah
And tenement halls
Dan aula-aula tempat tinggal
And whispered in the sounds of silence”
Dan berbisik dalam suara keheningan"
https://terjemah-lirik-lagu-barat.blogspot.com/2016/09/the-sound-of-silence-simon-garfunkel.html

Well, mungkin inilah saatnya bagi kami untuk berbagi bukan lagi sebagai "persona" sebagaimana figur yang seharusnya diperankan (sebagai seorang manusia yang lahir dan hadir di dunia ini dengan segala atribut eksistensial yang ada) namun sebagai sesama zenka "seeker" yang terbang menjelajahi cakrawala pengetahuan keabadian dalam kehidupan ini dengan dua sayap paradoks keterbukaan dan keterjagaan atas dualisme kenyataan menjaga keberimbangan, menjalani keswadikaan dan menggapai kebijaksanaan sebagaimana harusnya ….Sayang sekali walau mungkin cukup sarat akan wawasan pengetahuan namun sangat minim dalam penempuhan sehingga tiada layak dalam tataran penembusan yang seharusnya bisa dicapai. Ini tidak hanya membuat kami risih namun juga riskan. Apalagi bahasan spiritulitas ini tentuna akan menyerempet (melanggar ?) masalah yang bukan hanya sangat krusial namun juga sangat sensitive bukan hanya bagi para Neyya Buddhist namun juga umat agama lain termasuk (terutama?) saudara muslim kami. Disamping kami harus menjaga logika, bahasa dan etika dalam penyampaiannya tampak sangat perlu moderasi keterbukaan pengertian untuk tidak salah faham akan orientasi niatan kami dan juga sikap kritis keterjagaan penalaran anda semua jika memang ada kesalahan pandangan yang kami ajukan. Ini hanyalah kontribusi pandangan untuk memperluas pandangan kita dengan tanpa maksud sama sekali untuk meng-konversi diri sendiri ataupun orang lainnya ke suatu ajaran tertentu namun sekedar masukan wawasan untuk kembali mentriangulasikan paradigma cara pandang kita bukan hanya dalam kehidupan duniawi ini dengan segala problematika figure eksistensial kita yang multi peran namun juga demi keberlanjutan kita mensiagakan diri dengan segala keberdayaan yang diperlukan untuk menghadapi segala dilematika kemungkinan yang ada (bahkan jika itupun ternyata berbeda sama sekali dengan yang telah kita yakini dan persiapkan selama ini). Pada intinya nanti walau dalam leveling pemilahan memang perlu adanya kebaikan untuk melayakkan taraqqi yang lebih baik namun dalam labeling tidak ada yang perlu merasa direndahkan/ ditinggikan karena memang demikianlah desain keberadaan kasunyatan ini memang harusnya/nyatanya tergelar. Segalanya terlingkup sebagai aneka dvaita pelangi kenyataan dari cahaya advaita mentari kebenaran dalam living kosmos kesemestaan homeostatis tunggal yang sama … amala, avimala (prajna paramita hrdaya sutra). 

Sadhguru Yasudev Quotes : 
Whatever you have – your skills, your love, your joy, your ingenuity, your ability to do things – please show it now. Do not try to save it for another lifetime.
Apa pun yang Anda miliki - keterampilan Anda, cinta Anda, kegembiraan Anda, kecerdikan Anda, kemampuan Anda untuk melakukan sesuatu - tolong tunjukkan sekarang. Jangan mencoba menyimpannya untuk kehidupan mendatang.

OKAY ...

Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan)  dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi  bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau  mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi  pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara:  Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi  keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.

Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi  bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau  mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi  pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara:  Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi  keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.

Cobalah untuk tidak merendahkan sesuatu demi meninggikan lainnya (ide atau bahkan ego diri) Untuk beranjak dari eksistensial menjadi transcendental kita harus bersikap universal. (Universalisasi diri sesungguhnya kunci gerbang pertama dan utama spiritualitas transenden) 
Fahamilah trick rasionalisasi pembenaran / irrasionalitas perendahan yang walau terkadang diakui sebagai kecakapan yang mengagumkan dan menguntungkan bagi sebagian besar kita dalam komunitas kebersamaan namun sesungguhnya dalam pandangan Saddhamma – Dhamma Sejati itu adalah upaya pembodohan yang sangat parah bahkan kebodohan yang amat payah … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). Dalam posting Sita Hasitupada  … apakah anda mengira Buddha Gautama tersenyum karena dia bangga akan telah tercapainya kebebasan pencerahannya dan memandang rendah mereka yang masih belum terjaga bahkan lelap bermimpi dalam keterbatasan panna kebijaksanaannya? Kami memandangnya tidak demikian… Dia tidak mungkin transendental mencapai nibbana jika masih ada naifnya keakuan untuk berbangga menyombongkan diri atas lainnya apalagi karena merasa bahagia atas derita makhluk lain yang belum terjaga (malah level eksistensial tidak universal?). Itu adalah senyum murni kearifan sakshin (istilah mistik “penyaksi”?) atas kesedemikianan Realitas Dhamma atas  fenomena dhamma yang internal/eksternal – individual/universal – eksistensial/transcendental. Dalam Prajna Paramita Hrdaya Sutra (Mahayana ?) Buddha Avalokitesvara memandang segalanya walau memang beda namun setara tanpa perlu memperbandingkan dualitas pembeda (amala – avimala … suci – tidak suci). Desain advaita memang sedemikian adanya tanpa perlu mana kesombongan identifikasi semu pengakuan diri apalagi autorisasi untuk memanipulasi lainnya sehingga .universalisasi kasih eksistensialitas ‘diri’ para Ariya itu kiriya non karmik .. murni apa adanya sebagai aktualisasi kewajaran (karena memang keterjagaannya) tidak lagi sekedar pelayakan kesadaran (karena perlu keterarahannya) apalagi deficiency pencitraan (karena demi kepamrihannya).

Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan  sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).
Namun demikian karena ketidak-mengertian seseorang cenderung menganggap sedangkal apapun sesungguhnya level pencapaian dirinya (baik itu karena realisasi, referensi bahkan sekedar identifikasi ataupun imaginasi sekalipun) melabelkan dirinya sendiri sebagai yang tertinggi mengungguli lainnya untuk diakui segala keberadaannya & dituruti setiap keinginannya ..... sehingga tidak hanya stagnan untuk berkembang dalam keberdayaan namun bahkan jatuh terjebak &  tersekap dalam keterpedayaan  yang berkelanjutan (apalagi jika bukan hanya kebodohan internal namun juga pembodohan eksternal dilakukan .... payah & parah). 
So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi. Spiritualitas yang dewasa mutlak memerlukan kelayakan dengan pemastian kehandalan bukan sekedar pelagakan meyakinkan kecitraan belaka. Pencapaian keberdayaan untuk menghadapi segala kemungkinan tidak sekedar menggantungkan pengharapan kepercayaan yang bisa saja semu adanya... kemelekatan fanatis atas dogma justru akan bisa kontraproduktif sebagaimana pelekatan naif lainnya. 
Fokuskan saja realisasi pada pelayakan Ariya .... Nibbana atau Samsara terserah Niyama Dhamma. Di wilayah manapun dalam peran apapun pada situasi dan kondisi apapun juga seorang Ariya tetap akan mampu bermain apik tidak hanya secara cerdas tetap swadika dalam keterarahan namun juga tetap dengan cantik tanpa mengacaukan segalanya. (Ibaratnya CR7 atau Lionel Messi yang walau sesungguhnya bisa mengatasi bermain bola di klas liga dunia namun jika hanya tampil di turnamen kampung .... pasti akan lebih menguasai tentunya). Pencerahan adalah utama ... pembebasan 'hanyalah' bonusnya saja. Obsesi internal sebagaimana ambisi eksternal adalah tanha yang tersamar sebagaimana juga avijja lainnya (Ashin Tejaniya : jangan remehkan asava defilement karena ketika peremehan dilakukan anda sesungguhnya terlecehkan sendiri karena dijatuhkan dengan kesombongan anda ... awas spiritual materialism Chogyam Trungpa)
Ashin Tejaniya_Don’t Look Down On The Defilements They Will Laugh At You .pdf
Chogyam Trungpa_Cutting Through Spiritual Materialism.pdf
The Five Ego Traps To Avoid in Meditation print rev.pdf
Lima Perangkap Ego yang Harus Dihindari dalam Meditasi.pdf
Inilah sebabnya kami lebih suka istilah sederhana kedewasaan pencerahan ketimbang perayaan kebebasan (karena lebih : true, humble & responsible untuk tetap terjaga , menjaga & berjaga dari segala kemungkinan ... Kebenaran adalah Jalan Kita semua tetapi bukan Milik kita, Diri Kita dan Label Kita ... Anatta ? .. Well, hanya Sang Kebenaran (baca: Hyang Esa ... Tuhan Transenden dalam triade Wujud, Kuasa & KasihNya atas laten deitas keIlahianNya di segala mandala immanenNya yang nyata, mulia dan benar dalam kesempurnaanNya) yang benar. Sedangkan kita dalam keterbatasan & pembatasan yang ada memang sering bodoh, bisa saja salah, dan bahkan mungkin jatuh  namun tetap perlu segera bangkit kembali menempuh jalan benar itu dengan benar dalam niat, cara,& arah tujuannya ...  terjaga untuk evolusi eksistensial , menjaga bagi harmoni universal & berjaga demi sinergi transendental.
SEE = Link : data apa itu kebenaran  & Link : video there is no truth Bhante Punnaji.

KUTIPAN  : See :  apa itu kebenaran  Bhante Pannavarro.
Lim, kalau kamu bertanya dan mencari kebenaran, kebenaran itu persis seperti panasnya lampu minyak yang barusan kamu rasakan. Ada namun tidak terlihat, terasa namun tak dapat digenggam, mengelilingimu dengan cahayanya namun tak dapat kamu miliki, semua orang merasakan hal yang sama, melihat pancaran lampu tersebut, namun saat ingin dimiliki atau disentuh dia tak tersentuh, namun dapat dilihat dan dirasakan, itulah kebenaran. 
Kebenaran itu universal Lim, milik penciptanya dan segenap dunia ini, namun saat kebenaran ingin dimiliki oleh satu orang saja atau satu kelompok saja, dia akan langsung menghilang tak berbekas, karena kebenaran itu untuk disadari, dijalani bukan untuk dimiliki oleh makhluk yang Annica ( Tidak kekal) ini, makhluk yang Lobha ( Serakah) ini, makhluk yang penuh Irsia ( Iri hati) ini, makhluk yang penuh dengan Moha ( Kebodohan) ini dan bukan pula punya makhluk yang penuh dengan Dosa (Kebencian) ini. Disaat sebuah kebenaran sudah di klaim oleh orang lain atau hanya milik sebagian kelompok saja, maka kebenaran tersebut akan berubah menjadi pembenaran, menurut dirinya sendiri, menurut maunya sendiri, menurut nafsunya sendiri. 
Jadi Lim anakku, berjalanlah diatas kebenaran, lakukanlah yang benar benar, namun jangan sekali kali muncul keinginan untuk memiliki kebenaran yang universal tersebut, karena kebenaran itu universal tidak dapat dimiliki oleh siapapun kecuali Sang Pencipta kebenaran itu sendiri. 
semoga dapat dipahami dan semoga semua makhluk berbahagia lepas dari penderitaan selamanya, Sadhu sadhu sadhu..
Link : video there is no truth Bhante Punnaji. 
https://www.youtube.com/watch?v=NCS27-M1Cu0&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=43

Parama Dharma vs Maha Avidya 
Realitas Ilahiah & Mandala Advaita
Eternal Forever + Formula Swadika  

Parama Dharma vs Maha Avidya 

PARAMA DHARMA : Just Idea ...
Avijja ... kebodohan ini keburukan atau kebutuhan ?
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian samsarik yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. 
Well, The Greatest evil is Ignorance  Kejahatan terbesar adalah (karena?) Avidya ketidak-tahuan
Walau dalam pengetahuan ketidak-tahuan akan realitas (kaidah panentheistik?) ini istilah evil (kejahatan/ keburukan) yang digunakan mistisi Sadhguru Yasudev tersebut tidak terlalu salah sebagaimana juga terma avijja kebodohan yang digunakan Samma Sambuddha Gautama namun demikian dalam realisasi penempuhan holistik demi penembusan, pencapaian & pencerahan yang bukan hanya murni dan benar tetapi juga bijak dan tepat untuk mensikapi itu sebagai 'kewajaran' yang harus diterima untuk dihadapi dan difahami agar secara bijaksana dapat dilampaui dengan kesadaran (terhindar dari jebakan konseptual, jeratan identifikatif & sekapan dualisme inference paradoks spiritual MLD yang sangat mungkin terjadi. Well, untuk keniscayaan dalam kesedemikianan yang terjadi perlu keselarasan akan kelayakan dalam keberadaaan dan keberdayaan yang memadai. (transendensi kebijaksanaan pemberdayaan berkembang & berimbang melampaui pemakluman faktitas eksternal untuk diterima keterbatasan & pembatasannya ). bagaikan menumbuh-kembangkan bunga teratai di kolam lumpur yang keruh.
KEDEWASAAN PENCERAHAN 
The disaster in this planet is not an earthquake, not volcano, not a tsunami.
The true disaster is human ignorance. This is the only disaster. Ignorance is the only disaster.
Enlightenment is the only solution, there is really no other solution, please see -You need a subjective perception of life.
so spiritual process if it has become alive … this is not about renunciation. This is just about living sensibily.
Bencana di planet ini bukanlah gempa bumi, bukan (letusan) gunung berapi, bukan tsunami.
Bencana sebenarnya adalah ketidaktahuan manusia. Ini satu-satunya bencana. Ketidaktahuan adalah satu-satunya bencana. 
Pencerahan adalah satu-satunya solusi, benar-benar tidak ada solusi lain, silakan lihat -Anda membutuhkan persepsi subjektif tentang kehidupan.
Jadi proses spiritual jika telah menjadi hidup… ini bukan (hanya?) tentang pelepasan keduniawian. Ini (tepatnya?) hanya tentang hidup dengan bijaksana
BAHASAN =  TENTANG AVIJJA 
Walau avijja secara etika kosmik adalah penyimpangan keselarasan namun ini membuat keberagaman (seperti biasan pelangi dari cahaya mentari yang sama)
Mungkin sangat sensitif dan agak provokatif jika kami menyatakan ... ADA SESUATU YANG MUNGKIN BELUM DIKETAHUI KITA SEMUANYA TERMASUK JUGA YANG BELUM DISADARI PARA TUHAN, DIHAYATI PARA BRAHMA BAHKAN DIFAHAMI PARA BUDDHA SEKALIPUN ..... DALAM PERMAINAN DRAMA DALAM DARMA DARI KEAZALIAN HINGGA KEABADIAN YANG SUDAH, SEDANG DAN AKAN BERLANGSUNG SELAMA INI ....  Triade labirin paradoks diri - alam - inti dalam drama abadi dari fase azali hingga nanti ini (label eksistensial - layer universal - level transendental) dengan 'maha avijja' sebagai skenario samsariknya dan 'parama dhamma' sebagai desain holistiknya memang sangat complicated (jangankan untuk dilampaui dalam penembusan , untuk dijalani dalam penempuhan bahkan difahami dalam pengetahuan saja sulit & rumit ) 
Sial .. kenapa terasa/ terkesan sombong dan lancang ... padahal ini hanya asumsi filosofis yang berdasarkan inferensi belaka ( bisa jadi hanya imaginasi bahkan halusinasi bukan realisasi empiris sebagaimana harusnya ? ...   Tampaknya memang wadah batin ini memang kacau ... sesungguhnya bukan hanya kesungkanan (keresahan karena rendah hati atau mungkin tepatnya rendah diri ... minder akan kualifikasi ideal untuk membabarkan dhamma ) apalagi keriskanan (kecemasan tersudutkan sebagai public enemy bahkan cosmic enemy karena  membeberkan avijja) namun disamping ruwet & rumitnya permasalahan banyak kekesalan di dalam (pantas ... baru bicara jika marah rasionalisasi pembenaran karena dibodohi, dijahili & dizalimi ? ... Spiritualitas walau dalam perspektif holistik sesungguhnya memang sederhana namun dalam kerinduan beraktualisasi selaras denganNya tidaklah gampang ... Well, susah juga untuk mukhlish murni , begitu mudah untuk muflis bangkrut  nantinya)

Avijja ... kebodohan berpandangan - kepicikan berpribadi - kesalahan berprilaku ?
Demi kearifan teratai dalam pemberdayaan (menerima - mengasihi - melampaui)  anggap Avijja kewajaran & dampaknya kelayakan?

spirituality is simple but not easy 
spiritualitas sebenarnya sederhana namun tidak mudah (difahami & dijalani )
sederhana (merendahkah ego atau merendahkan ide ?) tidak  berarti dangkal, lho 

GAMBAR SHUNYA (~) - HEKSAGRAM - SKETSA (E)

  



dualitas Yin Yang Taoism ?
heksagram bintang daud .... symbol Zionis, nih ? No, ini nanti gambaran segitiga ke atas (Parama Dhamma) & segitiga ke bawah (Maha Avidya) 
swastika .... symbol Nazisme ? No, ini juga gambaran putar kanan & putar kiri  dari hal yang sama 
Dalam orientasi meniscayakan kelayakan evolusi 10 laten deitas diri berikutnya (satu nol atau sepuluh ?) dihadapan kaidah kosmik impersonal transenden advaita niyama dhamma (0 nol) agar senantiasa selaras terarah kepada Sentra segalaNya (1 satu) , sesungguhnya bukan hanya sungkan namun juga sangat riskan untuk menyela apalagi mencela desain permainan bukan hanya kehidupan namun juga skenario samsarik keabadian ini... Well, avijja kebodohan dan pembodohan dalam dagelan nama rupa ini memang adalah kewajaran yang perlu dilampaui dengan dharma kesadaran yang bukan hanya tepat namun juga sehat bagi semua dimanapun layerNya, sebagai figur apapun diriNya dan dalam situasi external/ kondisi internal apapun juga adaNya.. 
Mungkin malah terkesan sombong dan terdengar lancang apa yang kami utarakan sebelumnya walau tiada niatan sama sekali untuk melakukan itu actually; verbally bahkan mentally. Ada harmoni kebersamaan yang harus kita jaga dan sinergi kesemestaan yang mutlak perlu terjaga demi keselarasan dan keterarahan evolusi berikutnya. 

Realitas Ilahiah & Mandala Advaita

 Wei Dan : Limbah Hikmah : E 16 The Great Show ( Wi Dae Han Show ) – Drakor

00:02:32 --> --> 00:02:59
Life is about choices.
And those choices...
come with responsibilities.
This is the time...
for me to bear that responsibility.
00:02:32 --> --> 00:02:59
Hidup adalah tentang pilihan.
Dan pilihan itu...
datang dengan tanggung jawab.
Inilah saatnya...
untukku memikul tanggung jawab itu.

OKAY ...

QUE SERA SERA, PANTHA REI .... SUCHNESS PHILOSOPHY
apapun yang terjadi terjadilah , biarkanlah segalanya mengalir apa adanya sebagaimana harusnya ..... Paradigma Kesedemikianan.
Paradigma kesedemikianan untuk keselarasan dalam keniscayaan (Parama Dharma - Mandala Advaita - Formula Swadika)


Dari : Just Quotes ( https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share.html )
Tampaknya memang cukup mendesak untuk perlu langsung dituntaskan segera. Walau sejujurnya harus melompat dua langkah agar langsung deduktif hypothesis tanpa lagi melalui tahapan induktif terstruktur (?)  dari rancangan semula yang terus menerus 'mbulet' berputar-putar saja. Tanpa referensi yang memadai bahkan tiada realisasi sama sekali malu / ragu dan  agak riskan/ sungkan juga karena akan bersinggungan / berbenturan (?) dengan risalah ajaran yang sudah mapan terbumikan.... inilah hipotesis paradigma yang kami ajukan akhirnya.  
Blog Just Share dibuat sebenarnya bukan sekedar kami perlu blog baru yang lebih fresh ataupun hanya untuk nyelamur/ ngabur untuk posting yang lebih mendasar & menyasar namun agak sungkan/ riskan untuk diutarakan ke khalayak awam kebanyakan .... well, katakanlah ini khusus bagi para seeker yang cukup dewasa, cerdas & bijaksana dalam mencerna tanpa naif menyela apalagi liar mencela untuk paradigma pandangan yang baru & beda.  Jika tidak demikian maka sesungguhnya bukan hanya menyusahkan kita (pada saat ini) namun juga dirinya sendiri bahkan lainnya juga kelak. Ini mungkin (dipandang) tidak berguna atau bahaya? bagi lainnya (untuk tujuan pembenaran kepentingan keakuan & kemauan walau mungkin dalam keterpedayaan diri sendiri bahkan malah memperdayakan lainnya juga?) namun bisa jadi akan bukan hanya memang berguna namun juga tidak perlu tercela bagi para seeker (dalam niatan pemberdayaan kesejatian jikapun belum dalam tataran realisasi evolutif pencapaian minimal dalam wawasan orientasi berpandangan) untuk saling berbagi.
Well, demi kebaikan progress penempuhan spiritualitas kita semua .... bacalah saja dengan tenang dengan tetap terbuka dan sekaligus terjaga (tidak menyela seperti biasanya) tanpa harus segera menerima atau menolak idea yang diajukan ... tetaplah bungkam (tanpa mencela sebagaimana harusnya) walau menyetujuinya atau tidak mempercayainya dan biarkan kebenaran nyata yang selalu menjadi acuan kita walau itu sama sekali berbeda dengan keyakinan kita semula (termasuk dan terutama pandangan yang kami ajukan ini).

Sejujurnya kami tidak ingin menjadikan ini sebagai belenggu bagi anda dan juga saya sebenar apapun itu nantinya (bisa menghalangi aktualisasi karena bisa jadi karena di sini merasa telah memiliki peta penempuhan kita sudah merasa sudah tiba di sana bahkan merasa berhak untuk melagakkan diri asal klaim identifikasi & standar ganda pembenaran 'kualitas' walau sebenarnya tiada kelayakan autentik pada saat ini dan bahkan merasa tiada perlu untuk pelayakan holistik selanjunya bahkan bukan hanya kefasikan internal namun juga kezaliman eksternal ... wah, payah & parah) apalagi jika ini tidak murni benar dan tepat sebagaimana nyatanya (dampak karmik dari effek kosmik kebodohan internal dan juga pembodohan eksternal yang harus ditanggung ... hehehe, no way .... waspadalah untuk tidak segera percaya menerima ini sebagai keyakinan tanpa pembuktian kepastiannya karena sebagai seeker itu akan lebih baik bagi kita semua tampaknya ).
Dengan tanpa maksud mencitrakan kerendahan hati (semu?) karena adalah kejujuran diri (asli!) bahwa paradigma yang kami ajukan ini ( tepatnya mungkin bukan kami tetapi saya pribadi sendiri saja ) murni pengetahuan imaginasi filosofis inferential belaka bukan pengalaman  realisasi realistis experential  ... semoga tiada dusta & duka di antara kita. Jadi, saya lebih suka jika para seeker walau memang tetap perlu tebuka untuk dewasa tanpa tercela mencela (menjaga diri dari noda asava internal batiniah, bro) namun juga senantiasa terjaga jika menggunakan wawasan, pedoman dan panduan di dalamnya ... karena bisa jadi ada yang kurang tepat, masih salah bahkan tidak benar di dalamnya ( kurang pede, ya ? ... No, sebenarnya ini adalah sinkronisasi slogan seeker : no fact, no truth, no faith ... jika tanpa fakta kenyataan maka tiada kebenaran di dalamnya sehingga tak perlu keyakinan padanya .... ini berlaku bukan hanya untuk kearifan adaptif pandangan eksternal namun juga terutama untuk revisi korektif wawasan internal diri agar senantiasa bangkit tumbuh berkembang tanpa batas mengarah, mencapai dan melampaui aneka layer asymptot ke tidak- terhinggaan ... tetap selaras walau belum/tidak mungkin sempurna).  
Sungguh, bahkan untuk semua masukan postingan termasuk pandangan pribadi tidak ada niatan sama sekali dari kami selain untuk sekedar berbagi ... segala keputusan untuk menggunakan, mengabaikan dan menolak sebagian/sepenuhnya adalah  hak dan  sekaligus dampak tanggung jawab kita masing-masing…. Sekedar membabar idea yang murni tanpa niatan pembentukan opini yang lihai. Dalam filsafat metode ini disebut (semoga tidak salah) ’majeutike’ yang digunakan Socrates bagaikan seorang bidan dalam memicu dan memacu seseorang untuk melahirkan kebenaran paradigma pandangannya sendiri … ini adalah thesis pandangan dalam Triade Dialektika Hegel untuk antithesis pandangan anda sebelumnya bagi synthesis kebijaksanaan baru anda nantinya yang akan menumbuh-kembangkan gestalt keterpaduan wawasan dalam menempuh pemberdayaan untuk tataran kelayakan pencapaian berikutnya. Setiap orang berhak untuk tumbuh berkembang secara alamiah dan ilmiah dalam keberadaan awalnya dulu tanpa perlu dipaksa dengan formula yang walau benar namun kurang tepat demi keberlanjutannya. Kebijakan perlu kebajikan demikian pula sebaliknya. Levelling lebih diutamakan daripada sekedar labelling.... walau memang harus diakui akan lebih kondusif dan reseptif jika berada dalam environment komunitas yang tepat.

MENGAPA PANENTHEISTICS  ?
Walau aktualisasi tetap autentik perlu holistik & harmonis (tidak neurotik dalam beridentifikasi, mengeksploitasi atau teralienasi) dalam wawasan ilmu pengetahuan, tataran laku penempuhan & teku penembusan agar senantiasa tumbuh berkembang tanpa perlu menyimpang (alasan positif untuk pragmatis walau mungkin belum realistis ?)... flexible  progress tanpa perlu konflik disharmoni (internal & eksternal)

see : konsideran pandangan
kebenaran, kebijakan, kebajikan / 
Pengetahuan, Penempuhan, Pencerahan / 
Thesis -  Anthithesis - Synthesis

1A Perlu kebenaran dalam berpandangan  

Langkah awal haruslah dimulai. Untuk dapat melangkah dengan benar kita memerlukan pandangan yang relatif benar juga. Osho menyatakan walaupun tetap perlu dilakukan namun sesungguhnya langkah awal cenderung sebagai sesuatu kekeliruan. Dikarenakan kebenaran sesungguhnya melingkup secara nyata pada kita . Dia tidak dimana-mana. Pengetahuan yang terserap dalam bentuk informasi dan bukan realisasi memang kurang memadai dan terkadang justru malah menghambat keberhasilan suatu penempuhan dikarenakan senantiasa ada kecenderungan dari kita untuk merasa cukup sekedar mengerti saja untuk kemudian merasa tidak perlu menjalaninya, ataupun sering juga terjadi interferensi kesalah-fahaman dalam menafsirkan dikarenakan perbedaan dan kesenjangan dengan apersepsi pengetahuan sebelumnya, ataupun keterlalu-melekatan pada pandangan tersebut justru akan menghambat realisasi pengembangan kebijaksanaan dan peningkatan kesadaran yang mungkin dapat dicapai ; atau bisa juga terjadi adanya penyesatan dan keterpedayaan  yang tidak selalu disengaja sebagai manipulasi kelicikan pemapar demi kepentingan pribadinya sendiri  namun juga bisa suatu kekeliruan informasi karena keterbatasan pengetahuan walaupun dia memiliki maksud tulus untuk memberdayakan . 
Osho mungkin benar namun demikian kami juga berpandangan. GIGO (garbage in,Garbage Out). Jika yang masuk sampah, keluarnyapun cenderung sampah). Tetap diperlukan kejelasan dan ketepatan pengertian bagi kita semua untuk dapat menghayati kebenaran tersebut. Pandangan yang benar adalah separuh langkah tindakan yang benar.. Namun demikian memang sangat perlu kewaspadaan bagi kita semua dalam  menyimak dan mensikapi referensi pandangan awal ini. Sikap terbuka dan terjaga haruslah tetap menjadi senjata anda dalam mengkaji setiap hipotesis bahasan pada buku ini (BLOG 17012021 OK/PLUS/TQ/GNOSIS PUBLIK.pdf p.6)

Dari Gnosis Publik :
kebenaran pandangan : Totalitas ; Utilitas ; Kontinuitas
TOTALITAS = mencakup keseluruhan (W) → Hanya ada satu kebenaran yang sama : keseimbangan pandangan (ekstrem) & keberimbangan penempuhan (dualisme?)
PRAGMATISME = membawa kemanfaatan (Ks) → Transformasi pemberdayaan simultan (input realisasi keabadian 3 ; asset refleksi kehidupan 3)
KONSISTENSI = bersifat mantap (K) → Berkelanjutan : ketuntasan transformatif & kelanjutan aktualisasi

1B Perlu kebijakan dalam berpandangan  
Belajar spiritualitas secara mendalam dan meluas memang sangat mengasyikan namun perlu kedewasaan dan keberimbangan agar bukan hanya tidak melengahkan/mengacaukan aktualisasi tanggung jawab eksistensial kehidupan kita namun juga agar dalam penempuhan spiritualitas keabadian tidak justru malah kontraproduktif (istilah kontroversi kami 'ter-alienasi', jadzab ?- 'ngedan ngelmu'?').  Suatu kondisi dimana kita tidak lagi samvega tergugah dalam penempuhan namun justru merasa galau dikarenakan ada gap antara realitas target ideal aneka kaidah spiritualitas / akidah religiusitas tertentu dengan segala faktisitas kompleks keberadaan kita yang memang terbatas dan terbatasi situasi dan kondisi  yang ada dan nyata.  Oleh karena itu ... sambil terus meng-upload aneka referensi files spiritualitas yang kami rasa perlu untuk dishare (juga aneka files kehidupan lainnya) dan menyelesaikan posting Quo Vadis (yang sudah terlanjur dipublish) ; kami merasa perlu mengajukan juga paradigma alternatif pribadi tentang konsep Parama Dharma, desain Mandala Advaita dan Formula Swadika yang senantiasa terupdate terus menerus sesuai dengan aneka macam referensi masukan dan refleksi renungan dalam setiap perjalanan kehidupan dan penjelajahan keabadian ini.  Perlu sikap benar, sehat dan tepat bagi kita untuk memandang permasalahan secara berimbang dengan harmonis & holistik agar tidak ambisius tenggelam dalam arus kehidupan namun juga tidak obsesif terhanyutkan banyak konsep pandangan yang ada dengan segala tuntunan (tuntutan?) idealitas kesempurnaannya.

Berikut referensi yang cukup menyegarkan & mencerahkan yang kami dapatkan dalam browsing penjelajahan antara lain dari Vlog ELA (eling lan awas) sebagai pengantar kajian final kita . Well, terima kasih Bapak Hans YF La Kahija karena kesediaan untuk saling berbagi demi kebaikan sesama & perbaikan bersama.   
Video : Bahaya Spiritualitas 

Kutipan:
Well jangan salah sangka … kami tidak sedang memaparkan tentang  pelekatan /pelepasan tetapi alternatif kepekaan perluasan kebijaksanaan 
Kearifan, keahlian, keuletan, kebaikan, plus kesucian, keutuhan …. What’s next ?
jika benar ? membawa ketepatan penempuhan & mencapai kepastian pencerahan (pencerahan spiritual impersonal transenden & kedewasaan psikologis pemeranan personal imanen dalam  kebijakan & kebajikan .. kiriya ariya, zenka swadika ?) jika salah ? Ya, revisi lagi ( gitu aja koq repot )
…. aktualitas impersonal Ekstensi universal berimbang berkelanjutan tanpa perlu teralienasi obsesi transendental apalagi terdefisiensi ambisi eksistensial.

Video : Zen : Kasunyatan dalam keberadaan
 
Fahami kebenaran universal segala sesuatu apa adanya .... ada kesunyataan transendental dalam keberadaan immanential, ada keberadaan esensial dalam kesunyataan empirikal. 

Video : Tao : Kebijaksanaan dalam keberimbangan
 
Sikap universal kesemestaan Lao Tsu  diantara panna simsapa kesunyataan Buddha dan Etika Eksistensial Confucius. 
sesungguhnya tak ada yang salah dengan segalanya, kitalah yang salah memahaminya secara holistik & mensikapinya secara harmonis 

1C Perlu kebajikan dalam berpandangan  
Kutipan : So, tetap realistis tidak opurtunis (karena walau samsara ini delusif namun tidak terlalu chaotik ... Niyama Dhamma yang Impersonal Transenden cukup kokoh menyangga permainan "abadi" nama rupa di samsara ini ... perlu keselarasan, keberimbangan dan kebijaksanaan untuk tidak perlu melakukan penyimpangan, pelanggaran bahkan penyesatan yang akan menjadi bumerang kelak ... kemurnian diutamakan tidak sekedar "kelihaian" ). … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). ..... Kebodohan, kesalahan dan keburukan harus secara perwira perlu ditanggung secara mandiri (/bersama?) demi/bagi keadilan, keasihan dan kearifan mandala ke-Esa-an ini. (demi tanggung jawab tersebut jangan harapkan pengampunan kosmik, penghangusan karmik bahkan ... maaf .... "kemahiran (dengan kepalsuan/kelihaian/keculasan bukan kebenaran/kebijakan/kebajikan seharusnya) ? " internal yoniso manasikara / sati sampajjana demi kasih universal untuk tidak menyusahkan/ menyesatkan lainnya).  Sedangkan kebijakan, kebenaran dan kebajikan tetaplah sucikan kembali transenden impersonal dalam anatta diri bukan hanya karena sekedar anicca namun juga untuk melampaui dukkha dalam keselarasan atas kesedemikianan yang wajar dalam peniscayaan .
kebenaran bersikap, kebijakan berpribadi dan kebajikan berprilaku tetaplah berguna (bahkan kalaupun saja semisal jika kehidupan ini ternyata hanyalah vitalitas kebebasan semu & liar belaka /ahetuka ?/ sehingga sama sekali tidak ada dampak karmik secara metafisik atas effek kosmik yang berlangsung /tiada pelayakan tihetuka bagi pemurnian untuk penembusan/ pencapaian / pencerahan, minimal perolehan deposito 'liburan' surgawi (?) ... itupun tetap berdampak positif dalam kebersamaan sosiologis di sekitarnya (kenyamanan kepercayaan, kebahagiaan, dsb) minimal secara psikologis (tiada penyesalan karena tidak bertindak buruk, tanpa kekecewaan karena mampu berprilaku baik sehingga tanpa perlu kerisauan/kecemasan lagi ketika masih hidup bahkan jikapun harus melepaskannya kala meninggal dunia .... walau belum ideal berlevel  ariya,,mampu tihetuka bhavana, mulia layak surga, mantap secara duniawi, dsb  ; Jika memang tiada dusta buat apa berduka ... walau memang tentu saja harus tetap perwira bersedia bertanggung-jawab untuk menerima apapun juga konsekuensi kemungkinan kompleksitas dampak karmik dari effek kosmik yang dilakukan tindakan / ucapan, fikiran/perasaan dsb ? Fair perwira diterima ... bukan hanya atas kebenaran, kebajikan dan kebijakan namun juga kebodohan, kesalahan dan keburukan bahkan juga kepalsuan, kebejatan dan kekejaman yang telah kita lakukan selama samsara ini. ). Segala hibrah kenyataan memang perlu terjadi sebagaimana hikmah kebenaran yang seharusnya terjadi ... walau tidak selalu identik apalagi instan (dikarenakan 'kebetulan / digariskan' ?  memang ada kompleksitas banyak faktor yang bermain di sana) . Tidak ada yang salah dengan fenomena eksternal bagi diri dengan realitas internal yang memang sudah senantiasa berusaha, terbiasa apalagi memang sudah terniscaya untuk selalu swadika terjaga tanpa perlu noda asava (miccha ditthi, mana, tanha & avijja vipalasa lainnya) untuk senantiasa jernih mengamati (yoniso manasikara?), dengan tegar menjalani (sati sampajjana?) dan bijaksana untuk mengatasinya (appamadena sampadetha?). Well, Realitas tilakhana Kebenaran yang nyata dalam setiap fenomena kenyataan yang tergelar memang seharusnya terjadi sebagaimana kelayakan keniscayaannya walau itu mungkin saja tidak sesuai dengan keinginan/ harapan / sangkaan kita semula

PLUS 
So, jadilah berkah yang mencerahkan/ memberdayakan bukan limbah yang menyusahkan/memperdayakan di/ke manapun kita berada bukan hanya bagi diri sendiri namun juga makhluk lain di setiap living cosmic ini.  So, pastikan keberdayaan Saddhamma bukan hanya yakinkan kepercayaan belaka! penempuhan nyata tidak sekedar pengetahuan belaka. Saddhamma adalah aktualisasi autentik pemastian sesuai kaidah Realitas bukan sekedar harapan persangkaan keyakinan saja (Real realized>identifikatif & manipulatif ?).  
Bijaksanalah untuk senantiasa bersiaga dengan segala kemungkinan sejati yang /akan/ ada (kualitas transendensi ariya > mahakammavibhanga 4 > ekspektasi asura ? ) minimal bersiaplah menerima, menghadapi dan melampauinya (realisasi level swadika, kualifikasi genia talenta & hisab visekha)  ! 
(See = siklus samsarik gnosis fase 3 mandala di atas : sungkan & riskan bilang sebetulnya .... BTW sekarang tanggap ya mengapa & bagaimana dalam gnosis buddhisme siklus pralaya samsarik terjadi bukan hanya pada dunia, apaya namun juga surga bahkan hingga rupa brahma jhana 3 ) 
So, spiritualitas memang mutlak mengharuskan kemurnian bukan sekedar kelihaian (terkadang segala kenekatan penempuhan, kehebatan pencapaian & kehebohan perolehan sering menjadi labirin jebakan penjerat/penjebak/penjatuh yang sangat ampuh bagi yang belum terjaga & tidak waspada apalagi jika caranya bertentangan dengan Saddhamma ... bumerang, guys). 

KONSIDERAN IDEA PANDANGAN  : Pengetahuan, Penempuhan, Pencerahan
Pandangan perlu penempuhan untuk melayakkan keniscayaannya 
Pengetahuan barulah awal bagi penempuhan untuk melayakkan keniscayaannya

Kalau ... okelah mengalah ... anggap saja yang dimitoskan itu ada. Agama Buddhi sesungguhnya bukanlah label agama namun sistem etika kosmik yang seharusnya mencakup dan melindungi keseluruhan dalam keberimbangan .... maaf bukan hanya agama lama Buddha atau Hindu (Well, sebagaimana agama yang sudah dewasa faham permainan impersonal samsarik tentunya tidak berkeberatan ... just levelling not labelling ... semoga Paramatha Dhamma & Sanatana Dhamma tidak menjadi pseudo dhamma apalagi addhamma) . Namun Dharma yang seharusnya mencakup dan melindungi keseluruhan dalam keberimbangan (termasuk agama Islam, Kristen, Kepercayaan bahkan ... maaf termasuk atheisme/agnostisme ?) . Realitas menampung fenomena apapun maka realistis juga jika tidak perlu kesombongan, kebencian dan kelekatan , dan lebih realistis lagi jika kesetaraan, welas asih dan nekhama dilakukan kemudian semakin (paling) realistis jika dilakukan dengan kemurnian tanpa keakuan, dalam keesaan dengan kewajaran karena memang demikianlah kesedemikianan itu tergelar untuk diselaraskan .
Itu cuma inferensi intelektual, bro .... jangan dipercaya begitu saja (saya yang berpendapat saja masih terbuka, menerima dan merevisi lagi jika nanti ternyata masih ada kesalahan, kekurangan bahkan ketersesatannya). Dalam permainan ini sesungguhnya kepercayaan Saddha Ehipasiko memang berguna namun aktualisasi & realisasi penempuhan/ penembusan/pencerahan realisasi adalah indikator utamanya. Itulah sebabnya rakit Dhamma harus secara arif & ahli digunakan untuk pengarungan tidak untuk naif & liar dipamerkan/ dilekati (aktualisasi & realisasi x identifikasi & eksploitasi) 
Well, Dhamma bukanlah ular berbisa simbol identifikasi/arogansi & sarana eksploitasi/ intimidasi bagi kebodohan internal diri sendiri & untuk pembodohan eksternal lainnya. (Waspadalah bukan hanya kemungkinan brain-washed dari logical / ethical fallacy sebagai pseudo /lokiya dhamma dalam pengetahuan/ penempuhan namun mungkin juga miccha ditti 62 brahmajala sutta dalam labirin penembusan/ pencapaian ).
Tunggu Eyang Sabdo Palon atau Buddha Mara-Shiva? kelamaan atau mungkin saja memang hanya dongeng impian. Lagipula bisa jadi yang datang bukan hanya picik mengaku namun justru licik menyesatkan.( gaya Ariya tetapi cara asura?) Dengan meditasi kedalaman ? sama saja kalaupun level sudah bisa juga harus lebih waspada karena di dalam bahaya penyesatan justru lebih besar ... refleksi keinginan diri bukan realitas kenyataan sejati ?). Lagipula dasar spiritualitas yang utama adalah aktualisasi keperwiraan kemandirian untuk bijak tidak defisien mengidentifikasi apalagi mengeksploitasi. Guru memang diperlukan untuk memandu namun Jalan harus ditempuh sendiri & mandiri. Transformasi spiritual arus kesadaran diri adalah tanggung-jawab pribadi tidak mungkin dibebankan kepada lainnya. Bantuan dan panduan eksternal (intervensi sementara pengalihan/ penundaan ?) mungkin saja bisa dilakukan namun penempuhan dan penembusan mutlak urusan individual.  Tuhan ? Walaupun yang Mutlak memang ada (jika Sentra Sejati yang transenden tidak ada bagaimana mungkin sigma dimensi mandala  semesta tergelar dengan aneka zenka keberadaan di dalamnya) namun dalam mandala samsara immanen ini banyak petta, asura, yakha, dewata, brahma bahkan nafs ego yang  mengidentifikasi diri berkompetisi, berinteraksi ,bertransaksi saling mengeksploitasi / mengaktualisasi diri.  So, diterima, dijalani saja apa yang ada (tanpa harus heboh dan aneh-aneh ... wajar seperti semula biasanya). Terus mengembara di mandala ke-esa-an ini sebagaimana lainnya namun dengan kesadaran akan permainan keabadian ini. Apapun yang terjadi memang layak diterima dan diperbaiki lagi. (konon ... masih 20 fase bigbang 114 yang tersisa bagi spiritual sadhana berdasarkan kalkulasi fantastis mistisi yoga ? ) Bandingkan juga dengan kosmologi Buddhist, dsb......

Lagipula ini makalah berat (kulak perkoro .... cari masalah?) .... walau sebenarnya idea & arah jalannya bisa tetap 'cool' namun kami rasa akan banyak apriori/kontroversi di apersepsi seeker sebelumnya walau sesungguhnya ini sama sekali tidak berkaitan dengan itu (Mara penggoda, vitalitas Tantra , Shiva Penghancur, avatara Vishnu, Siwa Buddha Nusantara, Mistisi Osho, Sadhguru Yasudev ? dst). Ini memang harusnya tetap tersimpan di kedalaman ... tidak malah membuat kacau (cerah?) permainan samsarik yang terus perlu berlangsung di  permukaan ....(maaf, bukannya karena tidak inginkan seluruh putera keabadian murni singgah/ kembali ? ke rumah sejati keazalian dalam pengembaraan samsariknya. Hehehe...Tuhan dan tampaknya juga Shiva & Buddha faham faktor kelayakan & proses peniscayaan untuk vitalitas kecakapan dalam melalui bahkan integritas kesadaran untuk melampaui ini )
sebenarnya ini juga sedang mengkompilasi puzzle mozaik yang sudah ada tersedia (memahami, menguji, dst) untuk tataran penempuhan tidak sekedar wawasan pengetahuan selagi Buddha Sasana  dan ajaran Dharma masih ada .... Orientasi etika kosmik Swadika Paccekka untuk semuanya (tentu saja realisasi, kualifikasi sesuai dengan keterbatasan & pembatasan yang ada sesuai kondisi/dimensi keberadaannya .... bahkan kalaupun berada di Sunnakalpa ataupun apaya lokantarika atau bahkan lokuttara sekalipun .... dalam Dhamma walau memang tetap mengusahakan yang terbaik untuk dicapai namun jikapun ternyata hasilnya belum sesuai seharusnya dimanapun, siapapun dan apapun juga tidak akan menjadi masalah baginya) . Ini bisa anda tentang / buang , revisi / kembangkan & lanjutkan jika tidak sampai tuntas (terutama : scholar /meditator Buddhism & Hinduism ... harusnya ini wilayah mereka bukan kami yang berlabel di luar sasana walau Saddhamma yang transenden Impersonal sesungguhnya tidak bisa, tidak boleh bahkan tidak mungkin diklaim secara personal .. aktualisasi/realisasi x identifikasi/eksploitasi) demi kebenaran, kebijakan dan kebajikan bagi semuanya. Projek idealis ? sama sekali tidak karena untuk inilah amanah keberadaan / kehidupan diberikan kepada kita .... tidak sekedar hanyut 'ndagel' dalam peranan eksistensial kehidupan ini belaka namun demi transformasi spiritual berikutnya bagi semuanya termasuk (terutama?) diri sendiri yang juga membawa kebaikan dan perbaikan pada saat ini tentu saja.  Perlu show ? jangan naif & liar kekanak-kanakan pekok & heboh ... (well, sejujurnya kami justru kagum kepada mereka yang walau dalam kesendirian/kerahasiaan?/ tanpa harapkan kepamrihan apapun termasuk juga pengakuan kecitraan apalagi pengaruh kekuasaan dengan sadar, cakap dan wajar mendedikasikan kehidupannya dalam kebermaknaan pada kesemestaan yang tentu saja karena tanpa jerat noda kepamrihan pengharapan malah akan murni kembali ke dirinya pada saatnya). 

Ini sama sekali tidak dimaksud untuk menggenapi mitos ( semisal agama Shiva Buddha - Sabdo Palon? di atas). Bagi kami bukan hanya kebodohan internal namun bahkan pembodohan eksternal untuk membuatkan belenggu baru bagi semua. Namun jika kemudian ada yang ingin meng-klaim, menggunakan atau memanfaatkannya biarlah itu menjadi beban tanggung jawab karmic atas effek kosmik yang dilakukannya (kesesatan & penyesatan > kecerahan & pencerahan ?). Well, bagi kami biarlah Realitas Kenyataan itu tetap utuh dalam kesempurnaannya ... tidak usah memecahkannya dalam aneka kepingan pandangan walau kita faham/ sadar dalam memilah memang ada Kebenaran yang memurnikan dan ada juga Kepalsuan yang menjatuhkan namun kebijaksanaan atas keberimbangan perlu dijaga untuk tidak menjerumuskan diri ke dalam mana kesombongan pembandingan untuk ekstrem konseptual tertentu bahkan walau itu sesungguhnya memang untuk mementingkan kebenaran tidak sekedar untuk membenarkan kepentingan. (Dalam sutta nipata Buddha bahkan lebih halus & santun menyatakan bahwa sesungguhnya tidak (perlu) ada (klaim konsep) kebenaran tunggal .... yang ada hanyalah fakta permasalahan dan cara mengamati, mengalami & mengatasinya saja.... Dukkha vs JMB 8.) Link there is no truth Bhante Punnaji.  
   

Lagipula sebenar apapun idea pandangan belumlah berarti jika saja tanpa penempuhan autentik,hingga memang terbukti dalam realisasi penembusan & pencerahan selanjutnya. Konsep ini justru malah akan menyekap/ menjebak semuanya jika hanya menjadi fanatisme kepercayaan belaka apalagi jika diikuti dengan radikalisme pemaksaan ... payah & parah. Dhamma harus dilayakkan dengan pemberdayaan. Itulah sebabnya Buddha walaupun authentically sudah menempuh, menembus dan memahaminya sendiri tetap menegaskan prinsip ehipasiko pembuktian sendiri ketimbang hanyalah peyakinan fanatisme percaya membuta bukan hanya karena secara pragmatisme begitu dangkal (hanya sebatas intelektual bahkan emosional ?) & kurang berguna bagi progress kualitas spiritual authentic savakaNya namun karena memang cukup berat dan tidak mudah merealisasi pencerahan yang mutlak harus ditempuh dengan perwira secara mandiri tidak membebani / menggantungkan pengharapan dari lainnya saja ... kualitas sejati Ariya. So,Beliau telah bersikap bijak membabarkan paradigma saddhamma pemberdayaan yang tidak hanya berguna dalam membantu dan memandu namun juga tidak membelenggu & menipu diriNya dan juga SavakaNya. 
 
By the way, bagaimana jika faham tsb ternyata bukan keberdayaan & pencerahan namun keterpedayaan & penyesatan? besar tanggungan karmik yang layak diterima ke semuanya. So, jangan naif/liar untuk bodoh (picik, licik dan kasar) dengan melakukan kebodohan internal apalagi pembodohan eksternal sebenar apapun anggapan anda ... apalagi jika kemudian ternyata itu adalah ketersesatan dan lebih parah lagi jika memang hanya penyesatan untuk kebanggaan pengakuan dan kepentingan kekuasaan saja. Well, selain beban karmik sendiri tambahkan juga perkalian follower / subscriber dengan jangka waktu pakai hingga kedaluarsa untuk bonus beban karmiknya, bro/sis. (kalkulasi matematis amal/dosa jariyah berjamaah versi kami ?). So, jangan korbankan diri anda dan juga (apalagi) lainnya dengan kekonyolan yang tidak perlu & tak bermutu dalam derita penyesalan yang memang mutlak perwira perlu ditanggung tidak hanya seumur masa kehidupan namun bisa jadi akan sepanjang kalpa keabadian. Walau memang senantiasa ada celah pencerahan/penyesatan di setiap dimensi alam kehidupan samsarik untuk perbaikan/ penjatuhan evolutif , namun sebagaimana Buddha katakan diperlukan ekstra kebijaksanaan (alobha/adosa/amoha), ketangguhan (sila/samadhi/panna) dan 'keberuntungan'  (berakhirnya kammasaka buruk & berbuahnya kammasaka baik, positifnya kammavipaka baru atas pacaya pemicu eksternal : misalnya sikap batin simpatik mudita bagi petta paradattupajivika atas limpahan kebaikan patidana untuknya dsb) bagi yang sudah menjadikan alam apaya seakan rumah tinggal baginya (pengumbaran kecenderungan MLD moha- lobha- dosa yang kuat di tempat yang 'tepat' ?) 
Walaupun mungkin memang ada, diadakan atau diada-adakan bagi kebenaran untuk personally bebas memilih jalan yang sesuai dan 'pembenaran' kepentingan untuk memaksakan keinginan externally (?) , mungkin sebaiknya (walau plus minus dampak memang tetap ada untuk diterima atas segala konsekuensi pilihan) tetaplah sebagaimana kita semula (?) karena disamping kita memang tetap harus menjalani tanggung jawab atas kamavipaka di saat ini adalah bijak juga menghindari disharmoni eksistensial yang tidak perlu … apakah kita muslim, Kristen, hindu, Buddha, dsb termasuk yang  menyadari dirinya agnostic ataupun maaf ….bahkan atheist sekalipun akan keilahian personal yang umumnya(?) dianut /yang ini .. disini secara politis/ ideologis (?)  masih repot atau memang direpotkan, bro/sis ? /.  Well, sebenarnya selama kita masih sadar untuk bisa menjaga dan membawa diri dalam etika kebersamaan & kesemestaan untuk saling empati,, harmoni dan sinergi seharusnya tidak menjadi masalah apalagi dipermasalahkan (?). Ada keberagaman dalam keindahan pelangi dimana masing-masing warnanya walau mungkin boleh naif untuk tidak harus menyetujui satu sama lain akan keseragaman dengannya namun tetaplah harus arif untuk senantiasa saling menghargai perbedaan keberadaannya masing-masing. Ini bukan sekedar Kearifan Buddha atau Shiva yang memandang aneka keragaman delusi pelangi berkonsep para bhava samsarik sehingga adalah tidak bijak untuk mencabut seseorang dari akar habitatnya semula walaupun/apalagi dengan cara yang sesungguhnya sangat kontra-produktif  (pembenaran standar ganda pseudo dhamma atau bahkan pemaksaan addhama : pembenaran arogansi identifikatif & eksploitasi, manipulative/ intimidatif/ agressif  dst). Well, untuk kesekian kalinya (kami tekankan) Spiritualitas yang dewasa adalah just leveling not for labeling ….memastikan  keberdayaan tidak sekedar meyakinkan kepercayaan, melayakkan pencapaian dengan penempuhan & penembusan tidak sekedar melagakkan pencitraan dengan penganggapan & pengakuan, mengandalkan tanggung jawab meniscayakan kesejatian tidak sekedar bermanja mengharapkan 'keajaiban' belaka, dsb.
Kutipan keselarasan Dampak Saddhama ?  (dampak metafisis, sociologis & psikologis ? - akhir kalama sutta )
Tentang Kalama Sutta :  Buddhism & Philosophy : The Kalama Sutta.pdf (p.78-87) Bro Billy Tan

Sesungguhnya kebenaran bersikap, kebijakan berpribadi dan kebajikan berprilaku tetaplah berguna (bahkan kalaupun saja semisal jika kehidupan ini ternyata hanyalah vitalitas kebebasan semu & liar belaka /ahetuka ?/ sehingga sama sekali tidak ada dampak karmik secara metafisik atas effek kosmik yang berlangsung /tiada pelayakan tihetuka bagi pemurnian untuk penembusan/ pencapaian / pencerahan, minimal perolehan deposito 'liburan' surgawi (?) ... itupun tetap berdampak positif dalam kebersamaan sosiologis di sekitarnya (kenyamanan kepercayaan, kebahagiaan, dsb) minimal secara psikologis (tiada penyesalan karena tidak bertindak buruk, tanpa kekecewaan karena mampu berprilaku baik sehingga tanpa perlu kerisauan/kecemasan lagi ketika masih hidup bahkan jikapun harus melepaskannya kala meninggal dunia .... walau belum ideal berlevel  ariya,,mampu tihetuka bhavana, mulia layak surga, mantap secara duniawi, dsb  ; Jika memang tiada dusta buat apa berduka ... walau memang tentu saja harus tetap perwira bersedia bertanggung-jawab untuk menerima apapun juga konsekuensi kemungkinan kompleksitas dampak karmik dari effek kosmik yang dilakukan tindakan / ucapan, fikiran/perasaan dsb ? Fair perwira diterima ... bukan hanya atas kebenaran, kebajikan dan kebijakan namun juga kebodohan, kesalahan dan keburukan bahkan juga kepalsuan, kebejatan dan kekejaman yang telah kita lakukan selama samsara ini. ). Segala hibrah kenyataan memang perlu terjadi sebagaimana hikmah kebenaran yang seharusnya terjadi ... walau tidak selalu identik apalagi instan (dikarenakan '
kebetulan / digariskan' ?  memang ada kompleksitas banyak faktor yang bermain di sana) . Tidak ada yang salah dengan fenomena eksternal bagi diri dengan realitas internal yang memang sudah senantiasa berusaha, terbiasa apalagi memang sudah terniscaya untuk selalu swadika terjaga tanpa perlu noda asava (miccha ditthi, mana, tanha & avijja vipalasa lainnya) untuk senantiasa jernih mengamati (yoniso manasikara?), dengan tegar menjalani (sati sampajjana?) dan bijaksana untuk mengatasinya (appamadena sampadetha?). Well, Realitas tilakhana Kebenaran yang nyata dalam setiap fenomena kenyataan yang tergelar memang seharusnya terjadi sebagaimana kelayakan keniscayaannya walau itu mungkin saja tidak sesuai dengan keinginan/ harapan / sangkaan kita semula. 

KONSIDERAN IDEA PANDANGAN  : Thesis -  Anthithesis - Synthesis 
Sungguh, bahkan untuk semua masukan postingan termasuk pandangan pribadi tidak ada niatan sama sekali dari kami selain untuk sekedar berbagi ... segala keputusan untuk menggunakan, mengabaikan dan menolak sebagian/sepenuhnya adalah  hak dan  sekaligus dampak tanggung jawab kita masing-masing…. Sekedar membabar idea yang murni tanpa niatan pembentukan opini yang lihai. Dalam filsafat metode ini disebut (semoga tidak salah) ’majeutike’ yang digunakan Socrates bagaikan seorang bidan dalam memicu dan memacu seseorang untuk melahirkan kebenaran paradigma pandangannya sendiri … ini adalah thesis pandangan dalam Triade Dialektika Hegel untuk antithesis pandangan anda sebelumnya bagi synthesis kebijaksanaan baru anda nantinya yang akan menumbuh-kembangkan gestalt keterpaduan wawasan dalam menempuh pemberdayaan untuk tataran kelayakan pencapaian berikutnya. Setiap orang berhak untuk tumbuh berkembang secara alamiah dan ilmiah dalam keberadaan awalnya dulu tanpa perlu dipaksa dengan formula yang walau benar namun kurang tepat demi keberlanjutannya. Kebijakan perlu kebajikan demikian pula sebaliknya. Levelling lebih diutamakan daripada sekedar labelling.... walau memang harus diakui akan lebih kondusif dan reseptif jika berada dalam environment komunitas yang tepat.

DALAM KESEDEMIKIANAN (ORIENTASI)
Sadhguru Yasudev quote :
the path is the destination and the destination is hidden in the path as the Creator is hidden in creation
Jalan adalah tujuannya, dan tujuan tersembunyi di dalam jalan, seperti Sang Pencipta tersembunyi di dalam ciptaan.

Panentheism (All in God) > Pantheism (All IS God) 
Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik 
Paradigma Saddhamma : tentang Kesedemikianan  ( BE REALISTICS )
Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik 

   

TENTANG SUCHNESS PHILOSOPHY
QUE SERA SERA, PANTHA REI .... SUCHNESS PHILOSOPHY
apapun yang terjadi terjadilah , biarkanlah segalanya mengalir apa adanya sebagaimana harusnya ..... Paradigma Kesedemikianan.
Paradigma kesedemikianan untuk keselarasan dalam keniscayaan (Parama Dharma - Mandala Advaita - Formula Swadika)

KAIDAH KOSMIK  
Berikut kajian kami terhadap 3 masalah krusial esoteris panentheistic berdasarkan referensi Buddhisme & Mysticisme 
1. Mandala Advaita = Desain Kosmik
2. Niyama Dhamma = Kaidah Kosmik 
3. Kamma Vibhanga = Kaidah Ethika 

MANDALA ADVAITA 
Dimensi Samsarik
Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik 
Kutipan : 31 Alam Kehidupan Samsarik & Nirvanik 

KEILAHIAN PANENTHEISTICS
IMPERSONAL GOD (ABSOLUTE INDEFINITE/INFINITUM TRANSENDEN) > PERSONAL GODS  (laten deitas figure kosmik immanen  yang memang mengidentifikasikan dirinya  / diDeifikasi lainnya atau hanya konsep renungan filosofis demi idealisasi kesempurnaan / refleksi imaginatif  bagi manuver strategis pembenaran kepentingan saja ?)

Kutipan : Mandala Advaita : tentang KeIlahiahan http://teguhqi.blogspot.com/2020/04/quo-vadis.html 

Tentang KeIlahian  (Tuhan : Tao - Dhamma )
Tuhan bukan bemper kebodohan/kemanjaan diri, media katarsis psikologis /transaksi pencitraan   dan kloset pembenaran pemfasikan/ kezaliman kepada lainnnya).  
Perlu kebijaksanaan universal. keperwiraan eksistensial, dan  keberdayaan transendental dalam spiritualitas
Tauhid sufism Ibn Araby  : tanzih -tasbih (transenden/imanen) Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benar Sufi Ibn Arabi  memandang  KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun  kemulian IlahiahNya sering  disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis)  sehingga  memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )
Tao adalah Tao - jikakau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao 
Dalam kitab suci Uddana 8.3 Parinibbana (3) Buddha bersabda : O,bhikkhu ; ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak Jika seandainya saja tidak ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak menjelma,tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut  maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran penjelmaan ,pembentukan , dan pemunculan  dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada sesuatu yang tidak dilahirkan,tidak  menjelma, tidak tercipta, Yang Mutlak tersebut maka ada jalan keluar kebebasan dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu itu. Ini secara tidak langsung mungkin menunjukkan dua hal sekaligus ,yaitu : kesaksian akan adanya keilahian yang diistilahkan sebagai ‘yang tak terbatas” dan yang kedua penjelasan bahwa nibbana   pencerahan sebagai puncak pencapaian spiritualitas Buddhisme hanya mungkin terjadi karena adanya ‘Yang tak terbatas’ tersebut.
plus link : konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama (https://khmand.wordpress.com/2008/08/20/konsep-tuhan-dlm-agama-buddha/)
Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam yang artinya “Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asankhata) maka manusia yang berkondisi (sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.

TANAZUL TARAQQI

Plus: hipotesa teoritis  3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara). .... mungkin tepatnya state keberadaan. (apalagi tidak hanya laten deitas personal samsarik) . 
Dari secret data lama kami (maaf ... dulu memang lebai masih naif & liar .... sekarang ? makin parah & payah, hehehe ) Gnosis Publik  p.7

Dhyana Dharma Keberadaan :
Fase 1 :  Fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purwaning Dumadi  ( Dhyana ® Swadika ! )
Fase 2 : fase peng’ada’an. KeEsaan karena Tuhan. sangkaning Dumadi  ( Dharma ® Kehendak Ilahi )
Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
Dharma Dhyana Keberadaan :
Fase 3 : fase keberadaan  Keesaan di dalam Tuhan gumelaring Dumadi  ( Tanazul ®Keberadaan Mandala )
Fase 4 : fase peniadaan. Keesaan kembali ke Tuhan. paraning Dumadi ( Taraqqi ®Mandala Keberadaan )
Fase 5 : fase KeMaha-Adaan Absolut Tuhan. purnaning Dumadi ( Dhyana ® Pralaya ? )
Well, ini hipotesa teoritis dari 3 (tiga) fase (Mandala Tiada Samsara - Mandala dengan Samsara - Mandala Tanpa Samsara).  
1.Mandala Tiada Samsara, ( Fase hanya Dhyana > Dhamma ) 
Transenden = Transendental - Universal  - Eksistensial  (Esa - yang ada hanya Dia Sentra Yang Esa ) 
2. Mandala Dengan Samsara, (Fase  dalam Dhamma < Dhyana )
Transenden = Transendental , Universal  , Eksistensial  (Segalanya ada  karena Dia  Sentra Yang Esa) 
Tanazul Genesis = emanasi , kreasi , ekspansi ? 
2.1. Awal : Mandala Pra Samsara  
Transendental : keterjagaan esensi / zen ? Nibbana 
Universal  : keterlelapan energi / nama  Brahma : arupa & rupa , 
Eksistensial  : kebermimpian etheric / rupa Kamavacara : dunia - surga & apaya  
2.2.. Kini : Samsara Pra Pralaya  
Dunia :  sd pralaya  Svarga : sd pralaya (paska dunia ) - Apaya :  sd pralaya ( lokantarika ?) -  Brahma : sd pralaya ( abhasara etc  Nibbana : sd advaita ? 
2.3. Nanti : Samsara Paska Pralaya (versi Buddhism ? ) 
Lokantarika : residu rupa paska terkena pralaya : dunia - apaya - svarga - hingga rupa brahma Jhana 1 sd 3 (mengapa ?)
Brahmanda : restan nama tidak terkena pralaya : Sudhavasa + Anenja /& Rupa Brahma : Jhana 4 untuk kemudian 3 - 2 ( abhasara )  
Lokuttrara : bebas dari samsara & pralayanya : Asekha nibbana ( eksistensial ? + universal & transendental-nya)  
What's next ? 
- Siklus fase ke 2 Mandala Dalam Samsara berlanjut lagi (Kisah kasih nama rupa Brahmanda Lokantarika bersemi kembali sebagaimana biasanya ? ... kecuali
lokuttara & suddhavasa harusnya plus vehapala yang masih mantap & anenja yang masih terlelap juga ..... Asaññasatta ?)  
- atau... kembali ke fase 1 (kemanunggalan azali karena pencerahan keseluruhan/& keterjagaan Dia Sentra Yang Esa) 
- atau haruskah ada fase 3 (kemusnahan total karena kekacauan keseluruhan & kebinasaan Dia  Sentra Yang Esa ) 
3. Mandala Tanpa Samsara  (Fase  tanpa Dhamma - tiada Dhyana )  
tiada  Eksistensial - Universal  -  Transendental    (Segalanya tiada  tanpa Dia Sentra Yang Esa )  
Adakah Sentra dengan sigma & zenka lain ? Maha Sentra Utama ? dst dsb dll 
idea tidak lagi dibahas bisa keluar jalur ? : Spekulasi Rimba Pendapat tak perlu karena hanya memboroskan energi, perdebatan tak perlu  & sama sekali bukan upaya
yang perlu untuk bersegera dalam penempuhan keberdayaan aktual ? Samsara pribadi (eksistensial ) saja belum diketahui awalnya dan akhirnya (kejujuran nirvanik
Buddha ), apalagi samsara semesta (universal) terlebih lagi transendental (mengapa ?).

https://www.youtube.com/watch?v=w-QhMDG_vHY&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=64&t=12m56s

Grand Design , Strata Mandala, Episode Samsarik 

SegalaNya (Laten DeitasNya) bermula, berada dan kembali kepadaNya (triade : diri – alam – inti )
Bermula karena katalisasi peniscayaan keberadaan > emanasi keilahian brahman > prokreasi penciptaan ketuhanan
Berada dalam kaidah kosmik (Parama Dhamma akan advaita niyama dharma : keutamaan > kebenaran > kenyataan )
Kembali kepada mandala advaita ( segalanya berada dalam sigma kewilayahan yang sama dari ketidak-terhinggaan yang bukan hanya mungkin memang sudah ada namun juga belum ada , akan ada bahkan susah ada karena konfigurasi peniscayaan yang sudah/belum/akan/tidak terpenuhi.) 
Gradasi tidak hirarki ? karena walau beda level , layer & label keberadaannya berada dalam kealamian, keilahian & kemurnian advaita mandala yang sama

TENTANG SKETSA 
Diagram Venn Himpunan aljabar ? Bujur Sangkar Universun hokistics (harusnya matra 3 bidang ruang > 2 bidang datar = bola > lingkatan Taoism ?)
~ = ketidak-terhinggaan (Realitas Kebenaran) ; E = sigma keberadaan ( Fenomena Kenyataan)
A B C D = orientasi ke atas, ke dalam vs ke bawah ke luar  = Parama Dharma keselarasan vs Maha Avijja ketersesatan   
Lingkaran  = layer eksistensial - Universal - Transendental  (disikapi secara holistik sebagai level gradasi > label hirarki ? )
Juring AD = ideal keselarasan lokuttara (kedewasaan /pencerahan ) beri tanda centang ( V =victory ) vs Juring BC =  idiot ketersesatan lokantarika (tanda X wrong? )
evolusi pribadi -  harmoni dimensi - sinergi valensi ; (swadika talenta visekha ) (persona regista persada) ; (menerima mengasihi melampaui)  (kesadaran di kedalaman - kewajaran di permukaan - kecakapan di keluasan)  (being true - humble - responsible )etc 
TENTANG IDEA 
kami tidak membuatkan belenggu pandangan lain, sesembahan baru maupun kelompok beda ( hanya ... just share idea pengertian keseluruhan ) 
pandangan universal panentheistic (bagi para filsuf ), pandeistic (bagi para agamawan) bahkan panatheistik  (bagi para agnostik)
rintisan paradigma holistik untuk dikembangkan sesuai kematangan keberadaan diri (puthujana, sekha, bahkan asekha)
INFERENSI DIMENSI = 
urut dari bawah gradasi vs MLD avijja diri (dampak karmik & effek kosmik)

NO

WILAYAH

LAYER

ORIENTASI

MODE

SIFAT

TERM

TYPE

 DIRI ?

 TATARAN 

1

Kamavacara

Eksistensial

Kebahagiaan

Eksploitasi

Transaksi

Lillah

Persona

Mengaku (sebagai aku)

Personal

2

Brahmanda

Universal

Kesemestaan

Interkoneksi

Harmoni

Billah

Monade

Mengesa (sebagai kita)

Transpersonal

3

Lokuttara

Transendental

Keadvaitaan

Aktualisasi

Sinergi

Fillah

Sakshin

Meniada (sebagai dia)

Impersonal

Selesai ? masih belum .... orientasi kebijaksananaan kesedemikianan kita adalah keselarasan bukan kesempurnaan, bro (ingat : kode etika 10 Ali Shariati  )

MANDALA SEMESTA 

Mandala Samsarik Buddhisme (31 alam kehidupan) 
https://www.sariputta.com/artikel/ajaran-dasar/konten/31-alam-kehidupan-menurut-ajaran-agama-buddha/1012
atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini 
Skema Wilayah Tanazul Genesis & Taraqi Ekstasis meniscayakan keterrealisasinya transendensi impersonal bagi evolusi pribadi demi harmoni dimensi  

 

Wilayah

1

2

3

Transendental

Nibbana ‘sentra’ ?

Belum diketahui ? 7

Tidak diketahui ? 8

Tanpa diketahui ? 9

 

Nibbana ‘sigma’?

Belum mengakui ? 4

Tidak mengakui ? 5

Tanpa mengakui ? 6

 

Nibbana ‘zenka’ ?

Arahata 1

Pacceka 2

Sambuddha 3

Universal

Brahma Murni  (Suddhavasa)

Anagami 7 (aviha Atappa)

Anagami 8 (Sudassa Sudassi)

Anagami  9(Akanittha)

 

Brahma Stabil (Uppekkha )

jhana 4 (Vehapphala)

Asaññasatta 5 (rupa > nama)

Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )

 

Brahma mobile (nama & rupa)

Jhana 1 (Maha Brahma)

Jhana 2 (Abhassara)

Jhana 3 (Subhakinha)

Eksistensial

Trimurti LokaDewa

Vishnu 7 (Tusita)

Brahma 8 (Nimmãnarati)

Shiva 9 (Mara?  Paranimmita vasavatti)

 

Astral Surgawi

Yakha  (Cãtummahãrãjika) 4

Saka  (Tãvatimsa) 5

Yama (Yãma)6 

 

Materi Eteris

Dunia fisik(mediocre’ manussa  &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) 
+ flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)
2
Eteris Astral apaya Asura  (petta & /eks?/  Deva ) 
3

2. Niyama Dhamma = Kaidah Kosmik 
See :AN 3.136: Uppādā Sutta Sering disebut DhammaNiyama Sutta (?). 
Dhamma tetap ada walau Buddha muncul atau tidak (pada masa Buddhakalpa dan atau Sunnakalpa)
Dalam kitab suci Tipiṭaka pada Uppādāsutta bagian Aṅguttara Nikāya 3.136:
Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ, ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe saṅkhārā aniccā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe saṅkhārā aniccā’ti.
“Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena terkondisi adalah tidak kekal.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena yang terkondisi adalah tidak kekal.’
Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe saṅkhārā dukkhā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe saṅkhārā dukkhā’ti.
Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena terkondisi adalah penderitaan.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena yang terkondisi adalah penderitaan.’
Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā vā tathāgatānaṃ ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe dhammā anattā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe dhammā anattā’”ti.
Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena adalah tanpa-diri.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena adalah tanpa-diri.’”
Dalam agama Buddha, kelima hukum tersebut adalah sebagai berikut.
Utuniyāma, hukum kepastian atau keteraturan musim. ; Bijaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan biji.
Kammaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan kamma.; Cittaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan kesadaran.
Dhammaniyāma, hukum kepastian atau keteraturan dhamma.
Link Media:
Keberagamaan  yang sesuai secara eksistenstial, selaras dengan kaidah universal dan mengarah dalam tataran transendental .
 

3. Kamma Vibhanga = Kaidah Ethika 
3. KAMMA VIBHANGA 
Secara simple bolehlah dikatakan  hukum karma adalah jika perbuatan baik dilakukan maka akan menghasilkan kebaikan juga kepada pelakunya demikian juga keburukan. Namun demikian kaidah nyata berlakunya hukum karma sangat kompleks tidaklah berjalan sederhana instant, direct & identik sebagaimana yang secara naif kita perkirakan. Ada 4 variasi kemungkinan dari kaidah kosmik hukum karma ini secara empiris menurut Buddha paska keterjagaan pencerahan samsarikNya 
Link data utama : Piya Tan untuk bahasan Mahakammavibhanga sutta
PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.15-Cula-Kamma-Vibhanga-S-m135-piya.pdf
PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.16-Maha-Kamma-Vibhanga-S-m136-piya.pdf
atau Link Video  berikut :

 
Ashin Kheminda DBS Playlist  = Hukum Kamma  Cula Kamma Vibhanga - Maha Kamma Vibhanga

MENGAPA  BUDDHISME ? kutipan https://teguhqi.blogspot.com/2020/11/just-seeker.html

Akhirnya setelah semingguan (14/11-2020) kami temui juga prakata awal untuk masuk ...

Tantangan terbuka Dalai Lama ? 

 dan ini  Kritik internal mendiang Bhante Punnaji ? 

juga dari Bhante Pannavaro ?

Buddhisme kembali menjadi pilihan untuk sasaran tembak ... bukan karena di Indonesia populasinya minoritas dan ajarannya toleran sehingga kami dengan bodoh (picik/licik) merasa ada hak (walau tidak haq?) untuk melakukannya namun karena kelayakan jangkauan kualitas Dhamma-nya yang juga secara jujur diakui banyak tokoh dunia. Semoga kami tidak terlalu bodoh sebagai Non-Buddhist untuk mengkritisinya secara eksternal (mencela yang mungkin pantas dicela saja adalah suatu kesalahan ... apalagi untuk yang sesungguhnya memang tidak pantas dicela). Menjaga dampak karmik tidak sekedar effek kosmik .... ingin show cari sensasi / fantasi demi autorisasi identifikatif semu kebanggaan pengakuan (irrasionalisasi peninggian ego diri dengan merendahkan lainnya) bahkan eksploitasi manipulatif liar pembenaran kepentingan (rasionalisasi perendahan ide lainnya untuk meninggikan pandangan sendiri) ?  NO WAY ! walau kami bukan Buddhist namun sebagai seeker kami cukup faham bagaimana permainan impersonal yang tidak sekedar eksistensial, namun juga universal dan transendental kehidupan ini sesungguhnya terjadi sebagaimana kesadaran Saddha para Neyya untuk tidak ceroboh melakukan kebodohan internal apalagi pembodohan eksternal baik tersurat ke permukaan atau tersirat di kedalaman ... disadari atau tidak bukan hanya rhetorika idea namun juga niatan cara plus konsekuensi dampak lanjutnya .



BUNGKAM  ATAU BICARA ?
Konsideran Dilemmatik : HUJJAH MULIA UNTUK KEMBALI BUNGKAM,  SEEKER ? bungkam itu aman & nyaman
1. bungkam karena : kerepotan eksternal atau keribetan internal (dalih excusitis kenyaman penghindaran ?)
2. bungkam karena : kesungkanan & keriskanan (sensitivitas & stabilitas yang sudah ada )
3. bungkam karena : ketepatan & kepatutan ( dialektika paradigma & rhetorika komunikatif  ?)

WHY NOT IF SHARE Jangan bungkam 
1. VERSUS : KEBODOHAN INTERNAL & PEMBODOHAN EKSTERNAL (kepedulian atau kejengkelan ?)
2. VERSUS = Kita hanya layak dan berhak menerima apa yang kita berikan vs kelelahan / keletihan pencarian & kesesatan/ kesusahan penempuhan fase dagelan nama rupa  figure berikutnya
3. VERSUS :  INGAT dan tepati janjimu 

Hidup adalah pilihan. Sebagai seeker kami memang  memilih  pandangan panentheistic ini untuk menjaga arah pandangan yang relative lebih benar, bijak & bajik dalam keseluruhan untuk senantiasa true, humble & responsible selaras dengan realitas kenyataan yang terjadi.
Segalanya (aneka keberadaan laten deitas dsb) tampaknya memang berawal dari Sentra KeIlahian Satu yang sama (Impersonal Transenden God?) dan berada dalam mandala DeitasNya kemudian secara ideal laten Deitas seharusnya akan kembali kepadaNya … namun dikarenakan orientasi berpandangan, berpribadi & berprilaku serta realisasi penempuhan, pencapaian & pencerahannya akan mencapai level yang berbeda walau dalam area mandala deitas keIlahian yang sama . Kami mengutarakan ini dengan tanpa maksud sama sekali untuk membela yang satu apalagi harus mencela lainnya namun ini agar kita memang harus tetap swadika untuk bijaksana menerima keniscayaan atas kesedemikian konsekuensi logis & ethis yang secara kosmik berlaku.  Well, harmoni dimensi memang perlu dilakukan dalam peran semesta ini demi kebersamaan namun evolusi pribadi tampaknya memang tetap harus dilakukan secara mandiri dalam kesendirian sebagaimana harusnya (aktualisasi impersonal > transaksi personal > defisiensi individual)

1. bungkam karena : kerepotan eksternal atau keribetan internal (dalih excusitis kenyaman penghindaran ?)
kutipan : Corona 5 
SEEKER PROJECT FOREVER (gnosis wisdom exodus) 
masih ribet & repot .... banyak beban tugas dari peran eksistensial diri yang perlu pemantasan & ketuntasan. Rehat . 
CORONA  5 
Tampaknya saat ini situasi kondisi sudah mulai cukup kondusif ... virus sudah adaptif & imun vaksinasi - iman resistensi sudah kembali effektif ?  Dunia sudah tidak lagi galau dan mulai normal lagi berputar .... antara sakau mengumbar keakuan/kemauan dan mulai kacau menebar kebencian/ kerusakan seperti biasanya ? (konflik luar /dalam negeri sudah mulai lagi ... jika tidak pekok & heboh (kasar ? ganti saja : sakau dan kacau ... terserahlah) hidup memang tampak terasa tidak 'hidup',ya... ?  Hehehe. 
Tetaplah waspada untuk tetap terjaga, ah ... agar bisa menjaga & berjaga .... intinya jangan lengah terpedaya senantiasa memberdaya ... bersamaan dengan proses berjalannya waktu tanpa dapat dicegah kita semakin tua melapuk (walau tidak berarti mencapai kedewasaan psikologis apalagi pencerahan spiritual) ... tanpa covid kita masih tetap bisa sakit. bahkan tanpa sakit kita bisa saja mati (konsekuensi dualitas kehidupan) plus kelanjutannya juga, lho ... karena sebagaimana kita saat ini yang secara akumulatif terniscayakan faktor karmik/kosmik lampau diri kita dulunya demikian juga nanti ... well, setiap diri pada hakekatnya sedang melayakkan dampak effek akumulatif dirinya secara karmik/kosmik demi saat nanti melalui tindakan batiniah/zahiriah dirinya sendiri sebelumnya. So, perhatikan sikap batin & tindakan (mental, verbal & aktual) kita di setiap kekinian dimanapun dalam sikon & peran apapun juga. 
Jadi inget Sang Ariya Buddha Gautama & Bhante Moggalana yang walau telah mencapai Nibbana sekalipun tetap harus menanggung beban karmik dosa/ kesalahan dari kehidupan samsarik lampaunya (apalagi kita yang nota bene belum mencapai layer evolusi pribadi lokuttara masih di bawah level brahmanda bahkan tersekap dalam peran label kamavacara). Bagaikan bayang-bayang yang mengikuti keberadaan diri demikianlah dampak karmik/ effek kosmik kebodohan, kesalahan & keburukan berpandangan, berpribadi dan berprilaku akan menyertai perjalanan kehidupan keabadian kita ... cepat atau lambat (dalam peran dagelan nama rupa saat ini atau setelah ini ataupun pada saatnya nanti ) apa yang dituai  niscaya akan kita petik juga buahnya. Well,demi keutamaan untuk menjaga keperwiraan, keterjagaan dan kewaspadaan yang lebih dewasa (utama, benar & nyata) tetaplah reseptif & antisipatif untuk menjadi autentik & holistik dalam kesedemikianan tertib kosmik keseluruhan ini ... nafikan sementara walaupun mungkin memang senantiasa tetap ada kemungkinan ahosi karma , fasilitasi pengampunan / pelimpahan lainnya yang bisa saja terjadi (aktualitatif > identifikatif > eksploitatif). Dengan demikian Evolusi pribadi , Harmoni dimensi & Sinergi Valensi tetap berjalan selaras dan terniscayakan kelayakannya secara murni sebagaimana harusnya secara eksistensial, universal & transendental. Keutamaan > Kebenaran > Kenyataan ... ada bonus nilai plus untuk meningkatkan/melampaui kualitas kelayakan yang lebih baik yang juga mencegah keterpedayaan yang menjatuhkan (optimis kepercayaan diri  atau opurtunis pengharapan lainnya ?) dan faktisitas pembatasan (dinamika konfiguratif keberuntungan eksistensial atau kemalangan universal ) yang mungkin juga akan terjadi. DST
LANJUT NANTI SAJA ... PC utama hang, tinggal NB tua untuk tugas lainnya. 
AKHIRNYA SUDAH BISA LAGI ... Kecapekan kali ... kirain sudah almarhum VGA atau memorynya. 



2. bungkam karena : kesungkanan & keriskanan (sensitivitas & stabilitas yang sudah ada )

Sesungguhnya  tiada maksud sedikitpun dari kami untuk bersengaja berputar-putar selama ini. Sudah coba kami lakukan berkali-kali posting (puluhan bahkan lebih di seluruh blog kami, antara lain : just for seeker, limbah hikmah, dll) untuk memformulasikan paradigma kesedemikianan ini secara sistematis dan terstruktur sebagaimana yang kami harapkan ... walau kami tahu sesungguhnya ini sangat sungkan dan riskan untuk mengutarakannya. Kami sungkan karena kami harus tahu diri akan level kelayakan pribadi kami sendiri dan sungkan karena ini bukan hanya akan memposisikan diri kami tersudutkan bukan hanya sebagai public enemy namun bisa jadi cosmic enemy dikarenakan akan tampak sebagai kontroversi pandangan yang memyimpang dan bisa jadi dianggap membahayakan ? link AM 
Semula kami coba memberanikan diri hanya sekedar share dalam judul Suceng Selon Seeker ... namun ternyata seperti biasa macet dalam menuliskan aliran pemikiran tersebut ... padahal biasanya jika dalam kondisi bebas bisa lepas spontan leluasa mengalir. Mungkin ini - meminjam istilah teori quantum learning - dikarenakan otak kita pada dasarnya adalah prosesor visual ketimbang verbal yang susah mengutarakan keseluruhan yang utuh secara linear ? Jadi biarkan saja kami gunakan posting ini untuk membuka keran idea denga menuliskan apa saja yang mampu kami ungkapkan untuk kemudian kami edit untuk yang patut di-share saja. Tak usah dibaca karena fikiran kera (istilah meditator) ini akan melompat-lompat ...
Suceng ? suceng maksudnya jujur apa adanya.... tidak masalah menang atau kalah yang penting benar dan tidak salah . (Fair Play) link FB
Suceng sesungguhnya istilah para penjudi (ketahuan mantan petaruh tetapi kalahan, lho... kami memang bukan orang baik-baik dalam artian hidup bersih, saleh dan lurus sejak dulu ... sekarang ? semoga tidak ulangi lagu lama, ah ... sudah tua. Ibarat pohon kayu sudah gapuk melapuk menunggu maut) Jadi ingat nostalgia tempo doeloe ketika masih pekok dan heboh ... mbambung kabur kanginan (istilah jawa : keluyuran tanpa jelas arah tujuan) hingga suatu saat kami menanyakan pada diri sendiri tentang apa arti hidup ini ,mengapa kehidupan yang tidak pasti seperti ini harus kami jalani dan bagaimana harusnya kami mengamati, mengalami dan mengatasi grand desain sistem kosmik ini. Itu adalah titik balik diri untuk kembali wajar sebagaimana kebanyakan orang dan juga bahkan untuk menjadi sadar sebagai seorang seeker tentang hakekat permainan kehidupan ini. Paska reformasi 1998, dalam kewajaran beragama keluarga (sebagai muslim) kami juga menjelajah ke berbagai tempat untuk belajar agama dan norma kosmik lainnya (Kristen, Buddhisme, Mystics, etc).  Kami ingat setelah bersama seorang teman Buddhist ikut diklat manggala dharma di Vihara Mendut akhirnya kami pergi ke Jakarta ke Vihara Dhamma Cakka untuk belajar Abhidhamma kepada (mendiang) Bapak Pandit J Kaharuddin (namun gagal ... walau sudah berpapasan sebetulnya ... seorang mahasiswa STAB memberi kami buku Mahasatipatthana saat itu ... tanpa tahu arti pentingnya saaat itu ; disamping itu kami juga ke Radha Soami satsang beas memperoleh referensi mystics dari tokoh pengurusnya dan Anand Khrisna Ashram meditasi katarsiS osho therapy stress managemen dan bertemu seorang penempuh lainnya.  Well, pengalaman berkesan sebagai seeker ... sebelum kami akhirnya memutuskan untuk kembali wajar membumi hingga saat ini. 
Selon ? selon juga istilah para penjudi artinya puputan, habis-habisan ... nekat mempertaruhkan segala yang dimilikinya di meja taruhan 
Seeker ? istilah umum untuk pencari kebenaran (sebatas referensi seperti kami truth seeker namun belum menempuh/menembus realisasi True Seeker .padaparama ?)

3 Pertanyaan Mendasar = JUST SAY REKAP   (pertanyaan eksistensial diri seeker ?)
1. WHAT = apa arti hidup ini ,
2. WHY = mengapa kehidupan yang tidak pasti seperti ini harus kami jalani dan 
3. HOW = bagaimana harusnya kami mengamati, mengalami dan mengatasi grand desain sistem kosmik ini. 
Itu adalah titik balik diri untuk kembali wajar sebagaimana kebanyakan orang dan juga bahkan untuk menjadi sadar sebagai seorang seeker tentang hakekat permainan kehidupan ini. Susah juga mengutarakan ini 

Langsung saja, kelamaan ...
apa itu monkey mind awalnya tadi ? pengakuan dosa atau pengemasan kerendahan hati ? mengagungkan ketinggian diri memang akan jelas tampak sebagai kesombongan yang tersurat namun menunjukan kerendahan hati itu terasa seperti pengalihan diri dan bahkan pembanggaan diri yang tersirat ?
Walau tanpa energi (kemarahan seperti biasanya ?) dengan kesadaran niatan untuk sekedar menuntaskan janji untuk berbagi walau tanpa pemantasan kemasan normatif religius spiritual yang sebagaimana harusnya ... kami ungkapkan hipotesis paradigma ini. Bisa jadi ini akan menjadi gelombang liar pengertian yang akan memporak-porandakan kemapanan lautan yang tenang ... hening dalam kesemuan, mapan dalam ketidak-mengertian bahkan kokoh dengan bangunan kepalsuannya. Saatnya kita memahami Grand Design permainan keabadian ... dagelan nama rupa di seluruh mandala ini hingga kita mampu beraktualisasi secara holistik, harmonis dan sinergik dengan tanpa perlu mengalienasi diri (Mystic pantheistic or paradigma sudhavasa ? ) apalagi saling mengeksploitasi  (atta & loka dipatheyya). Being true, humble & responsible adalah keniscayaan yang seharusnya sadar dilakukan karena kaidah kosmik yang transenden impersonal tidak naif butuh pengakuan, liar rakus perhatian dan tetap suci dalam kearifanNya atas liarnya kebebasan yang dibiarkan tersebut akan memaksakan segalanya yang terlingkup dalam script skenario drama dalam dharma ini, Sadarilah sesungguhnya kita senantiasa  berhadapan dan berada dalam Dia yang jeli, suci dan adil demi ketertiban kosmik mandalaNya. Kita tidak mungkin mampu berdusta, mengagungkan diri apalagi lari dari tanggung jawab karena segalanya tergurat jelas di antahkarana jiwa dan impersonaly/ automatically akan keterniscayakan proses kelanjutannya sesuai dengan avijja kebebasan yang diberikanNya ( juga termasuk untuk KeIlahian Impersonal Transenden Lokuttara > Keilahian Transpersonal Brahmanda > KeIlahian Personal Kamavaca ?).     

BAHASAN =  kerusuhan REFORMASI 1998 
menjarah,  etc ? kebiadaban bangsa (yang menganggap/mengharap diri) beradab ? Haruskah demi transisi sejarah manusia (reformasi, revolusi, suksesi kepemimpinan etc) perlu mengorbankan sisi kemanusiaan kita. Niat (buruk/ busuk) bisa tersirat dirasionalisasikan pembenarannya namun cara tetaplah yang menentukan karakteristik personalitas diri kita sebenarnya . Para satrio piningit ... seluruh warga bangsa (apapun agama, ras suku anda) ... jadilah pemimpin yang bisa ngemong (menjaga kebersamaan) bukan hanya pemimpi yang asal ngomong (menghasut perselisihan). Siapapun orangnya terserah yang penting caranya nggenah & membawa berkah.  
Keberadaan sebagai manusia adalah amanah yang susah dicapai (bagaikan peluang kura-kura buta, Buddhist?)  bukanlah sekedar anugerah istimewa yang diberikan agar kita merasa bebas seenaknya untuk berhak menggunakannya untuk membuat musibah (bukan kepada diri sendiri saja yang sudah pasti namun akan berlipat ekstra jika ditujukan pada lainnya ... ingat mandala ini homeostatis yang interconnected dalam equilibirium ... kita tidak akan pernah mungkin bisa menyakiti yang lain tanpa melukai diri kita sendiri - Kaidah kosmik tentang Kasih ). Bagaimana mungkin kita merasa patut akan dapatkan surga kelak jika kita senantiasa membuat neraka (kebencian, kejahilan & kerakusan) kepada diri sendiri dan menyebarkan neraka (kerakusan, kekejaman & kebejatan) kepada lainnya.  Di dimensi terburuk mandala ini (bahkan niraya lokantarika sekalipun) jiwa ini walau tetap terpaksa diterima demi keseluruhan namun  tidak akan dirindukan/ diharapkan keberadaannya apalagi di dimensi yang lebih mulia (surga / termasuk : eteris & duniawi juga, lho/ - selain surga nikmat astral perolehan kebaikan , surga hikmat mental triloka keahlian penciptaan ; bahkan kembali ke dimensi ilahiah samsarik jhana 1 sd 3 abhasara etc , mantap seimbang di jhana 4 atau terlelap di anenja brahma, swadika di suddhavasa (tanpa delusi lobha, dosa dalam keEsaan ) bahkan lokuttara nibbana (tanpa juga moha "diri' - 'alam' - 'inti"). 
LINK : MUSTARIH VS MUSTAROH
Well, walau secara pribadi kami memandang setiap level, layer dan label keberadaan (baik nista atau mulia) tetap setara dan mutlak ada dalam desain holistik keseluruhan ini ... namun layakkan diri untuk senantiasa selaras dalam kaidah kosmik Dharma  (Dharma kebenaran yang tersirat dari Dhamma kenyataan yang tersurat ) walau karena Avijja kita seakan bebas menyimpang juga dengan konsekuensi dampak karmik pada setiap effek kosmik secara internal dan eksternal.  Keberadaan manusia adalah keberadaan mediocre (sebagaimana juga chaurasi keberadaan lainnya kita kelak .. 84 juta jenis keberadaan di alam semesta alamiah / layer mandala ilahiah ini, yogin ? termasuk petta asura/yakha di barzah eteris karena kelekatan eksistensi , pengharapan & penganggapan tanpa peniscayaan kelayakan ke dimensi yang lebih murni, hewan karena standar kebuasan/ kebodohan kita dominan untuk melayakkan ke level ini , 'Laundry' niraya karena parahnya antahkarana batin 'setan' kita (internal bukan eksternal, lho .... moha, lobha & dosa - kepekokan/kehebohan , kecanduan/ kerakusan , kebencian / kekejaman ... asava MLD keakuan/ kemauan kita sendiri itulah 'konsep' setan sesungguhnya), dst. Kami tidak menafikan adanya pelabelan umum 'figur' kosmik tertentu sebagai "setan" (?) seperti para petta , asura , mara dsb.  Tiada maksud sedikitpun dari kami untuk membela pandangan kami atau mencela anggapan tersebut namun bisakah kita melihat segala sesuatu dalam perspektif yang lebih luas dan arif akan desain kosmik yang ada ... ada sejumlah petta yang tampak mengerikan karena ketidak -beruntungan dalam proses kematiannya (kecelakaan, penyakit etc) , tidak semua yang terjatuh (asura) atau hanya mampu mencapai level rendah (yakha) bahkan yang harus menanggung beban kecenderungan sebagai hewan ataupun membersihkan noda batin di niraya . Hargai keberadaan segalanya yang saat ini menjalani beban peran yang ditanggungnya (reaktif atau responsif untuk pelayakan berikutnya ?). 
Hati-hatilah bisa jadi yang kita cela adalah yang kita puja adanya atau bahkan berempatilah karena mungkin bisa jadi itulah justru diri kita sendiri nantinya. Dalam desain kosmik yang dinamis dalam proses evolusinya ini sesungguhnya tidak perlu mencela atau membela apapun juga .... karena setiap dari yang ada sesungguhnya adalah bagian dari keseluruhan yang sama.  Sebagaimana bola yang kita lempar ke dinding akan kembali terpantul ke kita demikianlah segala pandangan / tindakan akan berbalik kepada empunya. Intinya : pring podo pring ... ojo daksiyo marang sasomo (segalanya hakekatnya beresensi sama asalnya .. walau beda buihnya namun tetaplah air di lautan yang sama adanya. Tak perlu merendahkan lainnya. Ojo dumeh ?). Dalam kesedemikian ini bukan karena penganggapan / pengharapan namun keselarasan peniscayaan yang senantiasa terjadi akhirnya. 
   
Link data : 
promo neraka

          Link video : 


 LIMBAH HIKMAH DRAKOR BULGASAL
DRAKOR
Drakor Bulgasal Sub Indo by movie
Sekilas kami melihat walau unik dan menarik agak absurd juga plot ceritanya (transmigrasi beban karmik antahkarana arus kesadaran jiwa pribadi lain ?) link .
Namun demikian sebagaimana biasa selalu ada hikmah yang bisa kita ambil dari limbah apapun juga di mana saja selain ketersentuhan hati untuk menyerap idea yang lebih dalam (absorpsi intuitif untuk reversed inferensi disamping referensi intelek minus realisasi insight.... maklum padaparama, nih) ataupun sekedar penghiburan romantisme identifikatif semata (hehehe ... sati untuk indria samvara kami akui memang payah ... sila visuddhata & dana paramitta ? masih parah juga. citta & panna bhavana apalagi ...  zero,bro. Ritual formal puja & etika saja masih kacau balau ... HOPELESS & HELPLESS ? ) 
Samsara ini memang menyusahkan dan sering menyesatkan .... tetapi mengasyikan juga, ya ... hehehe. (Guyon ... semoga bersama figur lainnya tetap ndagel secara patut tidak mbacut mbadut )
BAHASAN = Drama & Darma ?
Kami tidak tahu kenapa kami memulai dengan drama ini pada mulanya (Drakor lagi ... payah & parah, deh ?) Namun kemudian kami menyadari ini adalah cara kami mencari celah untuk masuk tanpa harus vulgar menggurui lainnya (prinsip majeutike, Socrates ?) ... Sial, bukan hanya membingungkan lainnya namun juga mengacaukan plotting pembahasan yang seharusnya langsung mengarah saja ke pokok permasalahan ... directly & deductive ? (aksiomatis & dogmatis ... wah, nggak asyik, nih ) ... Niat & cara tidak sinkron (walau lebih cepat & mudah ... hehehe, jadi inget jurus lempar handuk kasih kunci LKS, cegat kisi-kisi sebelum PTS/ PAS ... kalau masih gagal KKM ? jurus statistik Excel untuk  menyesuaikan target minimal yang didapat di Vlook-up dan nilai ideal yang optimal terkemas dalam riasan indah , megah & ilmiah sesuai yang ditetapkan ... walau diakui kelihaian bukan kemurnian ini memang agak curang , kepakaran gaya /nguntul, ngentul, ngentel / dan kecakapan daya akademisi ternyata cukup "berguna" juga dalam kebersamaan ini, Pascal  : society is hypocricy 
BAHASAN =  TENTANG DRAMA DHARMA 
kehidupan ini drama kita semua (sesungguhnya walau lebih nyata namun tidak hanya pekok tetapi juga sangat heboh melebihi K-drama ... jika mulai baper , saran kami lihat shooting behind scene nya ... pemeran yang berkonflik ternyata malah akrab dan cengengesan satu sama lain ... genius berinteraksi akrab dalam kebersamaannya walau memang serius berkolaborasi dalam pemeranannya sesuai script writing skenario yang ditetapkan ... seperti politisi ? nggak /mau/ tahu ! ). 
Walau mungkin dalam ketidak-mengertian, ketidak-perdulian dan ketidak-berdayaan tetaplah meniscayakan kita saat ini menuju kelayakan kita saat nanti (akumulasi karmik peniscayaan dhatu atas  selama proses  kehidupan abadi jiwa ini dsb).
Ovada patimokha di bulan Magha + apamadena sampadetha ? Apa ini ... ? Oh, ini tips terakhir di Epilog setelah Prolog teaser & monolog bahasan harusnya.

Bulgasal :E. 02 00:11:55 --> --> 00:12:27
 Wejangan Dan Geuk kepada anak angkatnya Dan Hwal 
https://www.youtube.com/watch?v=0QGMHbEeWik&list=PLZZa2J4-qv-bArw3CyIC_LkfVRoTjoG7_&index=1&t=1m34s

00:11:55 --> --> 00:12:27
You are not a Monster.
You were born a human and lived as human
You have the heart of a human.
So live as one 

00:02:32 --> --> 00:02:59
Kau bukan Monster.
Kau terlahir dan tinggal sebagai manusia.
Kau punya hati manusia.
Jadi hiduplah manusiawi sebagai manusia
di setiap mandala keberadaan yang ada kesadaran evolusi pribadi tetap dilakukan namun kewajaran harmoni dimensi juga harus diusahakan dan juga sinergi valensi. Di setiap layer keberadaan (dari lokuttara hingga lokantarika sekalipun) ada level yang harus diberdayakan, ada label yang harus dibersamakan untuk bisa menerima, mengasihi dan melampaui.
Seperti air yang sama di samudera demikianlah kita ...  walau tetap setara di kedalaman awalnya namun tampak  sebagai buih yang berbeda di permukaan kita memang tampak beda. Equal but Respect ... kesetaraan dalam penghargaan dalam keseluruhan sesuai dengan peran yang dimainkan. ingat salam namaste. 
karena kita semua sesungguhnya menghadapi ketak-terhinggaan holistik dinamis yang berlevel tanpa batas bukan sekedar keterbatasan neurotik stagnan yang hanya dilabelkan kesempurnaan 

Bulgasal E 14 00:43:31,388 --> 00:43:34,349

rasionalisasi pembenaran kepentingan Ok Ul Tae provokasi Kwon (ironis ?)
Sometimes, those who aren't human reincarnate as one.        
Adakalanya makhluk yang bukan manusia, terlahir menjadi manusia.
( dalih pembenaran dengan dalil kebenaran ?)
Adalah kebodohan untuk membodohi diri sendiri apalagi diperluas dengan membodohi lainnya (dosa ~ amal jariyah ) . 
Penyesatan sebagaimana pencerahan bisa saja (perlu ?) ada namun celakalah yang melakukannya (Kel 20 :7?) ... karena walau ada pembiaran kebebasan namun setiap effek kosmik (mentally, verbally & actually) akan berakibatkan dampak karmik bagi pelakunya .Segalanya terjadi sebagai peniscayaan .... Diperlukan keberdayaan autentik holistik pelayakan tidak sekedar kepercayaan penganggapan dan pengharapan belaka.
Jangan meng-kambing hitamkan (konsep/figur) setan untuk segala kebodohan, ketamakan dan keganasan kita. Tanpa godaan setan eksternal sekalipun, internally kita sudah cukup parah dan payah melakukan kesalahan, keburukan dan kekejaman apapun juga.   
Jangan memperdayakan (konsep/figur) Tuhan. Sesungguhnya Dia tidak sama pekok dan hebohnya sebagaimana kita yang masih naif dengan pembanggaan diri, liar dengan pengumbaran nafsu dan ganas untuk menghancurkan  sesamanya ( guardian personal kamavacara "Tuhan" lainnya ?)
Sungguh seluruh mandala semesta ini tersedia cukup bagi semuanya namun tidak akan pernah cukup untuk memuaskan kesombongan, keserakahan dan kedurjanaan seorang manusia sekalipun.

BAHASAN =  stigma kadrun ? Triade Manuver Target = mencari celah - menjadikan tercela - membuatnya celaka  
Link video : 
KRITIK RELIGI
 
Bhante Pannavarro : Jangan membuat stigma 
https://www.youtube.com/watch?v=dftKwUoJHZ8&list=PLZZa2J4-qv-ZLGcgdRBKNg5HaIsp9DJ5G&index=8&t=29m8ssetiap jiwa walau tampak beda namun sama & setara dihadapanNya ( ariya atau asura, hewan atau manusia, dewata atau petta etc  ?) 

Ini guyonan ? bukan ... kami harus tanggap & empati atas misunderstanding (blunder & manuver ... benar saja masih dicari celah salahnya , apalagi kalau bisa salah & disalahkan ... berbahagia di atas derita orang lain ?; merasa mulia dengan menista lainnya ? NO WAY.
Ada 3 humor versi Osho : laughter (tertawa ).... link artikel Osho mana ? 
satu, black humour (dengan cara mentertawakan orang lain kita merasa bahagia ? batin yang sakit ... namun sadarkah kita bahwa kita senantiasa merasa wajar untuk melakukannya setiap saat ... kita adalah badut yang merasa nyaman dan bahkan senang jika badut lain ditertawakan/ direndahkan karena dengannya kita merasa masih/ tetap / makin mulia daripadanya ... Schaden Freude : senang lihat orang lain susah, susah lihat orang lain senang ? See : Brahma Vihara di bawah.
dua, self humour mentertawakan kekonyolan diri sendiri ... cukup sehat 
tiga, cosmic humour mentertawakan permainan kosmik / 3 laughing monk = 3 serangkai rahib tertawa/... dianggap guyonan tertinggi ? (sadar namun tidak wajar malah terkesan kurang ajar ?) 
BAHASAN =  Brahma Vihara ?   
Brahma Vihara ... Singkatnya Brahma artinya Tuhan, Vihara artinya rumah / kediaman. Jadi Brahma Vihara secara harfiah artinya menjadikan diri (konteks Panentheistic X pantheistics = spiritualitas batiniah bukan eksistensialitas zahiriah) anda sebagai 'rumah Tuhan'. Ini bukan berarti anda menganggap (mengidentifikasikan / mengilahkan) diri atau bahkan berharap (dideifikasikan/ diilahkan) lainnya sebagai Tuhan. Namun kaidah appamana Brahma Vihara ini adalah mengaktualisasikan diri agar anda layak menjadikan diri anda murni untuk memantulkan (bukan memancarkan ) bagi kuasa , kasih & ilmu Tuhan secara utuh ... bagaikan rembulan yang memantulkan cahaya mentari. (paradigma humble universal : meng-Esa tanpa meng-aku sebelum nanti paradigma true transendental : kiriya anatta ... meniada walau ada ... tentu saja setelah paradigma responsible existensial : genah nanging ngelumrah ... aktualisasi murni kesadaran di kedalaman dengan kewajaran ke permukaan ... menghindari keburukan agar tetap murni mukhlish tidak terjatuh apalagi jika sampai muflish bangkrut dijatuhkan karena keburukan meluas tidak hanya internal namun external juga, menjalani kebaikan untuk meningkat/ berkembang dan selaras akan keniscayaannya ... tanpa benalu pengharapan (pamrih, pahala bahkan parami ?) juga jerat penganggapan (istilah sufismenya : lillah billah dan fillah /untuk, dengan & dalam Tuhan/?... menjalani kebaikan semata demi kebaikan itu sendiri ... karena memang demikianlah keselarasan itu dilaksanakan ... susah, ya ...
Nanti saja kita bahas lagi paska Monolog pada epilog Ovada patimokkha ). 

Tentang Sakshin =
abhidhamma (filsafat psikologi metafisik ilmu jiwa tanpa jiwa ?) & mahasatipatthana (panduan taktis sakshin )
Terima kasih, Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas referensi Abhidhamma yang diberikan.
 

Bagaimana ini ? Bikin link pilahan dulu supaya idea tidak ruwet ...Gagasan utama , gagasan baru, referensi lama , link rujukan (data / media) , etc . 
REHAT DULU ... walau externally tidak repot, namun internally masih ribet ...
SIAL ... gangguan eksternal lagi. (TEPATNYA : TERGANGGU EXTERNALLY .... KARENA BATIN WALAU SUDAH TUA NAMUN MASIH BELUM DEWASA ... tidak ada yang salah dengan yang di luar karena fenomena kesedemikianan memang bisa jadi akan seperti itu akumulasi peniscayaannya ....  kebodohan, kesalahan dan keburukan (walau tanpa menafikan trigger eksternal namun hendaknya dipandang dalam keperwiraan demi proses pemberdayaan tumbuh berkembangnya kebijaksanaan holistik berikutnya adalah mutlak ketidak-tepatan atau kebelum-manpuan sikap batin internal dengan tanpa mmbuat celah mencari cela apalagi celaka lainnya untuk seharusnya senantiasa menerima, mengasihi dan melampauinya ... menerima apapun juga kenyataan eksternal ? walau sulit bersikap realistis adalah eksistensialitas sikap batin yang memang harus dilakukan baik dengan keswadikaan atau dengan keterpaksaan ? -  mengasihi keberadaan siapapun saja ? susah tetapi kaidah kasih universal juga harus dikembangkan untuk universalisasi diri  - melampaui apa ? melampaui diri sendiri bukan figur lain ... cangkang keterbatasan avijja diri (?) akan impersonal reality dari keseluruhan / kesedemikian ini sebagai esensi kemurnian transendental tidak hanya medan energi keilahian universal apalagi sekedar figure massive pemeran keberadaan eksistensial ). Ribet ... terpaksa pakai cara deduktif  tidak lagi induktif majeutike, socrates ? Jadi dogmatis ?... waspada spiritual materialism ( Just idea ? hanya pandangan kebijaksanaan untuk sadar akan perspektif keseluruhan di kedalaman namun tetap wajar adaptif dalam dagelan nama-rupa yang harus diperankan ke permukaan ... bukan belenggu untuk fanatisme apalagi militansi agar tidak terjatuh dalam 'sacred monistic' beranggapan sempurna bagi standar ganda pengagungan diri untuk pembenaran addhamma bagi kepentingan selfish directly secara kasar / indirectly secara lihai (dalil demi dalih, etc). Just area ? memandang keberagaman layer, level & label sebagai gradasi pelangi mentari ketimbang hirarki kemuliaan. Just method ? bukan doktrin kepercayaan hanya metode pemberdayaan ( alternatif yang senatiasa harus disikapi terjaga & terbuka bagi pembuktian & perevisian tanpa pelekatan ... walau benar secara Realitas  Saddhama sekalipun apalagi jika sebaliknya )   

3. bungkam karena : ketepatan & kepatutan ( dialektika paradigma & rhetorika komunikatif  ?)
KONSIDERAN berbicara = Berkata harus benar tetapi tidak senua yang benar harus dikatakan 
prolog tentang pandangan  Konsideran mistisi sufisme & ahli hikmah 
Meminjam istilah Mistisi Ibn Araby ('biar hati ini menjadi makam bagi rahasia-rahasia')., mungkin akan menjadi nyaman juga bagi diri sendiri dan keseluruhan jika kemudian kami senantiasa menundanya dan menguburnya kembali dan berkata dalam hati biarkan logika pemikiran ini tetap tersimpan aman di tempatnya karena memang tidak harus, perlu dan patut untuk diungkapkan ke permukaan. 
Jalaludin Rumi : tentang hikmah (Dilema Faqir) = Janganlah kamu berlaku zalim dengan tidak memberi kepada orang yang berhak menerimanya. namun janganlah kamu berlaku fasik dengan memberi kepada orang yang belum layak menerimanya. 
Seorang ahli hikmah (mungkin Ali b Abu Thalib ra) ada menyatakan : bicaralah hanya ketika anda memang perlu bicara namun janganlah bicara jika hanya ingin bicara .... mungkin ini dimaksudkan agar hanya kebenaran, kebajikan dan kebijakan yang terungkapkan dengan kesadaran holistik, ketulusan harmonis dan kepolosan autentik bukan sekedar estetika hipocricy kepantasan , apalagi kepicikan yang kasar (reaktif paranoid neurotik)  dan kelicikan yang lihai (manipulatif, provokatif , intimidatif). Cahaya (esensi murni) tampaknya memang seharusnya meniscayakan pelayakannya sebagaimana cahaya secara alami dan murni yang (maaf) bukan 'hanya' berguna memberdayakan untuk terpancarkan ke permukaan namun terutama demi pemurnian/kemurnian di kedalaman. Terlalu 'rendah' dan justru akan me'rendah'kan saja jika internal drive kewajaran peniscayaan ternodai eksternal motive kepamrihan pemantasan apalagi pengharapan demi sekedar kebanggaan pengakuan dan atau pembenaran kepentingan belaka. .....(walau mungkin ini bisa juga rambatan keakuan yang lain untuk kesemuan pengharapan perfectionist atau jangan jangan karena kekikiran tidak ingin interaksi berbagi ... entahlah ... yang jelas mood untuk spontan meng-inferensi data dan mengekspresikan idea masih macet saat ini ).

 
spirituality is simple but not easy 
spiritualitas sebenarnya sederhana namun tidak mudah (difahami & dijalani )

Tampaknya memang cukup mendesak untuk perlu langsung dituntaskan segera. Walau sejujurnya harus melompat dua langkah agar langsung deduktif hypothesis tanpa lagi melalui tahapan induktif terstruktur (?)  dari rancangan semula yang terus menerus 'mbulet' berputar-putar saja. Tanpa referensi yang memadai bahkan tiada realisasi sama sekali malu / ragu dan  agak riskan/ sungkan juga karena akan bersinggungan / berbenturan (?) dengan risalah ajaran yang sudah mapan terbumikan.... inilah hipotesis paradigma yang kami ajukan akhirnya.  Curhat selesai , langsung to the point.saja dulu.
Dari : Just Quotes ( https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share.html )
Blog Just Share dibuat sebenarnya bukan sekedar kami perlu blog baru yang lebih fresh ataupun hanya untuk nyelamur/ ngabur untuk posting yang lebih mendasar & menyasar namun agak sungkan/ riskan untuk diutarakan ke khalayak awam kebanyakan .... well, katakanlah ini khusus bagi para seeker yang cukup dewasa, cerdas & bijaksana dalam mencerna tanpa naif menyela apalagi liar mencela untuk paradigma pandangan yang baru & beda.  Jika tidak demikian maka sesungguhnya bukan hanya menyusahkan kita (pada saat ini) namun juga dirinya sendiri bahkan lainnya juga kelak. Ini mungkin (dipandang) tidak berguna atau bahaya? bagi lainnya (untuk tujuan pembenaran kepentingan keakuan & kemauan walau mungkin dalam keterpedayaan diri sendiri bahkan malah memperdayakan lainnya juga?) namun bisa jadi akan bukan hanya memang berguna namun juga tidak perlu tercela bagi para seeker (dalam niatan pemberdayaan kesejatian jikapun belum dalam tataran realisasi evolutif pencapaian minimal dalam wawasan orientasi berpandangan) untuk saling berbagi.


WHY NOT IF SHARE Jangan bungkam 
1. VERSUS : KEBODOHAN INTERNAL & PEMBODOHAN EKSTERNAL (kepedulian atau kejengkelan ?)

Sabbe satta bhavantu sukhitata ?  = Semoga semua makhluk berbahagia 
Sabbe satta bhavantu appamada ! = Semoga semua makhluk terjaga  
(kebahagiaan atau keterjagaan ?) 
Dalam ketidak-tahuan orang memang bisa bahagia (walau terpedayakan kegembiraan semu bahkan dengan membawa penderitaan lainnya ).
Hanya dalam keterjagaan kebahagiaan sejati ada ... selalu memberdayakan & tidak memperdayakan.
Apa yang ada di benakmu, seeker ? 
Penghindaran dengan dalih semu kerendahan hati , amanah kebersamaan atau apalagi ? Sama sekali tidak berguna dan bahkan malah tercela. Just say .... katakan saja apa adanya inferensi desain kosmik dan kaidah dharma yang menunjangnya segera ... tak usah berputar-putar lagi. 
keselarasan = keterjagaan > keberdayaan > kebahagiaan (INTERNAL > EKSTERNAL )

2. VERSUS = Kita hanya layak dan berhak menerima apa yang kita berikan vs kelelahan / keletihan pencarian & kesesatan/ kesusahan penempuhan fase dagelan nama rupa  figure berikutnya 

Well, bahkan jikapun kemudian kami memang harus berperan sebagai petta apaya di lembah barzah (ataupun bahkan niraya lokantarika sekalipun) kami tetap berharap memory file ini kelak akan kembali selalu mengingatkan, menyadarkan & menguatkan kita dalam hikmah kebijakan atas kebajikan Kasih Tuhan pada kebenaran Mandala DhammaNya demi pertumbuhan perkembangan kebaikan & perbaikan selanjutnya ... untuk inilah segalanya dalam sisa hidup ini kami persembahkan bagi semua (termasuk diri kami juga tentu saja). Sejujurnya walau kami memang seharusnya mencintai kebenaran (atau lebih tepatnya : memang harus menerima kebenaran dalam kenyataan apapun juga itu) namun kami memang belum sepenuhnya melayakkan diri dalam menjalaninya (so ... apapun juga termasuk yang terburuk sekalipun bukankah juga layak jika kami /sebagaimana juga kita & mereka semua tentunya/ menerima keniscayaan sebagaimana adanya.)
Memang sungkan & riskan harus jujur menyatakan idea kebenaran yang belum tentu memang demikian adanya (Well, seeker perlu bukti faktual kepastian yang nyata tidak sekedar peyakinan kepercayaan rasional dogmatis belaka ... semacam keberdayaan magga phala bagi ariya?) dan belum mampu juga dilayakkan dengan penempuhan apalagi memang terbuktikan dengan pencapaian & pencerahan yang diharapkan. Well, lagipula jika saja terjadi ada kesalah-fahaman ini bukan hanya bisa 'melukai ?' keberadaan/ kepentingan lainnya namun juga diri sendiri ... bukan hanya effek kosmik saja namun juga dampak karmik juga, lho.
Terakhir ,  untuk kembali membumi lagi .... tanpa harus teralienasi obsesi internal  & tiada perlu lagi ambisi eksternal ..... karena segalanya adalah keniscayaan yang harus dilayakkan dalam pemberdayaan (tidak sekedar kepercayaan apalagi pengharapan belaka) dan apapun juga itu adalah kebijaksanaanNya yang terbaik bagi kebaikan kita semua 

3. VERSUS :  INGAT dan tepati janjimu 
MULAI

Sadhguru Yasudev Quotes : 
Whatever you have – your skills, your love, your joy, your ingenuity, your ability to do things – please show it now. Do not try to save it for another lifetime.
Apa pun yang Anda miliki - keterampilan Anda, cinta Anda, kegembiraan Anda, kecerdikan Anda, kemampuan Anda untuk melakukan sesuatu - tolong tunjukkan sekarang. Jangan mencoba menyimpannya untuk kehidupan mendatang.
OKAY ...
Okey, Sadhguru Yasudev, tak akan kami simpan juga untuk diri kami sendiri wawasan kosmik Parama Dhamma dalam Mandala Advaita ini dengan Formula Swadika bagi keberlanjutan kehidupan saat ini dan juga bagi kesiagaan nanti … apapun yang terjadi terjadilah. Lagipula walau agak controversial bahkan mungkin akan jadi sensitive nantinya… toh niatan kami sesungguhnya hanyalah mengajukan kemungkinan saja tanpa memaksakan ini sebagai kepercayaan yang harus diterima sebagai keyakinan dogmatis / fanatic yang membuta. Ini hanyalah thesis pada antithesis pandangan anda semula untuk mengembangkan synthesis kebijaksanaan baru kita berikutnya. Sungguh tidak ada yang harus dilekati (bahkan jikapun pandangan ini ternyata tidak hanya sesuai dengan asumsi anda bahkan memang demikian realitas kebenarannya pada segala fenomena keberadaan)  dan juga tidak ada yang perlu dibenci atau ditolak (bahkan termasuk pandangan lain yang mungkin tidak hanya Dhammadipatheyya namun juga sekedar lokadipatheyya ataupun bahkan hanyalah attadipatheyya … karena setiap paradigma memiliki kebenaran dan juga “pembenaran”nya masing-masing walau tidak harus diterima dengan persetujuan namun tetap harus juga dihargai keberadaannya). Dalam mandala ini hikmah kebenaran yang sesungguhnya tinggi  bisa saja lahir dari limbah kenyataan yang semula dipandang rendah. Respek yang setara (walau  mungkin tidak harus sama) diberikan tidak hanya bagi  pandangan Buddha Dhamma, Mistik Esoteris atau tradisi Religi bahkan addhamma sekalipun namun segalanya termasuk juga atas segala zenka keberadaan yang ada (Lokuttara Dhamma, Tao, Tuhan, Brahma /termasuk level sankhara vipassana, vedana suddhavasa, sanna anenja & Rupa Brahma Jhana 4 hingga 2 Abhasara yang tidak lagi nama sukha namun sudah rupa piti ?/ ; Wilayah kamavacara:  Mara, Yama, Dewa, yakkha, Asura /iblis?, Petta/ demit?, dunia manussa, tirachana hingga niraya lokantarika dsb) karena walau mungkin dipersepsikan dalam level/label berbeda namun secara universal segalanya berada dan melengkapi posisi  keseluruhan desain ini dengan indahnya sesuai porsi perannya maing-masing …. Sigma Kuanta cahaya dari Sentra yang sama. Yang secara bijak tak perlu dibela/dipuja? walau dipandang mulia apalagi secara fasik harus dicela/dihina? karena dianggap nista. So, mantapkan kebenaran tempuhlah kebijakan dan jalanilah kebajikan namun dengan tanpa melekatinya … ini mungkin makna tersirat nasehat Dhamma Desana Bhante Pannavaro untuk diperhatikan dalam penempuhan/penembusan spiritualitas yang berimbang bukan hanya holistic pada keseluruhan namun juga harmonis untuk keswadikaan diri.

So, Wei Dan : Limbah Hikmah : E 16 The Great Show ( Wi Dae Han Show ) – Drakor

00:02:32 --> --> 00:02:59
Life is about choices.
And those choices...
come with responsibilities.
This is the time...
for me to bear that responsibility.
00:02:32 --> --> 00:02:59
Hidup adalah tentang pilihan.
Dan pilihan itu...
datang dengan tanggung jawab.
Inilah saatnya...
untukku memikul tanggung jawab itu.

OKAY ...
QUE SERA SERA, PANTHA REI .... SUCHNESS PHILOSOPHY
apapun yang terjadi terjadilah , biarkanlah segalanya mengalir apa adanya sebagaimana harusnya ..... Paradigma Kesedemikianan.
Paradigma kesedemikianan untuk keselarasan dalam keniscayaan (Parama Dharma - Mandala Advaita - Formula Swadika)

Tampaknya memang cukup mendesak untuk perlu langsung dituntaskan segera. Walau sejujurnya harus melompat dua langkah agar langsung deduktif hypothesis tanpa lagi melalui tahapan induktif terstruktur (?)  dari rancangan semula yang terus menerus 'mbulet' berputar-putar saja. Tanpa referensi yang memadai bahkan tiada realisasi sama sekali malu / ragu dan  agak riskan/ sungkan juga karena akan bersinggungan / berbenturan (?) dengan risalah ajaran yang sudah mapan terbumikan.... inilah hipotesis paradigma yang kami ajukan akhirnya.  Curhat selesai , langsung to the point.saja dulu.

Dari : Just Quotes ( https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share.html )
Blog Just Share dibuat sebenarnya bukan sekedar kami perlu blog baru yang lebih fresh ataupun hanya untuk nyelamur/ ngabur untuk posting yang lebih mendasar & menyasar namun agak sungkan/ riskan untuk diutarakan ke khalayak awam kebanyakan .... well, katakanlah ini khusus bagi para seeker yang cukup dewasa, cerdas & bijaksana dalam mencerna tanpa naif menyela apalagi liar mencela untuk paradigma pandangan yang baru & beda.  Jika tidak demikian maka sesungguhnya bukan hanya menyusahkan kita (pada saat ini) namun juga dirinya sendiri bahkan lainnya juga kelak. Ini mungkin (dipandang) tidak berguna atau bahaya? bagi lainnya (untuk tujuan pembenaran kepentingan keakuan & kemauan walau mungkin dalam keterpedayaan diri sendiri bahkan malah memperdayakan lainnya juga?) namun bisa jadi akan bukan hanya memang berguna namun juga tidak perlu tercela bagi para seeker (dalam niatan pemberdayaan kesejatian jikapun belum dalam tataran realisasi evolutif pencapaian minimal dalam wawasan orientasi berpandangan) untuk saling berbagi.
Well, demi kebaikan progress penempuhan spiritualitas kita semua .... bacalah saja dengan tenang dengan tetap terbuka dan sekaligus terjaga (tidak menyela seperti biasanya) tanpa harus segera menerima atau menolak idea yang diajukan ... tetaplah bungkam (tanpa mencela sebagaimana harusnya) walau menyetujuinya atau tidak mempercayainya dan biarkan kebenaran nyata yang selalu menjadi acuan kita walau itu sama sekali berbeda dengan keyakinan kita semula (termasuk dan terutama pandangan yang kami ajukan ini).  

Sejujurnya kami tidak ingin menjadikan ini sebagai belenggu bagi anda dan juga saya sebenar apapun itu nantinya (bisa menghalangi aktualisasi karena bisa jadi karena di sini merasa telah memiliki peta penempuhan kita sudah merasa sudah tiba di sana bahkan merasa berhak untuk melagakkan diri asal klaim identifikasi & standar ganda pembenaran 'kualitas' walau sebenarnya tiada kelayakan autentik pada saat ini dan bahkan merasa tiada perlu untuk pelayakan holistik selanjunya bahkan bukan hanya kefasikan internal namun juga kezaliman eksternal ... wah, payah & parah) apalagi jika ini tidak murni benar dan tepat sebagaimana nyatanya (dampak karmik dari effek kosmik kebodohan internal dan juga pembodohan eksternal yang harus ditanggung ... hehehe, no way .... waspadalah untuk tidak segera percaya menerima ini sebagai keyakinan tanpa pembuktian kepastiannya karena sebagai seeker itu akan lebih baik bagi kita semua tampaknya ).
Dengan tanpa maksud mencitrakan kerendahan hati (semu?) karena adalah kejujuran diri (asli!) bahwa paradigma yang kami ajukan ini ( tepatnya mungkin bukan kami tetapi saya pribadi sendiri saja ) murni pengetahuan imaginasi filosofis inferential belaka bukan pengalaman  realisasi realistis experential  ... semoga tiada dusta & duka di antara kita. Jadi, saya lebih suka jika para seeker walau memang tetap perlu tebuka untuk dewasa tanpa tercela mencela (menjaga diri dari noda asava internal batiniah, bro) namun juga senantiasa terjaga jika menggunakan wawasan, pedoman dan panduan di dalamnya ... karena bisa jadi ada yang kurang tepat, masih salah bahkan tidak benar di dalamnya ( kurang pede, ya ? ... No, sebenarnya ini adalah sinkronisasi slogan seeker : no fact, no truth, no faith ... jika tanpa fakta kenyataan maka tiada kebenaran di dalamnya sehingga tak perlu keyakinan padanya .... ini berlaku bukan hanya untuk kearifan adaptif pandangan eksternal namun juga terutama untuk revisi korektif wawasan internal diri agar senantiasa bangkit tumbuh berkembang tanpa batas mengarah, mencapai dan melampaui aneka layer asymptot ke tidak- terhinggaan ... tetap selaras walau belum/tidak mungkin sempurna).  
Sungguh, bahkan untuk semua masukan postingan termasuk pandangan pribadi tidak ada niatan sama sekali dari kami selain untuk sekedar berbagi ... segala keputusan untuk menggunakan, mengabaikan dan menolak sebagian/sepenuhnya adalah  hak dan  sekaligus dampak tanggung jawab kita masing-masing…. Sekedar membabar idea yang murni tanpa niatan pembentukan opini yang lihai. Dalam filsafat metode ini disebut (semoga tidak salah) ’majeutike’ yang digunakan Socrates bagaikan seorang bidan dalam memicu dan memacu seseorang untuk melahirkan kebenaran paradigma pandangannya sendiri … ini adalah thesis pandangan dalam Triade Dialektika Hegel untuk antithesis pandangan anda sebelumnya bagi synthesis kebijaksanaan baru anda nantinya yang akan menumbuh-kembangkan gestalt keterpaduan wawasan dalam menempuh pemberdayaan untuk tataran kelayakan pencapaian berikutnya. Setiap orang berhak untuk tumbuh berkembang secara alamiah dan ilmiah dalam keberadaan awalnya dulu tanpa perlu dipaksa dengan formula yang walau benar namun kurang tepat demi keberlanjutannya. Kebijakan perlu kebajikan demikian pula sebaliknya. Levelling lebih diutamakan daripada sekedar labelling.... walau memang harus diakui akan lebih kondusif dan reseptif jika berada dalam environment komunitas yang tepat.


SO, BLOG  ATAU BLOCK ?
"Maaf, ya ?" kami ungkapkan untuk pemakluman saja bukan untuk kemudahan pembenaran /penghapusan kesalahan apalagi pencitraan keautentikan.
Kaidah Kosmik Dharma = pengungkapan noda karmik (untuk tidak lagi menyesatkan diri sendiri & orang lain ke depannya) hanya pengurangan dampak negatif karma yang sudah lompat pagar eksternal tidak lagi internal (tindakan aktual > ungkapan verbal > kilasan mental ... asava, samyojana, nivarana , kilesha , etc ). seperti air tawar kebaikan untuk menetralisir air asin keburukan ... mengurangi walau tidak mungkin menghilangkan keasinan ? (sekedar selaras menjaga keterjagaan/ kewaspadaan  walau bisa saja keberuntungan ahosi karma negatif atau obralan karbit karmik positif  mungkin memang terjadi) Link VIDEO : 
 > Dogma Agama : pengampunan Tuhan ( Tuhan pasti mengampuni demi menjaga kesucianNya ... jika lewat permohonan / kepercayaan dosa secara naif begitu mudah diampuni , tertib kosmik akan kacau ... surga yang penuh sesak karena neraka tanpa penghuni bisa segera menjadi liar menjadi neraka  ?)  
> Etika Humaniora : pemakluman lainnya ( Orang lain memaafkan demi menjaga kearifannya ... jika kesalahan hilang hanya karena dimaafkan, tertib dunia bisa kacau juga .. dunia tidak hanya naif tetapi akan menjadi semakin liar ? )
see : mustarih & muflis ( Halal Bihalal 1443 H)
Mungkin memang susah melakukan kebenaran tetapi lebih susah lagi tidak pernah melakukan kesalahan dan paling susah lagi dalam melakukannya selalu dengan kemurnian.
( dari posting Rest Idea .. ralat nama yang diblok ? )

SPIRITUALITY ALSO FOR SECULAR PERSON OR JUST FOR RELIGIOUS PEOPLE ?

 

SPIRITUAL AND RELIGIOUS VS SPIRITUAL NON RELIGIOUS ?
SPIRITUALITY FROM RELIGIOUS PEOPLE FOR SECULAR PERSONS  ?  
TRUTH OR FAITH ... REALITY OR AUTHORITY ?
SPIRITUALITY ALSO FOR SECULAR PERSON OR JUST FOR RELIGIOUS PEOPLE ?
COSMIC PUZZLE ... SPIRITUALITY FOR ALL  (NOT ONLY SBAR BUT ALSO SBNR ?)
 

Just For Seekers : SBNR ?
 

Well, mungkin ada perbedaan penggunaan istilah Seeker yang kemudian umum digunakan Linda Mercadante (th 2014) dengan yang disebutkan para mistisi nara sumber tujuan pada yang kami lakukan dulu (pra th 2000) atau mungkin yang kita lakukan sekarang ... just only spitual wanderlust explorer ?

From Truth Seeker SBAR to True Seeker SBNR ... A QUEST TO SEARCH FURTHER
KONSIDERAN PARADIGMA = SBAR atau SBNR 

SKETSA  (SBAR to SBNR )
Niatan semula kami sebenarnya untuk mengembangkan gnosis wisdom bagi para spiritualis religius namun akhirnya kami rasa perlu juga mengajukan bagi para spiritualis sekular (bahkan kami kira ini lebih tepat ... tidak sungkan membabarkan Dhamma & tanpa riskan membeberkan Avidya ). Masak sih ada spiritualitas bagi para agnostik, atheist  (kafirin , murtadin ?). Kalau tradisi agama, mistik & dhamma mungkin tidak ada .... tetapi filsafat mungkin bisa.
Filsafat memang sering dipandang kompleks namun rendahan ... hanya paradigma pengetahuan bukan penganutan agama, pencapaian mistik ataupun penembusan dhamma. Well dengan perendahan ini kok malah jadi lebih nyaman & mantap jika kami ajukan Kaidah Gnosis Exodus Wisdom rintisan bagi penempuhan spiritualitas holistik & harmonis yang walau sekular namun selaras dengan referensi (realisasi ?) spiritualitas religius dari aneka ajaran agama, mistik & dhamma ... Siapa tahu penjelajahan autentik mereka para SBNR (Spiritual But Not Religious) justru akan membuka dimensi baru yang tidak bisa kita lalui apalagi lampaui ( karena pembatasan berafiliasi & keterbatasan aktualisasi yang harus kita lakukan sebagai umat awam SBAR (Spiritual But Also Religious). Ingat ... segala sesuatu terjadi karena peniscayaan bukan sekedar penganggapan apalagi pengharapan belaka.

QUOTES = 
Segalanya terjadi karena keniscayaan bukan sekedar penganggapan atau pengharapan ... layakkan x lagakkan / angankan.
intinya : Spiritualitas adalah masalah aktualisasi .autentik (, holistik & harmonis) meniscayakan kesedemikianan dalam keseluruhan.

SBAR = SPIRITUAL BUT ALSO RELIGIUS
beragama ? beragamalah namun tidak tereksploitasi apalagi mengeksploitasi. Ingat ada kaidah kebajikan universal untuk harmoni.
bermistik ? bermistiklah namun tidak teridentifikasi apalagi mengidentifikasi. Ingat ada kaidah kebijakan transendental untuk evolusi.
berdharma? berdharmalah namun tidak teralienasi apalagi mengalienasi. Ingat ada kaidah kebenaran eksistensial untuk sinergi.
SBNR = SPIRITUAL BUT NOT RELIGIUS
Atheisme, Agnostisme , dst ? jika alergi dengan terma dogmatis varnatmak "Tuhan" dan sejenisnya ganti saja dengan istilah filosofis 'Dhunyatmak' Causa Prima (sebab awal keazalian) , Sentra segalanya (Inti utama keberadaan) atau Orientasi destinasi (asymptot tujuan akhir kesejatian abadi) atau lainnya. Ini bukan masalah kepercayaan namun keberdayaan, tidak sekedar pengharapan atau penganggapan belaka namun murni masalah pemberdayaan peniscayaan kesedemikianan ... just idea (etika bukan dogma). Ini bukan agama dan seharusnya tidak dipandang sebagai dogma dan sebaiknya selanjutnya juga tetap disikapi / difahami demikian sebagai idea saja adanya. Tidak ada figur sesembahan yang baru, kredo keimanan yang beda ... hanya share idea pengetahuan (imaginasi inferential filosofis ?) & etika penempuhan (realisasi experiential ? sebatas referensi belum realisasi ... jujur saja masih padaparama dihetuka, hehehe 

Kutipan tentang Agnostisme :Keraguan Ehipasiko? 

Well, meminjam dialektika fragmenta apologetika Verkuyl  untuk rasionalisasi pembenaran ide & irasionalisasi  pembenaran ego Agnostisme ? 
- Dubois :   Ignoramus et ignorabimus : kita tidak mengenalNya dan kita tidak akan mengenalNya  
Namun kita tetap harus mengenalNya minimal menerimaNya sebagai Sentra SegalaNya karena bagaimana mungkin mengacuhkanNya jika kita berada dalam mandala permainan keabadianNya (triade lama : Wujud, Kuasa, Kasih ?).   
- Lessing : .Bapa, berilah aku hal mencari kebenaran karena atas kebenaran itu hanya Kau saja yang berwenang (Duplik, 1778)  
So ... Why not ? jadi tempuhlah pencarian kebenaran tersebut demi pembuktian & pengertian untuk memahaminya bukan untuk memilikinya.  Memang, perlu kerendahan-hati untuk kembali menuju/ mengarah ke  Hyang Maha Tinggi dalam pembatasan ketidak sempurnaan agar tidak stagnan untuk terus berkembang dalam kebermaknaan pengertian untuk mencapai  kebijaksanaan.
Well, just ... Sapere aude (Horace / Kant?) Be wise .. dare to know ... Bijaksanalah untuk berani (menjelajah meng-eksplorasi) untuk mengetahui / menerima (kebenaran pastinya). Tentu saja ini dilakukan tidak dengan asal-asalan apalagi hanya akal-akalan demi tujuan identifikatif (membanggakan keakuan) saja apalagi manipulatif (membenarkan kemauan) belaka... well, sebagaimana konsistensi kaidah kosmik di awal  mutlak diperlukan pemberdayaan internal akal sehat, hati nurani dan jiwa suci untuk mencari, menempuh dan menembus  kebenaran.  Perlu integritas kesungguhan autentik individual yang personal immanen untuk memahami totalitas keseluruhan holistik universal yang Impersonal Transenden ... sebagai zenka laten deitas putera keabadian untuk menyadari kembali Sentra sejati KeIlahian dengan sigma mandala Kaidah alamiah Saddhamma yang sesungguhnya berlaku nyata walau tanpa perlu pengakuan namun mutlak perlu penempuhan yang selaras denganNya.  Ketuklah maka pintu akan dibukakan - demikian kutipan kata Alkitab Kristiani yang pernah kami baca. Itu adalah pintu kebenaran yang sama bagi semua ... pintu tanazul yang menjatuhkan kebodohan/ kepalsuan kita dalam kesemuan, kenaifan dan keliaran permainan samsarik dan sekaligus gerbang taraqi yang mengarahkan kesadaran/ kemurnian kita kembali ke rumah sejati (minimal senantiasa mengingatkan kita akan hakekat segalanya yang murni dalam kesejatianNya dan karenanya dengan kemurnian yang relatif identik sebagai makhluk spiritual apapun label keberadaan & level keberdayaan pada saat lampau, kini & mendatang kita menyelaraskan cara pandang, laku penempuhan dan pelayakan keberdayaannya dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada.).  Jika zarah /wadah ? memang telah masak & layak segalanya tentunya akan terjadi sebagaimana yang seharusnya terjadi dalam kesedemikianan yang multi dimensional ini ... bukan hanya pada keberadaan eksistensial namun juga kesemestaan universal bahkan hingga  kesunyataan transendental.
- Comte : Be positivist of positive knowledge (?)  
Tentu saja , kebijaksanaan spiritual berkembang secara bertahap sesuai dengan  keterbatasan & pembatasan yang ada.. 

Sesungguhnya kami tidak nyaman untuk jujur mengakui ini ... kami sebetulnya faham dan cukup tanggap bukan hanya akan silogisme tersirat namun juga fakta kenyataan di lapangan ....ini tidak sekedar tuduhan pembangkangan mereka bagi pengumbaran vitalisme neurotik saja namun terkadang autentik memang dikarenakan pandangan kebijaksanaan demi altruisme holistik yang diidealkan . Singkatnya, kehidupan berkeagamaan ,berketuhanan (dsb) kita memang sering tidak sesuai dengan evolusi, harmoni & sinergi yang seharusnya (ber-etika, bermartabat dan memberkahi  dunia ini ) bahkan seringkali justru sebaliknya (menyesatkan, menyusahkan & mengacaukan bukan hanya sekedar diri sendiri namun juga orang lain, komunitas kebersamaan bahkan ke segala dimensi keberadaan hidup ini) apalagi jika memang ada celah hujjah untuk melegitimasi pembenaran kepentingan pelaziman kezaliman tersebut.  (trium falisme - standar ganda - pembenaran addhamma diri bagi lainnya ?).  
Bukan maksud kami mengacaukan permainan peran (dagelan nama rupa) yang tengah berlangsung (sudah, sedang dan akan demikian juga nantinya) dengan mengungkapkan realitas kebenaran & fenomena kenyataan (pembabaran Dharma ... sungkan, bro? ... introspeksi level spiritualitas diri :padaparma dihetuka) apalagi kebodohan internal & pembodohan eksternal (pembeberan Avidya  ... riskan, lho ... harmonisasi label eksistensialitas diri : umat beragama  & berTuhan) untuk share idea yang relatif agak berat, luas & mendalam ini  bagi orang kebanyakan.  Kami cukup faham dan juga sadar akan keniscayaan konsekueensi penempuhan yang memang tidak selalu selaras bahkan terkadang sering kali justru tidak sejalan dengan kebijaksanaan pengetahuan kami sendiri tersebut. 
Semula kami menujukan share ini bagi kita insan beragama untuk minimal membawa kebaikan & perbaikan bagi semua (diri, alam & sesama lainnya) karena di alam dimensi manapun kita (dunia saat ini atau alam nanti) sebagai apapun kita (manusia, hewan, petta, yakha, asura , niraya etc... dewa, mara, brahma, ariya dsb) kebaikan & perbaikan kualitas diri dan alam tsb harus tetap terjaga & dijaga keberkahanNya untuk evolusi pribadi, harmoni dimensi & sinergi valensi keberadaanNya. Namun tampaknya mungkin justru mereka yang akan lebih bebas leluasa tanpa jeratan/ sekapan harmonisasi paradigmatik eksistensial  dalam memetik manfaatnya karena akan lebih autentik, harmonis & holistik  dalam memahami & mengembangkan bukan hanya kemendalaman / kebijaksanaan  pengetahuan namun juga capaian penempuhan dan layaknya keniscayaan selanjutnya. Well, sesungguhnya diperlukan tidak sekedar hanya kebaikan (kamavacara), kearifan (brahmanda) ataupun kesucian (lokuttara) namun juga keutuhan (apa istilah term baru ini ...self term kami : Adhyatama saja, ya ? Maha Diri Azali Hyang Abadi ) sedangkan untuk ke'zero'an selanjutnya tidak kami rekomendasikan (dampak annihilisasi diri zenka bagi alam sigma & inti sentra, labirin paradoks tanazul MLD kejatuhan lagi & terutama level spiritualitas diri ...hanya Asekha diri yang telah murni dari jebakan delusi keakuan/ sekapan tanha kemauan samsarik maka  paska nibbana juga advaita & paramatta yang memang layak (tidak asal berlagak  ... jadi kita ? ya nggak mungkinlah. Secara autentik kualitas Keakuan kita masih naif apalagi kemauan kita masih liar ... walau mengharapkan pembebasan Nibbana, mendambakan manunggaling kawulo gusti Brahmanda ataupun dijanjikan layak jannah astral namun ... jika saja tidak didukung dengan akumulasi kelayakan yang memungkinkan keniscayaannya tampaknya memang harus barzah eteris dulu karena memang kelayakann/kelaparan akan penganggapan & pengharapan itu atau jika akumulatif MLD memang besar/ sangat tebal akan jatuh lebih rendah lagi dari sebelumnya ) Lanjut ke asymptot ke'zero'an .... namun demikian kalaupun mungkin memang layak dan juga  mampu (?) Dia mungkin akan tetap benar, bijak dan bajik untuk tidak menembus keIlahian Inti Hyang tidak hanya personal immanen namun juga Impersonal transenden ini demi kebijaksanaan keseluruhan kesedemikianan ini ... Dalam keswadikaan diri menjadi selaras dalam keseluruhan mungkin memang lebih tepat (tanpa harus hebat ? jumbuhing karso kawulo gusti x manunggaling wujud kawulo gusti ! ) ketimbang sempurna dalam kesemestaan alam & kesendirian inti pada mandala kesedemikianan ini ? (Imaginasi inferential filosofis gila atau gila-gilaan, nih .... hehehe, asal kesadaran tidak gila beneran dan kewajaran masih tampak waras ndagel patut x mbacut mbadut bersama figure peraga lainnya ). Secara pribadi kami tidak memandang tinggi / rendah wilayah  karena segalaNya berada dalam mandalaNya  dan  seharusnya juga kepada segala ego  figure/ ide konsep yang memang/ mungkin 'ada' padanya ... terlepas dari preferensi keinginan & hierarki kelayakan yang terjadi.
Berpandangan benar, berpribadi bajik & berprilaku bijak diperlukan bukan hanya bagi setiap diri dan juga lainnya demi ketepatan evolusi pribadi, harmoni dimensi & sinergi valensi namun juga disetiap alam keberadaan (bukan hanya yang telah mencapai & menghuni alam bahagia semisal alam surgawi kamavacara, dimensi ilahiah brahmanda ataupun bahkan esensi murni lokuttara ... namun juga yang masih tersekap & menjebak dalam harapan / ratapan di alam fisik, apaya bahkan hingga lokuttara ... eh ... lokantarika kelak ?) dikarenakan kaidah kosmik pelayakan keniscayaan dalam keseluruhan yang sudah, sedang dan akan berlangsung demikian adanya. Ada state, peran & tugas yang harus diterima, dikasihi & dilampaui dalam setiap fase permainan keabadian yang kita sebut sebagai keberadaan (mengada > mengada-ada > mengada-adakan ?) ini. See : menghadapi keabadian - kehidupan - kematian (dalam kesadaran , kecakapan & kewajaran )

Ditrigger musik dulu ... Agama Cinta - Puisi Ibnu Arabi (Terjemah Indonesia)

Link video :https://www.youtube.com/watch?v=-lSS29FbZNc&list=PLZZa2J4-qv-b6ehpPHIIT57Myzehhv2A5&index=10
Link data :https://lsfcogito.org/kidung-cinta-ibn-arabi/0

WAHDAT AL-ADYAN (Unity of Religion = Kesatuan Agama ?)

Laqad shara qalbi kulla shuratin,
fa mar'a li ghazlaanin wa dairun li ruhbanin,
wa baitun li autsaanin wa ka'abu thaifin
wa alwahu tauratin wa mushhafu Qur`anin,
adinu bi diinil hubbi anni tawajjahtu 
rakaibahu fad dinu dini wa imani
My heart became open to all forms:/
A pasture for gazelles and a cloister for monks,/
 A house of idols and circling the Ka'ba*,/
The tablets of Torah and the Book of Qur'an./
 I profess the religion of love, wherever its caravans lead.../
In love is my religion and my faith.
Sungguh hatiku telah terbuka menerima segala realitas
Padang rumput bagi rusa juga kuil para pendeta
Rumah aneka berhala dan kabah bagi orang yang tawaf
Juga lembaran- lembaran Torah dan mushaf Qur’an
Aku menganut agama cinta kemanapun Dia mengarah
Cinta adalah agamaku dan dia adalah imanku

adinu bi diinil hubbi anni tawajjahtu 
rakaibahu fad dinu dini wa imani
My heart became open to all forms:/
A pasture for gazelles and a cloister for monks,/
Sungguh hatiku telah terbuka menerima segala realitas
Padang rumput bagi rusa juga kuil para pendeta

Upaya konversi, heretisasi, syncretisasi atau hybridisasi ajaran ? NO. Panentheisme memandang segala fenomena di permukaan hanyalah adalah cerminan gradasi layer dimensi dari realitas di kedalaman yang menjangkau progress interconnected dari desain homeostatis kesedemikianan ini dalam equilibirium keseluruhan sebagaimana mentari merengkuh putra putri pelanginya. Inferensi intuitif menuju kedalaman (bukan sekedar analogi intelek di permukaan)  kita gunakan bukan hanya agar kebijaksanaan pengetahuan kita tidak menyimpang dari kaidah kosmik peniscayaanNya  (awas ! labirin paradoks pandangan / penganggapan/ pengharapan!) namun juga agar kita tidak stagnan untuk progress capaian maqom penempuhan tetap dinamis tumbuh berkembang tanpa batas dalam asymptot keTidak-TerhinggaanNya.
SEE: Inferensi Dimensi di atas 

PANEN-THEI-STICS SBAR ATAU PANEN-TAO-ISTICS SBNR ?
Paradigma Holistik untuk menjaga, berjaga dan terjaga dalam evolusi , harmoni & sinergi dalam keniscayaan kesedemikianan keseluruhan system desain kosmik yang homeostatis, interconnected & equlibirium. cerdas, tuntas & pantas dengan keahlian , kepekaan & kearifan dalam menerima, mengasihi & melampaui segalaNya..
BAHASAN =  TENTANG IDEA 
kami tidak membuatkan belenggu, sesembahan maupun kelompok baru & beda 
pandangan universal panentheistic (bagi para filsuf ), pandeistic (bagi para agamawan) bahkan panatheistik  (bagi para agnostik)
rintisan paradigma holistik untuk dikembangkan sesuai kematangan keberadaan diri (puthujana, sekha, bahkan asekha )

Eternal Forever + Formula Swadika  

FROM TRUTH SEEKER FOR TRUE SEEKER ?

PRAKATA 

https://justseekers.blogspot.com/2022/03/prakata.html

Namaste 
https://justseekers.blogspot.com/2022/03/prakata.html
Namaste (bagi kami) artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda"
maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.
Link video = 
Namaskar https://www.youtube.com/watch?v=x6KA0Hdpif8&list=PLZZa2J4-qv-ZLGcgdRBKNg5HaIsp9DJ5G&index=13
Sedaka Sutta ?  https://www.youtube.com/watch?v=z5_aVhhvPq0&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=31&t=17m5s

Sikap gesture tangan India ini menjadi sangat popular terutama pada saat pandemi global Covid-19 saat ini dimana jangankan untuk negatif tranyakan untuk positif keakraban kontak fisik berjabat tangan apalagi cipika-cipiki saja terbatasi dengan kebijakan distansi sosial untuk kebajikan saling menjaga dan terjaga (bukan hanya untuk diri sendiri namun juga demi orang lain dan lingkungan sekitar kita … Sedaka Sutta ?). 
Namaste (bagi kami) artinya : " saya menghormati/menghargai yang ada di dalam anda"
maksudnya : esensi kemurnian nirvanik, energi keilahian batiniah, materi kealamian zahiriah.
Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya.
Jika anda inginkan surga di sana layakkan juga surga di sini dengan kearifan menjaga kebersamaan dan kebaikan untuk sesama dengan memastikan keberdayaan tindakan nyata bukan sekedar idea anggapan dan keyakinan belaka. Walau secara labeling pandangan mungkin saja masih nanti (paska pralaya dunia?) namun dalam leveling kenyataan bisa jadi seketika (tanpa alam antara?).
Jika anda dambakan kemanunggalan Ilahiah (transendensi moksa individualitas universal nama batiniah ke wilayah rohani tinggi hingga Anenja Brahma tidak sebatas dematerialisasi murca rupa zahiriah ke dimensi eteris peta, asura Bhumadeva atau astral Kamadeva 6 ?) layakkan diri sebagai media Brahma Vihara (sebagai media ilahi … tidak sekedar lihai bertransaksi mendapat untuk tersekap atau ikhlash memberi untuk menerima kembali namun murni mengasihi sebagaimana harusnya harmoni kasih universal yang berlaku disadari dan ketulusan untuk berbagi secara wajar memang perlu dijalani) sehingga kualifikasi adhikari tihetuka yang dewasa terjaga dan (dikarenakan senantiasa ada korelasi kosmik antara kesadaran, kecakapan dan kelayakan yang tumbuh berkembang secara simultan/progressif) kewasesaan batiniah juga akan berkembang (orientasi , refleksi + distansi & meditasi) dari akar penempuhan hingga puncak penembusannya (asalkan tetap terjaga dari godaan kemegahan yang menyekap sensasi kemauan, cobaan kemampuan yang menjebak fantasi keakuan dan labirin parallel yang memandekan, membingungkan atau bahkan menjatuhkan).  
Jika anda harapkan nibbana nanti layakkan juga nibbana saat ini dengan keterjagaan memandang tilakhana kesemestaan dengan kewaspadaan tanpa keterlelapan  dan keberdayaan simultan progressif menyelaraskan diri dengan kewajaran pemurnian adhi sila (moralitas berprilaku zahiriah dan integritas berpribadi batiniah), memberdayakan diri dengan kemantapan adhi citta bhavana dan semakin men-terjagakan diri dengan kematangan penembusan adhi panna sehingga memadailah kualitas Ariya Puggala ... bukan hanya terlayakkan 'sertifikat kosmik' atas pencapaian magga phala nibbana (irreversible?) namun juga 'kualitas kosmik' yang memang dipandang layak oleh Advaita Dhamma Niyama untuk tidak lagi perlu (karena sudah terlalu mampu) 'ndagel' bermimpi di permainan samsara ini.
Intinya, tak perlu ada pembandingan apalagi kesombongan, kemelekatan apalagi keserakahan dan kekesalan apalagi permusuhan dalam permainan keabadian ini. Bahkan dengan pemahaman kebijaksanaan, kecakapan keberdayaan dan kesediaan kebahagiaan tersebut berikanlah respek kepada segala media eksistensial yang memerankan aneka lakon yang diperlukan, kaidah universal yang menentukan manual dampak skenario yang menjadi acuan aturan bermainnya & esensi transendental yang menyaksikan pagelaran agung keabadian ini. Desain mandala ini sudah 'sempurna' tertata .... so, terimalah segalanya apa adanya agar kita dapat mengasihi sebagaimana harusnya sehingga kita mampu melampauinya dengan bijaksana. Tanamlah apa yang ingin anda tuai nantinya, layakkan apa yang akan anda capai nantinya dan niscayakan apa yang keniscayaan seharusnya terjadi nantinya. Kita (tak perduli siapapun kita inginkan untuk diidentifikasikan oleh diri /lainnya, etc ) sesungguhnya tidak akan dapat (sehingga tidak perlu) memanipulasi label semulia apapun itu tampaknya apalagi jika hanya sekedar untuk mengeksploitasi. Kita hanya perlu merealisasikan level apa yang seharusnya terniscayakan dalam kesedemikianan yang ada dengan apa adanya baik secara eksistensial, universal apalagi transendental.  Thus, be realistics to realize the real.  

Sekedar mengingatkan kesejatian diri & menghargai  keberadaan saat ini kita semua 
“We are not human beings having a spiritual experience. We are spiritual beings having a human experience.”― Pierre Teilhard de Chardin
literal : Kita bukan manusia yang memiliki pengalaman spiritual. Kita makhluk spiritual yang memiliki pengalaman manusia 

Welcome to the Earth (selamat datang di planet bumi) - the last scene of the Secret - LOA movies 2006
Welcome to planet Earth. There is nothing that you cannot be or do or have.
selamat datang di bumi . Tak ada satupun yang tidak dapat anda kerjakan, menjadi atau memiliki.  

plus kutipan = ttps://kalamadharma.blogspot.com/2020/06/mbuh.html ( corona 2 dia atas )_
Terma manusia konon berasal dari kata Sanskrit Manas & Ashya (Pali : Manussa?) ... suatu keberadaan yang dengan batin fikirannnya di wilayah mediocre duniawi ini memungkinkannya mencapai puncak evolusi individual tertinggi wilayah samsarik imanen (kebebasan pencerahan atau minimal nama abhasara ?)  namun juga sekaligus bisa menjatuhkannya ke dalam jurang terdalam labirin permainan keabadian hidup ini (apaya niraya atau bahkan rupa lokantarika?). Kita sering mengamati terkadang juga menikmati bahkan menjalani juga drama internal universal yang tidak selalu wajar sebagai media impersonal dalam kearifan, kebaikan dan keaslian namun terkadang bahkan justru heboh sebagai figur personal dengan kenaifan, kesemuan bahkan keliaran ... hingga batas 'akhir' setiap episode permainan kehidupan singgahan duniawi yang disebut kematian. Suka atau tidak suka, takut atau tidak takut, siap atau tidak siap .... toh antithesis kematian sebagai konsekuensi logis dari thesis kehidupan harus rela diterima bersama juga dengan synthesis tidak hanya peninggalan hidup eksistensial (memory kenangan, property warisan, produk karya bagi insan dunia yang ditinggalkan ... baik mulia maupun nista? ) namun juga keberlanjutan arus kehidupan individual (level swadika, bakat talenta, hisab visekha ... untuk episode 'pribadi' berikutnya)....etc.
Link video : Ela - Manusia 
https://www.youtube.com/watch?v=mUwHeGWXEBg&list=PLZZa2J4-qv-ZLGcgdRBKNg5HaIsp9DJ5G&index=21&t=54m30s

Sebagai seorang manusia rasional positivist umumnya kita intelectually menggunakan filsafat untuk mengamati fenomena objektif di luar & psikologi untuk mengamati fenomena subjektif di dalam. Semula kami mengira hanya diperlukan 'parama dhamma' 4 (kearifan, keuletan, keahlian & kebaikan) untuk menghadapi kehidupan ini secara pragmatis namun akhirnya bersamaan dengan waktu & trial error kami menyadari kebijaksanaan perifer tepian permukaan itu ternyata tidak cukup ada kebijaksanaan mendalam lagi yang menjadi dasar untuk itu ... kesucian. Bukan karena pemurnian itu dimaksudkan sebagai faktor pengkondisi saja bagi keberkahan dan kesuksesan sejati namun tampaknya justru itu sentra dari keberadaan, kesunyataan dan kesedemikianan yang terniscayakan terjadi dan karenanya perlu peniscayaan untuk merealisasi.... terlepas apapun anggapan/pandangan diri kita semula (keharusan duniawi, kejatuhan surgawi, keterlupaan panentheistik, keterlelapan samsarik , dsb)   Realisasi spiritualitas tampaknya memang perlu keautentikan plus keholistikan  (minimal dalam wawasan walau belum dalam tataran).

Dari WA group alumni SMA = 
Di bawah lamgit ini kau tidak sendirian ... Tuhan menciptakan perbedaan jauh sebelum engkau dilahirkan. Siapa yang menciptakan perbedaan ? Tuhan itu sendiri. Jika Ia mau semua seragam sudah dibuatnya dari dulu. (selamat tahun baru imlek 2022)

kutipan :
Segalanya (aneka keberadaan laten deitas dsb) tampaknya memang berawal dari Sentra KeIlahian Satu yang sama (Impersonal Transenden God?) dan berada dalam mandala DeitasNya kemudian secara ideal laten Deitas seharusnya akan kembali kepadaNya … namun dikarenakan orientasi berpandangan, berpribadi & berprilaku serta realisasi penempuhan, pencapaian & pencerahannya akan mencapai level yang berbeda walau dalam area mandala deitas keIlahian yang sama . Kami mengutarakan ini dengan tanpa maksud sama sekali untuk membela yang satu apalagi harus mencela lainnya namun ini agar kita memang harus tetap swadika untuk bijaksana menerima keniscayaan atas kesedemikian konsekuensi logis & ethis yang secara kosmik berlaku.  Well, harmoni dimensi (juga sinergi valensi) memang perlu dilakukan dalam peran semesta ini demi kebersamaan namun evolusi pribadi tampaknya memang tetap harus dilakukan secara mandiri dalam kesendirian sebagaimana harusnya (aktualisasi impersonal > transaksi personal > defisiensi individual)

URUTAN KESELARASAN PANENTHEISTICS 

Sabbe satta bhavantu sukhitata ?  = Semoga semua makhluk berbahagia 
Sabbe satta bhavantu appamada ! = Semoga semua makhluk terjaga  
(kebahagiaan atau keterjagaan ?) 
Dalam ketidak-tahuan orang memang bisa bahagia (walau terpedayakan kegembiraan semu bahkan dengan membawa penderitaan lainnya ).
Hanya dalam keterjagaan kebahagiaan sejati ada ... selalu memberdayakan & tidak memperdayakan.
keselarasan = keterjagaan > keberdayaan > kebahagiaan (INTERNAL > EKSTERNAL )
DALAM INTEGRITAS KETERJAGAAN AKSES KEBERDAYAAN TERBUKA & INPUT KEBAHAGIAAN TERJAGA .... BELUM PASTI ATAU BAHKAN TIDAK SELALU JIKA SEBALIKNYA  (?).

KUTIPAN 
Keberadaan sebagai manusia adalah amanah yang susah dicapai (bagaikan peluang kura-kura buta, Buddhist?)  bukanlah sekedar anugerah istimewa yang diberikan agar kita merasa bebas seenaknya untuk berhak menggunakannya untuk membuat musibah (bukan kepada diri sendiri saja yang sudah pasti namun akan berlipat ekstra jika ditujukan pada lainnya ... ingat mandala ini homeostatis yang interconnected dalam equilibirium ... kita tidak akan pernah mungkin bisa menyakiti yang lain tanpa melukai diri kita sendiri - Kaidah kosmik tentang Kasih ). Bagaimana mungkin kita merasa patut akan dapatkan surga kelak jika kita senantiasa membuat neraka (kebencian, kejahilan & kerakusan) kepada diri sendiri dan menyebarkan neraka (kerakusan, kekejaman & kebejatan) kepada lainnya.  Di dimensi terburuk mandala ini (bahkan niraya lokantarika sekalipun) jiwa ini walau tetap terpaksa diterima demi keseluruhan namun  tidak akan dirindukan/ diharapkan keberadaannya apalagi di dimensi yang lebih mulia (surga / termasuk : eteris & duniawi juga, lho/ - selain surga nikmat astral perolehan kebaikan , surga hikmat mental triloka keahlian penciptaan ; bahkan kembali ke dimensi ilahiah samsarik jhana 1 sd 3 abhasara etc , mantap seimbang di jhana 4 atau terlelap di anenja brahma, swadika di suddhavasa (tanpa delusi lobha, dosa dalam keEsaan ) bahkan lokuttara nibbana (tanpa juga moha "diri' - 'alam' - 'inti"). 
LINK : MUSTARIH VS MUSTAROH
Well, walau secara pribadi kami memandang setiap level, layer dan label keberadaan (baik nista atau mulia) tetap setara dan mutlak ada dalam desain holistik keseluruhan ini ... namun layakkan diri untuk senantiasa selaras dalam kaidah kosmik Dharma  (Dharma kebenaran yang tersirat dari Dhamma kenyataan yang tersurat ) walau karena Avijja kita seakan bebas menyimpang juga dengan konsekuensi dampak karmik pada setiap effek kosmik secara internal dan eksternal.  Keberadaan manusia adalah keberadaan mediocre (sebagaimana juga chaurasi keberadaan lainnya kita kelak .. 84 juta jenis keberadaan di alam semesta alamiah / layer mandala ilahiah ini, yogin ? termasuk petta asura/yakha di barzah eteris karena kelekatan eksistensi , pengharapan & penganggapan tanpa peniscayaan kelayakan ke dimensi yang lebih murni, hewan karena standar kebuasan/ kebodohan kita dominan untuk melayakkan ke level ini , 'Laundry' niraya karena parahnya antahkarana batin 'setan' kita (internal bukan eksternal, lho .... moha, lobha & dosa - kepekokan/kehebohan , kecanduan/ kerakusan , kebencian / kekejaman ... asava MLD keakuan/ kemauan kita sendiri itulah 'konsep' setan sesungguhnya), dst. Kami tidak menafikan adanya pelabelan umum 'figur' kosmik tertentu sebagai "setan" (?) seperti para petta , asura , mara dsb.  Tiada maksud sedikitpun dari kami untuk membela pandangan kami atau mencela anggapan tersebut namun bisakah kita melihat segala sesuatu dalam perspektif yang lebih luas dan arif akan desain kosmik yang ada ... ada sejumlah petta yang tampak mengerikan karena ketidak -beruntungan dalam proses kematiannya (kecelakaan, penyakit etc) , tidak semua yang terjatuh (asura) atau hanya mampu mencapai level rendah (yakha) bahkan yang harus menanggung beban kecenderungan sebagai hewan ataupun membersihkan noda batin di niraya . Hargai keberadaan segalanya yang saat ini menjalani beban peran yang ditanggungnya (reaktif atau responsif untuk pelayakan berikutnya ?). 
Hati-hatilah bisa jadi yang kita cela adalah yang kita puja adanya atau bahkan berempatilah karena mungkin bisa jadi itulah justru diri kita sendiri nantinya. Dalam desain